Jumat, 03 Juli 2020

SYUKURAN JEMUK’AN JENG YUNI DALAM PENEMPUHAN LAKU SPIRITUALNYA


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Ini merupakan sebuah catatan ketika Komunitas BALITARA mengadakan Syukuran Jemuk’an atas penempuhan Jeng Yuni dalam laku spiritualnya. Mudah-mudahan penempuhan tersebut membawa berkah melimpah bagi semuanya. Amin Ya Rabbal Alamin”. (Shofwan, 2020)


Pada hari Kamis, 2 Juli 2020 (malam Jum’at, usai Maghrib), warga Komunitas BALITARA Blitar berkumpul di Pesanggrahan Tapel Wates untuk memenuhi undangan syukuran jemuka’an Jeng Yuni yang baru saja menempuh laku spiritualnya. Jeng Yuni yang selama tiga hari telah melakukan puasa tersebut, diakhiri dengan syukuran yang dihadiri oleh warga Komunitas BALITARA. Acara syukuran Jeng Yuni malam ini juga bisa disebut dengan “Syukuran Jemuk’an”. Namun sayang, acara malam ini tak dihadiri oleh Mbah Jawoko, sebab beliau ternyata juga ada acara di Pesanggrahan Sadranan Eyang Wirogati Jatimalang.

Dalam pemaknaan saya, istilah “Syukuran Jemuk’an” berasal dari dua kata yaitu “Syukuran” dan “Jemuk’an”. Kata “Syukuran” berasal dari Bahasa Arab “Syukur” yang artinya terima kasih, lalu ditambah akhiran “an” menjadi “Syukuran” yang bisa diartikan atau dialihkan istilahnya sebagai “Terima kasih-an”. Mungkin bila di-Jawa-kan bisa diartikan sebagai “Matur nuwun-an”. Mungkin bila di-Inggriskan bisa dialihkan istilahnya menjadi acara “Thaks-an”. Sedangkan kata “Jemuk’an” juga berasal dari Bahasa Arab “Jamak” atau “Jam’un” yang artinya kumpul, gandeng, ditambah akhiran “an” menjadi “Jamak’an” (orang Jawa melafadzkan “Jemuk’an”) yang artinya dikumpulkan.

Lalu apa yang dikumpulkan?. Yang dikumpulkan adalah Lahir dan Batin. Yang artinya antara lahir dan batinnya yang diselamati (dalam hal ini adalah Jeng Yuni) itu bisa klop bersama, bisa bergandengan bersama, bisa patembayatan atau pirukunan bersama dalam penempuhan laku-laku spiritual selanjutanya. Intinya, bila perjalanan lahir dan batin bisa klop, bisa gandeng atau kumpul bersama, bisa manunggal tekad, lahir dan batin bisa pirukunan/patembayatan, bisa berjalan bersama-seirama, maka akan menjadikan beragam lelaku spiritual itu mudah dan membawa banyak manfaat, berkah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Bisa dikatakan bahwa “Jemuk’an” itu sebagai sinkronisasi lahir dan batin

Ada beberapa ungkapan dalam istilah ilmu Jawa yang setidaknya mirip-mirip dengan tujuan “Jemuk’an”, misalnya: istilah “Nikah Lahir dan Batin”, artinya lahir kita dinikahkan dengan batin kita agar bisa berjalan seirama dalam menempuh laku spiritual. Ada lagi istilah “Patembayatan Lahir dan Batin” artinya agar lahir kita bisa pirukunan atau patembayatan dengan batin, begitu juga sebaliknya agar batin kita bisa pirukunan atau patembayatan dengan lahir kita. Jika antara lahir kita dan batin kita tercipta keserasian, kebersamaan, pirukunan, patembayatan, maka hidup ini tentu akan terasa tentram dan membahagiakan. 

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Acara syukuran jemuk'an Jeng Yuni di Pesanggrahan Tapel Wates (Dokumentasi Balitara, 2020)
 
Acara syukuran jemuk'an Jeng Yuni di Pesanggrahan Tapel Wates (Dokumentasi Balitara, 2020)
 
Mbah Jawoko yang tak bisa hadir dalam acara ini karena ada acara di Pesanggrahan Sadranan Eyang Wirogati Jatimalang (Dokumentasi Balitara, 2020)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar