Selasa, 04 Juli 2017

DARI ZIARAH MAKAM MBAH KYAI IMAM SYAFAAT KAUMAN-KESAMBEN, MBAH KYAI IMAM PUTIH CIKAL-BAKAL SELOREJO-BLITAR HINGGA MAKAM SENTONO LODOYO-BLITAR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Ini merupakan sebuah catatan ketika saya, bersama rombongan pemuda dari Yayasan Kyai Raden Muhammad Kasiman Kota Blitar bersilaturrahmi ke berbagai saudara hingga bersilaturrahmi kepada para sesepuh dan berziarah ke makam-makam para tokoh agung.” (Shofwan, 2017)


          Pada hari Kamis, 29 Juni 2017 bertepatan dengan hari Raya Idul Fitri hari ke-5, kami (Saya, Mas Putu Ari Sudana Garum [sponsor], Mbah Tatok Kalipucung, Mas Lukie Gaprang) dengan pakai mobil Panter langsung menuju rumah Mas Cholis Kawedanan Wlingi. Mas Kholis kemudian ikut dalam rombongan mobil Panter tersebut. Setelah itu, kami meluncur ke rumah Mas Kuncoro Aji Kauman, Kesamben. Karena hari ini memang Hari Raya Idul Fitri, maka rangkaian acara hari ini bersilaturrahmi dan berziarah ke makam para sesepuh. Di rumah Mas Kuncoro Aji yang dekat dengan Masjid Al-Ikhlas Kauman, Kesamben, kami lalu berziarah ke makam para tokoh yang dimakamkan di barat masjid tersebut, terutama tokoh punjer atau tokoh soko guru, yaitu Mbah Kyai Imam Syafaat dan Mbah Nyai Woeryan, beserta para keturunannya.

          Usai bersilaturrahmi ke rumah Mas Kuncoro Aji dan ziarah makam Mbah Kyai Imam Syafaat dan Mbah Nyai Woeryan, kami kemudian berniat silaturrahmi ke rumah Bapak Markam di Selorejo-Blitar. Dan Mas Kuncoro Aji juga ikut dalam acara kami yang kedua ini. Sesampai di rumah Bapak Markam Selorejo, kami pun juga berbincang-bincang dengan keluarga Bapak Markam, di antaranya Mas Gatut dan istrinya. Di kediaman Bapak Markam ini kami juga diberi hidangan bakso yang sangat enak dan lezat. Usai makan bakso dan bincang-bincang sebentar, kami lalu berziarah ke makam Mbah Kyai Imam Putih yang merupakan salah satu cikal-bakal Selorejo-Blitar. Makam ini berada di belakang rumah Bapak Markam, karena Bapak Markam ini juga masih trah keluarga Mbah Kyai Imam Putih tersebut. Istri Bapak Markam pun juga dimakamkan dalam areal makam Mbah Imam Putih tersebut, begitu juga kakek-kakeknya.

          Setelah berziarah ke makam Mbah Kyai Imam Putih (salah satu cikal-bakal Selorejo-Blitar), kami kemudian menghantarkan Mas Aji Kuncoro kembali lagi ke Kauman-Kesamben. Setelah itu, kami lalu meluncur ke rumah Bapak Tatok Triwibosono (Mantan Camat Kecamatan Wlingi-Blitar) Kauman-Wlingi yang juga masih keluarga Yayasan Kyai Raden Muhammad Kasiman dari jalur Mbah Mangunharjo. Di rumah Bapak Tatok Triwibisono ini, kami juga dipersilahkan makan dengan berbagai lauk-pauk seperti ikan Gurami. Kami melakukan shalat Dhuhur pun juga di kediaman Bapak Tatok Triwibisono Klemunan-Wlingi ini. Setelah makan dan melakukan shalat Dhuhur, kami kemudian mohon pamit untuk meneruskan perjalanan silaturrahmi ke rumah KH. M. Asrori dan KH. Isbah Salimi yaitu mushalla yang berada di Utara Kawedanan-Lodoyo dan ziarah ke “Makam Sentono Lodoyo” Blitar-Jatim.

Sesampai di rumah KH. M. Asrori dan KH. Isbah Salimi sudah waktu Asyar. Kami pun mengerjakan shalat Asyar berjamaah di mushalla yang berada di depan rumah KH. M. Asrori tersebut. Usai shalat Asyar berjamaah kami lalu berbincang-bincang dalam rumah KH. M. Asrori bersama istrinya dan KH. Isbah Salimi. Wah ternyata KH. M. Asrori dan KH. Isbah Salimi ternyata masih merupakan keponakan Mbah KH. Hamzah (pondoknya berada di sebelah barat jarak 500 M), dan makamnya berada di “Makam Tambak Ngadi” Kediri. Mbah KH. Hamzah Lodoyo ini juga masih trah keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) Klaten, Jawa Tengah. Jasad beliau ketika sudah meninggal dunia memang diminta oleh Gus Miek (KH. Hamim Jazuli Ploso-Kediri) untuk dimakamkan di “Makam Tambak Ngadi” Kediri. Begitulah cerita mengapa Mbah KH. Hamzah dimakamkan di Makam Tambak Ngadi Kediri.

Setelah kami pamit kepada KH. M. Asrori, lalu kami berziarah ke “Makam Sentono Lodoyo” yang berjarak kurang lebih 1,5 KM ke arah Selatan. Di makam ini, kami semua menggali situs para tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut. Yakni, mulai dari ketokohan Pangeran Prabu (Sang Tokoh Pembawa Gong Kyai Pradah) dari Surakarta. Juga menggali ketokohan Mbah Kyai Imam Sampurno, Habib Maulana Kamaluddin, Ki Ageng Muhammad Badri, Eyang Sroya, Mbah Boimen (Wali Wedok), Mbah Kyai Ali Mahfudz, Ki Ageng Sutojoyo (Cikal-bakal Sutojayan-Lodoyo), Mbah Bontar (Mbah Kyai Kasan Besari), dan  lain-lainnya. Di areal makam ini pula, saya juga menunjukkan makam Syaikh Abu Naim Fathullah (Eyang Setro Manggolo) yang berada di selatan sungai. Dan masih banyak lagi yang kami diskusikan saat itu.

Setelah berziarah ke “Makam Sentono Lodoyo”, kami lalu meneruskan bersilaturrahmi ke rumah Bapak Herry Bintarto (kakak Bapak Tatok Triwibisono) yang berada di barat Pasar Legi Kota Blitar. Di rumah Bapak Herry Bintarto kami bincang-bincang cukup lama tentang perkembangan Yayasan Kyai Raden Muhammad Kasiman yang berada di utara Masjid Agung Kota Blitar. Setelah kami cukup dengan bincang-bincang kami, kami kemudian bersilaturrahmi di beberapa rumah keluarga Bani Mbah Abu Yamin (juga trah dari Kyai Raden Muhammad Kasiman) yang berada di deretan Utara Masjid Agung Kota Blitar, termasuk ke rumah Mas Muhsin Rifa’i, namun rumahnya tutupan. Di rumah inilah kami melakukan shalat Maghrib. Dan setelah cukup lama, kami bincang-bincang di rumah para keturunan Bani Mbah Abu Yamin, kami semua mohon pamit untuk pulang dan menuju ke rumah Mas Ilham Rofii (Masjid Jatimalang-Blitar). Setelah itu menuju ke rumah Mas Putu Ari Sudana Tawangsari-Garum.

Sebab hari itu sudah Isyak, kami berniat mengakhiri acara hari ini. Seperti awalnya, kami menuju rumah Mas Putu Ari Sudana di Tawangsari-Garum. Sebab kendaraan motor kami semua berada di sana. Setelah itu, kami mengeluarkan motor-motor kami semua dan llangsung pulang menuju rumah masing-masing. Begitulah kiranya, dan mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, semuanya saja, selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.


 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Areal Makam Mbah Kyai Imam Putih, salah satu Cikal-bakal Selorejo-Blitar (Dokumentasi, 2017)
Inilah Makam Mbah Kyai Imam Putih Salah Satu Cikal Bakal Selorejo-Blitar (Dokumentasi, 2017)
Berfoto dengan Bapak markam duduk di tengan, samping kirinya adalah Mas Gatut, dan samping kanannya adalah Mas Kholis. Berdiri dari kiri: Mbah Tatok Kalipucung, Mas Kuncoro Aji Kauman-Kesamben, Arif Muzayin Shofwan Sekardangan (tengah), Mas Putu Ari Sudana Tawangsari-Garum, dan teman Mas Ari yang nyupir Panter (Dokumentasi, 2017)
Berfoto di depan mushalla KH. M. Asrori Lodoyo, urut dari kiri: Nyai Asrori, Mas Putu Ari Sudana, Mbah Tatok, KH. M. Asrori, Mas Kholis, Arif Muzayin Shofwan, temannya Mas Ari yang nyopir mobil Panter (Dokumentasi, 2017)
 
Berfoto di teras rumah Bapak Tatok Triwibisono (Mantan Camat Wlingi-Blitar). Saya sedang tidur merebahkan badan karena capek (Dokumentasi, 2017)
Bapak Marham Selorejo beserta keluarga (Dokumentasi, 2017)
Berfoto di keluarga besar Bani Mbah Kyai Abu Yamin Jl. Semeru Utara Masjid Agung Kota Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

2 komentar:

  1. Makam Mbah Putih juga dekat dengan rumah orang tua saya

    BalasHapus
  2. Asalamualaikum.. Mas admin mau nanya.. Apa ada dari putra kiyai imam sampuro yg bernama ky duljabar tks

    BalasHapus