Minggu, 20 Mei 2018

PENJELASAN TIGA GELAR DAN HAKEKAT “SUNAN PANDANARAN” YANG SERING DIPERTANYAKAN MASYARAKAT UMUM


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Banyak orang yang bingung dan mempertanyakan tentang Sunan Pandanaran berasal dari mana, silsilahnya bagaimana, dan semacamnya. Tulisan ini ingin sedikit mengupas tentang TIGA GELAR SUNAN PANDANARAN, yakni: Sunan Pandanaran I (Satu), Sunan Pandanaran II (Dua), dan Sunan Pandanaran III (Tiga). Saya pribadi sebagai generasi trah keturunan Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat ingin mengungkap itu semua dalam bentuk tulisan yang semoga bisa mencerahkan semua pihak yang mempertanyakannnya. Semoga tercerahkan!!!.
(Shofwan, 2018)

Hingga kini, masih banyak yang mempertanyakan SUNAN PANDANARAN itu siapa, dari mana beliau berasal dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa gelar SUNAN PANDANARAN itu dipakai oleh tiga orang yang berbeda, tetapi memiliki pertalian famili kekeluargaan yang sangat erat dan dekat sekali. Oleh karena itulah, saya selaku generasi trah keturunan dari Sunan Pandanaran II (Sunan Tembayat atau Susuhunan Ing Tembayat) ingin menuliskan dan menjelaskan tiga gelar/julukan SUNAN PANDANARAN itu satu-persatu sebagaimana tersebut di bawah ini:

1.   SUNAN PANDANARAN I
Sunan Pandanaran I (Satu) merupakan putra dari Prabu Brawijaya V (Sang Raja Terakhir Kerajaan Majapahit) dan bernama asli JOKO SUPENO. Beliau ini merupakan Pendiri Kota Semarang. Haulnya selalu diperingati oleh para pejabat Kota Semarang setiap tahun sebagai PENDIRI KOTA SEMARANG. Sunan Pandanaran I (Satu) ini dimakamkan di Kelurahan Randusari, Mugasari, Semarang Selatan. Sunan Pandanaran I (Satu) ini memiliki istri bernama Nyai Endang Sejanila dan memiliki beberapa anak serta menantu. Salah satu menantu Sunan Pandanaran I (Satu)/ Joko Supeno Bin Brawijaya V adalah Sunan Pandanaran II (Dua) atau yang lebih dikenal dengan “SUNAN TEMBAYAT” sebab banyak mengajarkan patembayatan/ pirukunan/ gotong-royong terhadap sesama manusia tanpa pandang bulu. Yakni, tanpa memandang agama, suku, budaya, etnis dan semacamnya.

2.   SUNAN PANDANARAN II
Sunan Pandanaran II (Dua) merupakan menantu dari Sunan Pandanaran I (Satu). Beliau inilah yang akhirnya menjadi murid Sunan Kalijogo dan terkenal dengan sebutan “SUNAN TEMBAYAT” yang makamnya berada di Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Sunan Pandanaran II (Dua) atau yang lebih dikenal dengan Sunan Tembayat ini merupakan putra Sayyid Maulana Hamzah (Pangeran Tumapel) Lamongan Bin Sunan Ampel Surabaya, dan bernama asli SAYYID HASAN NAWAWI dan biasa disebut RADEN KAJI. Dalam kehidupannya, Sunan Tembayat ini pernah menikah sebanyak sembilan (9) kali, termasuk menikahi putri tercantik dari Sunan Pandanaran I (Satu) Sang Pendiri Kota Semarang. Dan ketika di Bayat-Klaten, Sunan Pandanaran II (Dua) ini memiliki dua istri, yaitu: (1) Nyai Ageng Kaliwungu Binti Bathoro Kathong, dan (2) Nyai Ageng Krakitan. Dan saya termasuk memiliki darah dari Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat dengan istrinya yang bernama Nyai Ageng Kaliwungu Binti Bathoro Kathong tersebut (bisa dilihat silsilahnya di bawah nanti). Dan perlu diketahui bahwa Sunan Pandanaran II (Sunan Tembayat) ini masih merupakan keponakan Sunan Kalijogo dari jalur istrinya Sayyid Maulana Hamzah (Pangeran Tumapel) Lamongan.

3.   SUNAN PANDANARAN III
Sunan Pandanaran III (Tiga) ini merupakan pengganti jabatan Adipati Semarang setelah ditinggal Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat yang rela melepaskan semua harta, wanita, dan tahta untuk menyusul dan berguru kepada Sunan Kalijaga di Puncak Jabalkat Gunung Cokro Kembang Klaten-Jateng. Sunan Pandanaran III (Tiga) sering disebut PANGERAN MANGKUBUMI ini merupakan putra dari Sunan Pandanaran II Bin Brawijaya V dan dimakamkan di IMOGIRI. Jadi, setelah Kadipaten Semarang ditinggal Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat, lalu jabatan Adipati Semarang dipegang oleh SUNAN PANDANARAN III (PANGERAN MANGKUBUMI) yang merupakan adik ipar dari Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat.

Sebagaimana janji saya menyajikan silsilah saya, maka berikut ini merupakan silsilah saya (Arif Muzayin Shofwan) yang merupakan trah generasi keturunan Sunan Pandanaran II (Sunan Tembayat) Klaten, Jawa Tengah dari dua jalur keturunan. Yakni, dari jalur Mbah Kyai Raden Taklim (Kauman, Srengat, Blitar) menempati generasi ke-15 dari Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat. Sedangkan dari jalur Mbah Kyai Raden Witono/Syaikh Hasan Ghozali (Kauman, Kalangbret, Tulungagung) menempati generasi ke-16 dari Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat. 

Silsilah dari jalur Mbah Kyai Raden Taklim Srengat Blitar
1.    Sunan Pandanaran II (Sunan Tembayat) + Nyai Ageng Kaliwungu Binti Bathoro Kathong, berputra:
2.    Raden Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
3.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
4.    Pangeran Ragil Kuning (Raden Ragil Sumendi), Wonokerto, Ponorogo, berputra:
5.    Pangeran Wongsodriyo/Pangeran Wongsopuro, berputra:
6.    Kyai Ageng Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
7.    Kyai Ageng Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo), berputra:
8.    Mbah Kyai Raden Taklim (penghulu Srengat), berputra:
9.    Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman), Pendiri Masjid Agung Kota Blitar, berputra:
10. Mbah Kyai Muhammad Syakban atau biasa dikenal dengan sebutan “Mbah Syakban Gembrang Serang” atau “Mbah Syakban Tumbu” (makamnya berada di Makam Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar), berputra:
11. Mbah Kyai Muhammad Asrori, yakni pendiri dan cikal-bakal “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar, berputra:
12. Mbah Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Imam Muhtar atau Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar), berputra:
13. Mbah Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi) dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra;
14. Mbah H. Tamam Thahir (suami dari Nyai Hj. Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
15. Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.

Silsilah dari jalur Mbah Kyai Raden Witono Tulungagung
1.     Sunan Pandanaran II (Sunan Tembayat) + Nyai Ageng Kaliwungu Binti Bathoro Kathong, berputra:
2.     Raden Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
3.     Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
4.     Pangeran Ragil Kuning (Raden Ragil Sumendi) Wonokerto, Ponorogo, berputra:
5.     Pangeran Wongsodriyo/Pangeran Wongsopuro, berputra:
6.     Kyai Ageng Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
7.     Kyai Ageng Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo), berputra:
8.     Mbah Kyai Mangun Witono/ Sayyid Hasan Ghozali, makamnya berada di belakang “Masjid Tiban Al-Istimrar” Kauman, Kalangbret, Tulungagung, berputra:
9.     Mbah Kyai Nur Ali Rahmatullah, berputra:
10.  Mbah Kyai Ali Muntoho (cikal-bakal desa Jarakan, Gondang, Tulungagung), berputra:
11.  Nyai Mursiyah (istri dari Mbah Kyai Muhammad Syakban/ Mbah Syakban Gembrang Serang/ Mbah Syakban Tumbu bin Kyai Muhammad Qosim Penghulu Pertama Blitar), berputra:
12.  Mbah Kyai Muhammad Asrori pendiri “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar (suami dari Nyai Haditsah Binti Muhammad Yunus Srengat. Nyai Haditsah ini juga masih trah keturunan Sunan Tembayat pula dari jalur yang berbeda), berputra:
13.  Mbah Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar), berputra;
14.  Mbah Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi, Srengat, Blitar) dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra:
15.  Mbah H. Tamam Thahir (suami dari Nyai Hj. Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
16.  Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.

Keterangan Silsilah
Silsilah nasab tersebut diadopsi dari berbagai sumber dengan pengurutan generasi ke generasi seperlunya, di antaranya dari: (1) Lembaran Silsilah “Keluarga Kyai Raden Muhammad Qosim/ Eyang Kasiman” yang tersimpan di Yayasan Kyai Raden Muhammad Kasiman sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar; (2) Buku berjudul “Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini” karya Abu Naufal bin Tamam At-Thahir; (3) Buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV: Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu Linawati dan disusun oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (4) Buku berjudul “Silsilah Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar” karya Arif Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana; serta Lembaran berjudul “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asror Pakisrejo, Srengat” yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1984.
          Demikianlah penjelasan tentang TIGA GELAR SUNAN PANDANARAN yang dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Sunan Pandanaran I / Joko Supeno Bin Brawijaya V dimakamkan di Mugasari, Semarang Selatan; (2) Sunan Pandanaran II / Sayyid Hasan Nawawi Bin Maulana Hamzah Bin Sunan Ampel yang terkenal dengan sebutan “Sunan Tembayat” dimakamkan di Bayat-Klaten, dan (3) Sunan Pandanaran III Tiga Bin Sunan Pandanaran I Satu yang sering disebut “Pangeran Mangkubumi” ini dimakamkan di Imogiri. Semoga keterangan ini bisa mencerahkan semua masyarakat yang masih bertanya-tanya tentang Sunan Pandanaran. Semoga semua keluarga dan keturunan SUNAN PANDANARAN, baik Sunan Pandanaran I (Satu), Sunan Pandanaran II (Dua), dan Sunan Pandanaran III (Tiga) selalu diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan di dunia ini serta diberi limpahan rejeki yang tak terhingga dari Tuhan Yang Maha Pemberi Rejeki. Amiiin. []

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”

(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Tiga Gelar Sunan Pandanaran I, II, III (Dokumentasi, 2018)
 
Silsilah Trah Sunan Tembayat Kuno (Dokumentasi, 2018)

Biografi Penulis
Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd merupakan Wakil Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) PCNU Kabupaten Blitar. Dia juga dosen di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar pada mata kuliah Aswaja dan Ke-NU-an, Pendidikan Agama Islam, dan lainnya. Selain itu, dia merupakan Anggota Tim Inti Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme (PUSAM) Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang, 2013-2016; Ketua Divisi Pluralisme dan Multikulturalisme The Post Institute Blitar, 2012-sekarang; Pendiri Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) UNU Blitar, dan lainnya. Pria yang punya hobi menulis ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Kode Pos 66171, Jawa Timur. HP. 085649706399.

Jumat, 18 Mei 2018

MAKAM PARA TOKOH, PARA WALI, PARA ULAMA, PETILASAN-PETILASAN KERAMAT DAN CANDI-CANDI DI BLITAR – JAWA TIMUR


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Tulislah apapun yang bisa Anda tulis. Siapa tahu berguna bagi sesama. Siapa tahu ada manfaatnya. Siapa tahu ada yang ingin tahu. Siapa tahu yang ingin tahu akan menjadi tahu. Siapa tahu akhirnya semua ikut tahu.
(Shofwan, 2017)

Kata “Blitar” dengan sesanti dan singkatan “BUMI LAYA IKA TANTRA ADI RAJA” artinya Blitar merupakan tempat bersemayamnya jasad para raja dan proklamator telah diakui oleh masyarakatnya sampai manca negara. Setidaknya ada tokoh Ken Arok (Proklamator Kerajaan Singosari) yang juga terlahir di daerah Jiwut, Nglegok, Blitar. Konon petilasan rumah Ken Arok di Jiwut-Nglegok hingga kini masih dipelihara oleh warga sekitarnya. Sedangkan terkait tempat bersemayamnya jasad para raja ada beberapa raja yang makamnya berada di Blitar, antara lain:

1.    Raden Wijaya, Proklamator Kerajaan Majapahit abu jenazahnya dimakamkan di Candi Simping, Sumberjati, Kademangan, Blitar.
2.    Raden Anusapati, Raja Ke-2 Kerajaan Singosari abu jenazahnya dimakamkan di Candi Sawentar, Kanigoro, Blitar. Dan sebagian abu jenazahnya dicandikan di Candi Kidal.
3.    Raden Wisnuwardhana/Ranggawuni, abu jenazahnya dimakamkan di Candi Wleri, Bagelenan, Srengat, Blitar.
4.    Dr. Ir. Soekarno, Proklamator Republik Indonesia jenazahnya dimakamkan di “Makam Sentono Mulyo” Bendogerit, Sananwetan, Kota Blitar.

Yakni PROKLAMATOR MAJAPAHIT dan PROKLAMATOR REPUBLIK INDONESIA, keduanya dimakamkan di BLITAR RAYA yang sejuk dan indah menawan. Selanjutnya, dari itu semua, terdapat beberapa tokoh waliyulloh, para ulama, petilasan-petilasan, candi-candi yang bernilai sejarah dan semacamnya yang berada di wilayah seputar Blitar dan patut dipelajari bersama, antara lain:

1.    Syaikh Subakir, makamnya berada di sebelah utara Candi Penataran, Kabupaten Blitar.
2.    Syaikh Sentono Dhowo (yakni: Syaikh Badruddin, Syaikh Badrul Alim, Syaikh Badruzzaman) makamnya di sebelah utara Candi Penataran, Kabupaten Blitar.
3.    Syaikh Ahmad Marzuqi (tokoh ini konon merupakan kawan dari Syaikh Subakir dan Syaikh Sentono Dhowo), makamnya berada di Puncak Gunung Gedang, Kabupaten Blitar.
4.    Syaikh Abu Naim Fathulloh (Raden Setro Menggolo/ Mbah Keputih/ Mbah Macan Putih), makamnya berada di “Makam Sentono Kidul Kali” Lodoyo, Blitar.
5.    Mbah Kyai Putih/ Mbah Kyai Imam Putih/ Mbah Kyai Macan Putih, (makam di belakang rumah Mbah Markam dan Mas Gatut Bin Markam) di Selorejo, Blitar.
6.    Syaikh Abu Hasan, Syaikh Muhammad Sholeh (Pengarang Kitab Tauhid Nata’ijul Afkar), Syaikh Abu Mansyur/Kyai Toya, makamnya berada di belakang Masjid Nurul Huda, Kuningan Kidul, Blitar.
7.    Syaikh Dimyathi, Syaikh Hasbulloh, makamnya berada di Pemakaman Desa Kasim, Selopuro, Blitar.
8.    Syaikh Imam Hambali Bin Ahmad Cimandi (Ahli Pencak Silat dari Banten), di Desa Kunir, Wonodadi, Blitar.
9.    Mbah Kyai Imam Hambali Arifin (Pendiri Majelis Dzikrul Fatihin) murid dari Mbah Kyai Raden Abdul Fattah Mangunsari, Tulungagung. Makamnya berada di Pakisrejo, Srengat, Blitar.
10. Ki Ageng Arya Blitar III, makamnya berada di Kelurahan Blitar, Kota Blitar.
11. Habib Ahmad Bin Alwi As-Seqqaf (Ahli Ilmu Khadiran), makamnya berada di Tuliskriyo, Sanankulon, Kota Blitar.
12. RM. Aryo Ronggo Hadi Negoro (Bupati Kota Blitar Pertama) dan KPH. Warsokoesomo/ Bupati Joko (Pemilik Pecut Samandiman) di “Makam Pangeranan” Gebang, Kota Blitar.
13. Syaikh Bungkuk/Sunan Bungkuk, makamnya berada di Bukit Jimbe, Kademangan, Blitar.
14. Pangeran Prabu / Raden Joko (Pembawa Gong Kyai Pradah dari Kerajaan Surakarta), Ki Ageng Ronggo Lodoyo, Mbah Kyai Ageng Kasan Besari, Eyang Sroya, Eyang Ragil Siddik, Mbok Boinem dan lainnya, makamnya di “Makam Sentono Lor Kali” Lodoyo, Blitar.
15. Mbah Kyai Ageng Raden Kertojaman, makamnya berada di Puncak Gunung Betet, Lodoyo, Blitar.
16. Mbah Kyai Ageng Marsidik (Raden Singoyudho), Mbah Kyai Ageng Conomo, Mbah Kyai Ageng Wonosuro, Mbah Kyai Ageng Gunondiko, dan lainnya, makamnya berada di Plosorejo, Kademangan, Blitar.
17. Sayyid Bukhori Mukmin / Mbah Kyai Raden Ponco Suwiryo (yakni ayah angkat Pangeran Papak Natapraja/ Mbah Wali Papak/ RM. Djojopoernomo Banyuwangi), Mbah Kyai Syakban Gembrang Serang/ Mbah Kyai Syakban Tumbu, Mbah Kyai Muhammad Asrori (Cikal Bakal Masjid Al-Asror Kedungcangkring), Mbah Kyai Hasan Mujahid (Cikal Bakal Masjid Baitul Hasanah Mbrebesmili), Mbah Banjir, dan lainnya, makam di “Pemakaman Mbrebesmili Santren” Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar.
18. Mbah Kyai Imam Sopingi (Mbah Kyai Raden Manggolo Yudho Sang Cikal Bakal Sananwetan, di samping Mbah Poleng yang bagian Selatan), makamnya di Sananwetan, Kota Blitar.
19. Ki Ageng Kuning (Cikal Bakal Kuningan) dan Nyi Gadhung Melati, makamnya di Pemakaman Umum Desa Kuningan, Kanigoro, Blitar.
20. Eyang Darso Wari Kusumo (Raden Putut) intelektual strategi Perang Diponegoro, makamnya di Tingal, Garum, Blitar.
21. Mbah Kyai Imam Syafii, makamnya berada di belakang masjid desa Tingal, Garum, Blitar.
22. Mbah Mudjair (Penemu Ikan Mujair), makamnya berada di desa Papungan, Kanigoro, Blitar.
23. Tumenggung Bendoro Tedjo Kusumo dan Kyai Ageng Raden Muhammad Kasiman (Cikal Bakal Masjid Agung Kota Blitar), dan Asisten Wedono Lodoyo, makamnya berada di lereng Gunung Pegat, Srengat, Blitar.
24. Mbah Maling Aguno (Seorang Maling/Pencuri yang berhati baik seperti Robbin Hood Sang Pelawan Raja yang korupsi), makamnya berada Lereng Gunung Pegat di Prambutan, Ponggok, Blitar.
25. Mbah Kyai Abu Hanifah, Mbah Kyai Hasan Ali, Mbah Sampir dan lainnya makamnya di Puncak Gunung Tumpuk Selokajang, Srengat, Blitar.
26. Pesanggrahan Eyang Djoego (Kyai Ageng Zakaria) di Kesamben, Blitar.
27. Mbah Kyai Ageng Imam Syafaat, Mbah Nyai Woeryan makamnya di belakang Masjid Al-Ikhlas, Kauman, Kesamben, Blitar.
28. Mbah Kyai Imam Burhan, makamnya di belakang Masjid Agung Kota Blitar.
29. Mbah Kyai Hasan Syuhadak, Mbah Kyai Imam Moestari dimakamkan di Tanjungsari, Kota Blitar.
30. Eyang Sri Tanjung (Pendiri atau Cikal Bakal Tanjungsari) di Tanjungsari, Kota Blitar.
31. Mbok Sri Penganti (Cikal Bakal Desa Centong) di Centong, Sawentar, Kanigoro, Blitar.
32. Mbah Kyai Muhammad Ma’roef (Pendiri Pondok Sukorjo) di Pakunden, Kota Blitar.
33. Mbah Kyai Ageng Kasan Muhtar, Mbah Kyai Ageng Abu Yamin, Mbah Kyai Ageng Atmo Setro, Mbah Kyai Ageng Setro Kromo, Mbah Kyai Ageng Suwiryo, makamnya di “Pemakaman Kuno Gaprang Lor” Gaprang, Kanigoro, Blitar.
34. Mbah Kyai Abu Bakar, Mbah Menthel, Mbah Kyai Imam Ghozali (Cikal Bakal Masjid Al-Mubarok Sekardangan) makamnya di Sekardangan Lor, Kanigoro, Blitar.
35. Mbah Wali Abdulloh Islam, makamnya di Gembongan, Temenggung, Udanawu, Blitar.
36. Mbah Kyai Abdul Ghofur (Pendiri Pondok Mantenan) di Mantenan, Udanawu, Blitar.
37. Petilasan Pangeran Songsong Buwono di lereng Gunung Betet Sutojayan, Blitar.
38. Petilasan Kekunoan Jimbe (berisi tentang situs-situs kekunoan Jimbe sejak jaman Majapahit), di Jimbe, Kademangan, Blitar.
39. Mbah Kyai Ihsan Abdul Mu’thi (Pendiri Pondok Abul Faidh) Bakalan, Wonodadi, Blitar.
40. Mbah Kyai Palil (Cikal Bakal Dusun Kuningan-Garum), Mbah Kyai Masykur Muhammad (Tokoh ISHARI dari Pasuruan) di Dusun Kuningan, Tawangsari, Garum, Blitar.
41. Eyang Iro Sentiko dan Eyang Irondiko, yakni sekolahan Seminari Garum-Blitar ke selatan.
42. Eyang Raden Ngabehi Wirogati, di Bendogerit, Sentul, Kota Blitar.
43. Mbah Kyai Abdul Jamal (Cikal Bakal Santren dan salah satu murid dari Eyang Raden Ngabehi Wirogati jatimalang), di Santren, Kota Blitar.
44. Cikal Bakal Desa Kasim-Selopuro: (1) Pangeran Prabu Kusumo/Kyai Ageng Gesang; (2) Kyai Raden Pendar/Kyai Mangun Topo/Kyai Ageng Mangun Kusumo; (3) Nyai Ageng Sampingan/Nyai Safingati; (4) Pangeran Cokro Kusumo di Desa Kasim, Selopuro, Blitar.
45. Mbah Kyai Raden Iman Sejati di Bangsri, Sanankulon, Blitar.
46. Mbah Kyai Muhammad Danisuryo (tabib Islam murid dari Mbah Kyai Abbas Sekardangan dan Mbah Kyai Mustaqim Bin Husian Pondok PETA Tulungagung) di Jeding, Sanankulon, Blitar.
47. Mbah Kyai Mansyur (Kyai Pengasma’ Bambu Runcing jaman Agresi militer Belanda di Surabaya), Mbah Kyai Masyhudi (Tabib Dukun Islam) di Kalipucung, Sanankulon, Blitar.
48. Kyai Ageng Tundonegoro di Jugo, Kesamben, Blitar.
49. Eyang Raden Singomoro, Maron, Srengat, Blitar.
50. Situs Mbah Keling di Dukuh Karang Turi, Jajar, Talun, Blitar.
51. Mbah Kyai Ahmad Kasan Bendo (guru dari FX. Supriyadi Sang Pahlawan PETA dan Dr. Ir. Soekarno Proklamator RI) di Bendo, Blitar.
52. Eyang Raden Suro Menggolo (Prajurit Perang Diponegoro), Mbah Kyai Toyyib Atmowidjojo di Ngadipuro, Sumberingin, Sanankulon, Blitar.
53. Eyang Patih Djojodigdan (Ahli Ilmu Poncosona) “Kuburan Gantung” Kota Blitar.
54. Eyang Kyai Imam Swongso (Situs Swangsan) di Pemakaman Umum Desa Bendogerit, Sentul, Kota Blitar.
55. Mbah Wali Tugurejo (Mbah Kromorejo Al-Jawi) Talun, Blitar.
56. Mbah Wali Abdul Mungith (nama kecilnya adalah Aspiran) di Tanjungsari Kota Blitar.
57. Ki Ageng Djayeng Kusumo (Raden Santri) di Dusun Pakel, Banggle, Kanigoro, Blitar.
58. Mbah Buddho, Mbah Kyai Muhyiddin (Ahli Tasawuf) di “Makam Sentono” Banggle, Kanigoro, Blitar.
59. Syaikh Sentono Muncu di Dusun Gajah, Papungan, Kanigoro, Blitar.
60. Eyang Setrojati di Dusun Gajah, Papungan, Kanigoro, Blitar.
61. Mbah Kyai Hadin Mahdi (Muqoddam Thorikot Tijaniyah) di Tulungsari, Garum, Blitar.
62. Mbah Kyai Muhammad Hafidz Syafii (Pendiri Pondok Mambaul Hidayah), Tlogo, Kanigoro, Blitar.
63. Syaikh Sibaweh (murid Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan-Madura), Syaikh Baghowi, Ki Ageng Ronggo Rusik (makam terlama di Kubur Dowo yang ada kaitannya dengan Dusun Sekardangan), Mbah Kyai Ponco Wijoyo, Mbah Kyai Reso Wijoyo, Mbah Kyai Haji Abu Bakar, Mbah Kyai Mudjab Masyhud Al-Buntuwi (Ahli Hizib dan Pembuat Rajah/Azimat) di “Makam Kubur Dowo” Tlogo, Kanigoro, Blitar.
64. Mbah Kyai Muhammad Damiri (Ahli Tasawuf) di Tumpang, Talun, Blitar.
65. Mbah Kyai Ridwan (Pendiri Pondok Karangsono) dan putranya bernama Mbah Kyai Hasbulloh (Ahli Hizib) di Karangsono, Kanigoro, Blitar.
66. Mbah Kyai Imam Fakih, Mbah Kyai Muhammad Ma’ruf, Mbah Kyai Ustman Bin Ahmad Dasuqi Sekardangan, Mbah Kyai Muhammad Natsir (Ahli Tirakat Laku Sunan Kalijogo) di belakang masjid Bandung, Tlogo, Kanigoro, Blitar.
67. Mbah Kyai Imam Fakih (Ahli Fikih), Mbah Kyai Sobiri (Ahli Tasawuf), Mbah Kyai Imam Mahdi (Ahli Dala’ilul Khoirot), Mbah Kyai Nasruddin (Ahli Tasawuf), Mbah Kyai Wongsopuro (Ahli Zikir), Mbah Kyai Bontani (Makam di bawah Pohon Jenar), Mbah Kyai Muhtar Fauzi (Ahli Tauhid), Mbah Kyai Muhammad Hamzah (Ahli Ushul Fikih) di belakang Masjid Baitul Makmur Sekardangan, Kanigoro, Blitar.
68. Monumen Petilasan Cikal Bakal Dusun Sekardangan (yakni: Kyai Purwoto Sidik, Nyi Gadhung Melati, Roro Sekar/Roro Tenggok/Roro Endang Widuri) berjarak ke Barat sekitar 200 meteran dari Masjid Baitul Makmur Sekardangan, Kanigoro, Blitar.
69. Mbah Haji Abdurrohman, Mbah Kyai Zainuddin, Mbah Kyai Raden Tirto Sentono, Mbah Kyai Hasyim, Mbah Kyai Hasan Thohiran, Mbah Kyai Makhrus Yunus (Pendiri Pondok Sunan Pandanaran), Mbah Kyai Ahmad Dasuqi, Mbah Kyai Barnawi, Mbah Kyai Maulan (Ahli Ilmu Hisab), Mbah Kyai Romli (Ahli Pengobatan Dengan Besi Panas) di Pemakaman Umum Dusun Sekardangan, Papungan, Kanigoro, Blitar.
70. Mbah Kyai Muhammad Thohir (Pendiri Pondok Karangaji) Kerjen, Srengat, Blitar.
71. Prasasti Jaring (konon menerangkan penyediaan prajurit Kerajaan Majapahit dari Lodoyo, terkeanal dengan Singo Lodoyo-nya) di Jaring, Lodoyo, Blitar.
72. Prasasti Wlingi (konon menerangkan pembebasan pajak daerah Wlingi jaman Airlangga) di Babadan, Wlingi, Blitar.
73. Mbah Kyai Syahri Dhuhan (Mursyid Thorikot Sattariyah) di belakang masjid Candirejo, Ponggok, Blitar.
74. Mbah Kyai Ahyad (Pendiri Pondok Kunir), Kunir, Wonodadi, Blitar.
75. Mbah Kyai Ali Mukmin (Pendiri Pondok Darussalam Gaprang), Mbah Kyai Ali Amir di Gaprang, Kanigoro, Blitar.
76. Eyang Dermojoyo (Pendiri/Cikal Bakal Desa Dermojayan Srengat Blitar, di samping Mbah Kasan Ibrahim) makamnya di Gaprang, Kanigoro, Blitar.
77. Petilasan Jatikurung (yakni; Petilasan Ki Kebo Kanigoro/Ki Ageng Purwoto Sidik, Nyi Gadhung Melati, Roro Sekar/Endang Widuri) di Kelurahan Kanigoro Kabupaten Blitar.
78. Petilasan Jati Kucur (yakni; petilasan tokoh di atas) di utara Sumber Kucur, Selokajang, Srengat, Blitar.
79. Petilasan Jati Bendo (yakni; petilasan tokoh di atas) berada di Dogong, Kanigoro, Blitar.
80. Petilasan Jati Gerot (yakni; petilasan tokoh di atas) berada di desa Maliran, Ponggok, Blitar.
81. Petilasan Jatinom (yakni; petilasan tokoh di atas ditambah tokoh lainnya) di Jatinom, Kanigoro, Blitar.
82. Mbah Kyai Nur Hasan di belakang masjid Dusun Duwet, Desa Papungan, Kanigoro, Blitar.
83. Ki Dalang Sayem (seorang dalang yang sabetannya luar biasa. Konon Ki Dalang Manteb Sudarsono juga pernah berguru kepada Ki Dalang Sayem tersebut) makam di Papungan, Kanigoro, Blitar.
84. Mbah Kyai Ageng Krapyak (berada di pinggir utara jalan dari arah Lodoyo ke Barat menuju Kademangan) di desa Besole, Kademangan, Blitar.
85. Mbah Kyai Abu Naim (Kyai Seribu Masjid) di Kandangan, Srengat, Blitar.
86. Mbah Kyai Shodiq Damanhuri (Pendiri Pondok Sanan Gondang) di Sanan Gondang, Gandusari, Blitar.
87. Pesanggrahan Kyai Gong Pradah (yakni: tempat menyimpan pusaka-pusaka dan Gong Pradah berada di aloon aloon Lodoyo)
88. Mbah Kyai Nur Miftah/Mbah Kyai Sholikhi (Penerus Kyai Abu Naim Sang Kyai Seribu Masjid di atas) di Sawentar, Kanigoro, Blitar.
89. Mbah Kyai Nur Ali (Ahli Pencak Silat Door) di Kebonsari, Garum, Blitar.
90. Mbah Kyai Muhammad Arif (Mursyid Thorikot Naqsyabandiyah) Talok, Garum, Blitar.
91. Mbah Kyai Asy’ari (Mursyid Thorikoh Naqsyabandiyah) di Babadan, Wlingi, Blitar.
92. Mbah Kyai Imam Bukhori (Pendiri Pondok Jatinom) di Jatinom, Blitar.
93. Mbah Kyai Imam Asyhad dan Mbah Nyai Dodok (Pendiri Masjid Sholahul Asyhad) Kerjen, Srengat, Blitar.
94. Mbah Imam Muhtar, Mbah Nyai Tsomoniyah, Mbah Muhammad Thohir, Mbah Artijah di Pemakaman Umum Desa Kerjen, Srengat, Blitar.
95. Mbah Patih Sengguruh (di desa Aryo Blitar, Rejotangan dulunya termasuk wilayah Blitar) di Rejotangan, Tulungagung.
96. Makam Auliya (Ada yang menyatakan bahwa Para Auliya ini dulu berasal dari Lodoyo-Blitar Selatan) di Pelataran Pondok Tarbiyatul Muballighin Pakunden, Kota Blitar.
97. Mbah Kyai Salamun di Sawahan, Kanigoro, Blitar.
98. Mbah Kyai Raden Jailani (kawan dari Eyang Djoego Kesamben) makamnya di Tawangbrak, Garum, Blitar.
99. Mbah Kyai Busro (Kyai Ahli Pembuat Kupluk Kaji) di Pakel, Kanigoro, Blitar
100.      Mbah Kyai Abdurrohman (Cikal Bakal Masjid Kebonsari Garum dan merupakan guru dari Mbah Kyai Ahmad Dasuqi Sekardangan) di Kebonsari, Garum, Blitar.
101.      Mbah Kyai Marto Diningrat/Kyai Marto Sentono, Mbah Kyai Martobroni (Mbah Kyai Imam Tobroni) di Pemakaman Patuk, Garum, Blitar.
102.      Mbah Kyai Saliman (tokoh ulama desa Papungan) di Pemakaman Gaprang Kuno Lor bagian Barat. Mbok Tubinem (Dhanyang Cikal Bakal Desa Papungan).
103.      Mbah Kyai Mustaram, Mbah Kyai Ali Imron, Mbah Kyai Mursoho (Cikal Bakal Masjid Al-Falah), Prambutan, Ponggok, Blitar.
104.      Pertapaan Dewi Kilisuci di Puncak Gunung Pegat, Prambutan, Ponggok, Blitar.
105.      Mbah Kyai Raden Taklim Bin Kyai Donopuro di lereng Gunung Pegat, Srengat, Blitar.
106.      Mbah Kyai Kasan Munajat (Mbah Kyai Kasan Munojo) Kesamben, Blitar.
107.      Mbah Kyai Demang Ekomedjo (leluhur dari Syaikh Dimyathi Baran-Selopuro) di Pemakaman Umum Domot, Purwokerto, Srengat, Blitar.
108.      Candi Palah Penataran, merupakan tempat untuk menatar para ahli agama (Brahmana), Bhikksu (Pertapa) sejak jaman Kerajaan Kediri hingga Majapahit.
109.      Kekunoan Gaprang (berisi tentang arca-arca Gaprang yang konon telah ada sejak sebelum Kerajaan Majapahit berdiri).
110.      Candi Rambut Monte, Candi Kotes, Candi Ringin Branjang, Candi Rejo, dan lain sebagainya.
111.      Goa Pertapaan Tuan Besar Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti), yakni seorang Pertapa Tao di Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung. Ini perlu saya masukkan, sebab dekat dengan Blitar.
112. Mbah Kyai Abdul Wahab (Raden Mas Panji), Kelurahan Kepanjen Kidul, Kota Blitar.

Sabda Sang Nabi SAW: “Barangsiapa berziarah kubur setelah kematianku, maka seperti halnya berziarah kepadaku di saat aku masih hidup
(HR. Daruqutni)

          Akhir kata, mungkin hanya ini catatan harian (cahar) saya kali ini. Cahar sifatnya hanya sebagai catatan harian berdasarkan hobi saya menulis apa yang saya ingin tuliskan, maka bila ada yang kurang komplit dalam hal ini, saya minta maaf yang sebesar-besarnya khususnya kepada diri saya pribadi. Jadi, “SAYA MEMINTA MAAF KEPADA DIRI SAYA PRIBADI. DAN ALHAMDULILLAH DIRI SAYA PRIBADI MEMAAFKAN KESALAHAN SAYA”. Yah, lanjutnya adalah suatu nikmat yang luar biasa apabila diri kita sendiri bisa memaafkan diri kita. Diri saya sendiri bisa memaafkan diri saya sendiri. Yah, saya dan teman-teman saya selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin. Amiin. Amiin. Ya Rabbal Alamin.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang biasa disebut “Mbah Sambang Kuburan” ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.