Kamis, 17 Mei 2018

ANAK-ANAK KI AGENG KEBO KANIGORO (KI AGENG PURWOTO SIDIK / KI AGENG BANYUBIRU SEPUH) JATINGARANG – WERU – SUKOHARJO – SOLO RAYA – JAWA TENGAH


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Ki Kebo Kanigoro (Ki Ageng Purwoto Sidik) memang spiritualis misterius. Beliau merupakan cucu dari Prabu Brawijaya V. Yakni anak dari Retno Pambayun Binti Brawijaya V yang dinikahi oleh Sri Makurung Handayaningrat (Ki Ageng Pengging Sepuh) yang makamnya berada di Pengging, Boyolali
(Shofwan, 2018)

Pemandangan yang memperlihatkan hampir semua benda yang ada di kompleks Makam Ki Ageng Pengging Sepuh Boyolali. Makam Roro Endang Widuri (Roro Sekar / Roro Tenggok) agak terpisah ada di ujung sana. Dalam kisah “Nagasasra dan Sabuk Inten” karya S.H. Mintardja, gadis bernama Roro Endang Widuri (Roro Sekar/ Roro Tenggok; Pen) adalah anak Ki Kebo Kanigoro (Ki Ageng Purwoto Sidik), dan Roro Endang Widuri kemudian menikah dengan Arya Salaka atau Ki Gede Banyubiru.

Berikut ini foto “Kitab Manuskrip Kuno” (lihat di bawah tulisan ini nantinya) dan merupakan kitab kuno Sunan Tembayat tahun 1443 Saka yang dibawa oleh Raden Ayu Linawati Djojodiningrat Solo sebagai sumber data yang menjelaskan bahwa Kyai Ageng Purwoto Sidik / Ki Kebo Kanigoro memiliki anak bernama Ki Ageng Gribig hingga menurunkan keturunan hingga kini. 

Berdasarkan tulisan “Nagasasra dan Sabuk Inten” karya S.H. Mintardja[1] dan “Kitab Manuskrip Kuno” Sunan Tembayat tahun 1443 Saka yang dibawa oleh Raden Ayu Linawati Djojodiningrat Solo tersebut dapat disimpulkan bahwa Kyai Purwoto Sidik atau Ki Kebo Kanigoro (anak Ki Ageng Pengging Sepuh Boyolali) itu menikah dengan Nyi Gadhung Melati dan memiliki beberapa putra-putri, antara lain:

1.     Ki Ageng Gribig I (Pangeran Kedhanyang) di Kota Malang. Dikisahkan oleh Mbah Kyai Zainuddin Sakri bahwa Mbah Wedok bersama putrinya dulu sebelum pulang ke Solo Raya, Jawa Tengah, menyempatkan diri berkunjung Kota Malang – Jawa Timur terlebih dahulu.

2.     Kyai Ageng Banyubiru II yang makamnya berada di Areal Makam Sunan Tembayat (Sunan Pandanaran II) Klaten, Jawa Tengah merupakan putra dari Kyai Purwoto Sidik (Ki Kebo Kanigoro / Kyai Putut Karang Jati) menurut informasi dari Raden Ayu Linawati Djojodiningrat Solo.

3.     Roro Sekar / Roro Tenggok / Roro Endang Widuri yang menikah dengan Arya Salaka atau Ki Gede Banyubiru dan telah disebutkan oleh S.H. Mintardja sebagai putri sulung Ki Kebo Kanigoro / Kyai Ageng Purwoto Sidik yang makamnya berada di dekat kakeknya yakni Raden Sri Makurung Handayaningrat / Kyai Muhammad Kabungsuan II/ Ki Ageng Pengging I (Sepuh) di Pengging Boyolali. Roro Endang Widuri inilah anak sulung Ki Kebo Kanigoro dan Nyi Gadhung Melati yang sempat hilang ketika pergolakan politik Demak-Pajang.

4.     Beberapa keterangan atau riwayat menyatakan pula bahwa Ki Ageng Kebo Kanigoro atau Ki Ageng Purwoto Sidik juga memiliki beberapa anak yang hijrah ke Bali dan menurunkan beberapa keturunan di sana.

Demikianlah kisah Ki Kebo Kanigoro, Nyi Gadhung Melati, Roro Sekar (Roro Tenggok / Roro Endang Widuri) dan lainnya yang terkait dengan “Dusun Sekardangan” dan “Kelurahan Kanigoro” (Blitar, Jawa Timur) khususnya. [] Yakni, era perpolitikan Demak-Pajang, keluarga besar Ki Ageng Purwoto Sidik (Ki Ageng Kebo Kanigoro) sempat terpisah hingga mereka mengembara ke berbagai daerah dan terdapat petilasan-petilasannnya. Wallahu’alam. 

          Akhir kata, mungkin hanya ini catatan harian (cahar) saya kali ini. Cahar ini hanya sebagai pengisi waktu di kala tidak ada kegiatan-kegiatan yang lebih penting difokuskan. Jadi, karena sifatnya hanya sebagai catatan harian berdasarkan hobi saya dalam mengkaji sejarah berbagai orang tua, maka bila ada yang kurang komplit dalam hal ini, saya minta maaf yang sebesar-besarnya khususnya kepada diri saya pribadi. Jadi, “SAYA MEMINTA MAAF KEPADA DIRI SAYA PRIBADI. DAN ALHAMDULILLAH DIRI SAYA PRIBADI MEMAAFKAN KESALAHAN SAYA”. Yah, suatu nikmat yang luar biasa apabila diri kita sendiri bisa memaafkan diri kita. Diri saya sendiri bisa memaafkan diri saya sendiri. Yah, Semoga dusun Sekardangan, sebuah tempat bersejarah yang telah melahirkan manusia yang tukang mbambung seperti saya, selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Lokasi makam Sri Makurung Handayaningrat (Ki Ageng Pengging Sepuh) dan cucunya yang bernama Roro Tenggok / Roro Sekar / Roro Endang Widuri (kata S.H. Mintardja) juga dimakamkan di seputar makam tersebut (Adopsi dari Aroengbinang Travelog)
Manuskrip Kuno yang menyebutkan bahwa Ki Kebo Kanigoro (Ki Ageng Purwoto Sidik) memiliki putra bernama Ki Ageng Gribig (Muhammadiyah Studies dinukil dari Ranji Sarkub Raden Ayu Linawati Djojodiningrat)
 
Buku kisah sejarah berjudul "Nagasasra dan Sabuk Inten" karya S.H. Mintardja. Dikisahkan bahwa S.H. Mintardja sebelum menulis kisah cerita ini melakukan ziarah ke makam yang akan diceritakan dan merujuk cerita-cerita atau sejarah dari para sesepuh. Sehingga buku cerita ini layak bagaikan sejarah kayak tulisan-tulisan Pramoedya Ananta Toer yang beraliran "Sosialis-Realistis", jadi cerita yang dituturkan oleh S.H. Mintardja itu memang benar-benar terjadi. Di dalam buku ini disebutkan bahwa Ki Kebo Kanigoro (Ki Ageng Purwoto Sidik) memiliki putri sulung bernama Roro Endang Widuri (Roro Sekar / Roro Tenggok; Pen). Tokoh yang bernama Endang Widuri ini persis sifat-sifat dan sikapnya sebagaimana yang dikisahkan oleh para sesepuh Dusun Sekardangan, Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.
 


Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.



[1] S.H. Mintardja, penulis buku sejarah rujukan sekolah dan perintis cerita silat berdasarkan sejarah Jawa.

4 komentar:

  1. ko engga bisa dibaca gan. warna background nya begini

    BalasHapus
  2. Jaman boleh berubah akan tetapi mengerti sejarah dan budaya LELUHUR jgn di lupakan.

    BalasHapus
  3. adanya masa kini dan nanti adalah pengaruh besar dari masa lalu...insha'allah kita semua senantiasa dalam lindungan Gusti Allah...insha'allah masa lalu bisa menjadi pelajaran dan suri tauladhan di langkah kita semua...jangan pernah melupakan sejarah...

    BalasHapus
  4. Bgmn dgn Mahesa Jenar ( Rangga Tohjaya?

    BalasHapus