Minggu, 26 November 2017

MUJAHADAH LAILATUL QADAR DI MUSHALLA KUNO MBAH KYAI ABU BAKAR SEKARDANGAN, PAPUNGAN, KANIGORO, BLITAR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan
(Sang Pengelana dari Sekardangan)

Pada bulan Ramadhan tahun 2013, Bapak Ekbal Santosa (Pak Ekbal) datang ke rumah saya. Dalam obrolan itu, Pak Ekbal mengatakan: “Ayo Mas, ngenekne mujahadah ning ngendi ngono yen pas Lailatul Qadar!. Amalane aku manut sampeyan!”. Jawab saya: “Ya ayo tho, amalane yang pas pada malam Lailatul Qadar tak carine ning kitab-kitab dulu. Ya cari yang cocok dengan sikon aja Pak Ekbal”. Jawab Pak Ekbal: “Wis sippp. Aku melu sampeyan pokok-e. Panggone ning ngendi aku yo manut sampeyan”. Haduhhh!!!.

Sepakatan demi sepakatan, akhirnya kami berdua menyepakati bermujahadah di Langgar/Mushalla Kuno Mbah Kyai Abu Bakar (yakni, sebuah langgar/mushalla kuno yang kini masih tersisa di dusun Sekardangan, desa Papungan, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar, propinsi Jawa Timur). Kira-kira mushalla/langgar tersebut berdiri sekitar tahun 1700 hingga 1800-an masehi. Terdapat di tembok mushalla/langgar bagian Barat sebuah Logo Mataraman.

Ah, kembali bercerita tentang mujahadah yang saya lakukan dengan Pak Ekbal di mushalla/langgar tersebut. Yakni, tiap malam-malam ganjil Lailatul Qadar kami berdua mengamalkan wirid berikut, antara lain:

1.    SHOLAT HAJAT 2 ROKAAT PERTAMA
Setelah melakukan shalat Hajat dua rakaat, kami berdua mewiridkan:
1.    Surat Fatikah          70x (Tujuh Puluh Kali)
2.    Ayat Kursi               70x (Tujuh Puluh Kali)
3.    Surat Ikhlas            70x (Tujuh Puluh Kali)
4.    Surat Falaq             70x (Tujuh Puluh Kali)
5.    Surat Nass              70x (Tujuh Puluh Kali)

2.    SHOLAT HAJAT 2 ROKAAT KEDUA
Setelah shalat Hajat dua rakaat lagi, kemudian mewiridkan Surat al-Qadar 41x (Empat Puluh Satu Kali)

3.    SHOLAT HAJAT 2 ROKAAT KETIGA
Setelah melakukan shalat Hajat dua rakaat ketiga ini, kami berdua mewiridkan “DZIKIR NFI ISBAT” lafadz “LAILAHAILLALLOH” sebanyak-banyaknya dan ditutup dengan doa.

Konon wirid atau “DZIKIR NAFI ISBAT” sebagai wirid terakhir tersebut bisa digunakan sebagai media membuka rejeki. Hehehe. Wallahua’lam. Kata Mbah Agung Karangtengah: “Wirid pembuka rejeki iku LAILAHAILLALAH. Mengapa?. Sebab kuncine surga saja LAILAHAILLALAH. Maka dari itu, kunci rejeki iya LAILAHAILLALAH tersebut”. Hehehe, pokok dilakoni wae prayo uwis. Mbuh keno kanggo mbukak rejeki utawa ora iku wis ben-ben kono. Malah ada hadist seperti ini:

Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa menyebut LAILAHAILLALAH sebanyak 70.000x (Tujuh Puluh Ribu Kali), maka dia sungguh menebus dirinya dari Allah” (Al-Hadist). Saya tak tahu apakah hadist ini shahih atau dlaif. Wallahua’lam.

Demikianlah mujahadah yang kami berdua lakukan pada tahun 2013 pada bulan Ramadhan pada hari-hari ganjil di “Musholla/Langgar Kuno Mbah Kyai Abu Bakar” Sekardangan, Papungan, Kanigoro, Blitar. Langgar yang sejuk dan asri, jauh dari keramaian hiruk-pikuk duniawi.

Usai melakukan mujahadah, terkadang kami mampi dulu ke rumah Mbah Kyai Syuhadak yang merupakan buyut dari Mbah Kyai Abu Bakar tersebut. Mbah Kyai Syuhadak biasanya menyuguhkan “Wedang Kopi” dan “Rokok Tengwe” kegemarannya kepada kami berdua. Setelah menghabiskan wedang kopi, kemudian biasanya kami berdua pulang ke rumah masing-masing. Inilah sebuah kisah yang pernah saya alami bersama Pak Ekbal dalam rangka ritual dan spiritual. Terima kasih Mbah Kyai Syuhadak dan Mas Agus atas wedang kopi dan tengwe-nya.

          Akhir kata, mudah-mudahan ritual yang saya lakukan bersama Pak Ekbal di Mushalla/Langgar Kuno Mbah Kyai Abu Bakar bermanfaat dan membawa berkah di kehidupan kini dan esok. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Mudah selalu memudahkan urusan-urusan dan masalah-masalah kami berdua, baik masalah duniawiyah maupun masalah ukhrawiyah. Amin Ya Rabbal Alamin.

 
Imaman Mushalla/Langgar Mbah Kyai Abu Bakar Sekardangan, di atas gawang terdapat simbol "Bunga Melati", yakni sebuah simbol dusun Sekardangan dari tokoh Nyai Gadhung Melathi (Dokumentasi, 2017)
 
Pintu ke utara bagian dalam Musholla/Langgar Mbah Kyai Abu Bakar Sekardangan (Dokumentasi, 2017)
 
Simbol "Bunga Melati" sebagai simbol dusun Sekardangan dilihat lebih dekat di atas gawang pengimaman Mushalla/Langgar Mbah Kyai Abu Bakar Sekardangan. Di dalam pengimaman inilah saya dan Pak Ekbal bermujahadah (Dokumentasi, 2017)
 
Pintu Mushalla/Langgar Mbah Kyai Abu Bakar Sekardangan (Dokumentasi, 2017)
 
Sumur tua Mushalla/Langgar Mbah Kyai Abu Bakar Sekardangan (Dokumentasi, 2017)
 
Makam Mbah Kyai Abu Bakar yang berada di bawah Pohon Jenar berada di sebelah barat mushalla/langgar kurang lebih berjarak 50 meter (Dokumentasi, 2017)
 
Makam Mbah Menthel (Sesepuh Sekardangan) berada di ujung paling baratnya makam Mbah Kyai Abu Bakar Sekardangan (Dokumentasi, 2017)
 
Makam Mbah Kyai Imam Ghozali dan istrinya. Beliau ini merupakan pewakaf tanah pendirian "Masjid Al-Mubarok" Sekardangan bagian Utara. Mbah Kyai Imam Ghozali merupakan kakek dari Mbah Mayar/Mbah Bayan (Sesepuh yang peduli dengan keberadaan Sadranan Petilasan Cikal-Bakal Dusun Sekardangan yang berada di Barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan berjarak kurang lebih 100 meter-an). Mbah Imam Ghozali juga merupakan kakek-buyut dari Mas Kunthing Al-Kafit Sekardangan (Dokumentasi, 2017)


TENTANG PENULIS

Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd adalah lelaki kelahiran Blitar, Jawa Timur. Dia pernah menuntut ilmu keagamaan Islam di berbagai pesantren, di antaranya: Pondok Pesantren Miftahul Huda Sekardangan, Kanigoro, Blitar; Pondok Pesantren Darussalam Gaprang, Kanigoro, Blitar; Pondok Pesantren Al-Falah Trenceng, Sumbergempol, Tulungagung; Pondok Pesantren Menara Al-Fattah Mangunsari, Tulungagung; Pondok Pesantren Al-Kamal Kunir, Wonodadi, Blitar; Pondok Pesantren Mambaul Hidayah Tlogo, Kanigoro, Blitar; Pondok Pesantren Bahrul Ulum Kedungbajul, Durenan, Trenggalek; dan lain sebagainya. Pria yang memiliki hobi membaca dan menulis tersebut merupakan generasi ke-6 dari Mbah Kyai Muhammad Syakban Gembrang Serang (Purwokerto, Srengat, Blitar) bin Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman yang yayasan-nya berada di utara Masjid Agung Kota Blitar).
Beberapa padepokan atau komunitas spiritual yang pernah disinggahi oleh pria tersebut, antara lain: (1) Padepokan Pusaka Sunan Tembayat Srengat-Blitar, asuhan Gus Hairi Musthofa; (2) Padepokan Laskar Wirogaten, Jatimalang-Blitar, asuhan Gus Ilham Rofi’i; (3) Padepokan Padang Jiwo, Sekardangan-Blitar, asuhan Kyai Yasin Fakih; dan padepokan-padepokan lainnya. Pria ini selalu ingat kata kyai-nya yang pernah mengatakan: “Kalau mau berjuang di desa, jangan sampai melupakan para sesepuh yang lebih dulu berjuang. Kalau di desa kita tak punya lanjaran, lebih baik kita hijrah ke desa yang lain”. Kontak person HP/WA: 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar