Minggu, 23 Juli 2017

SEKILAS TENTANG PADEPOKAN PADANG JIWO DAN JAM’IYAH TERONG DI DUSUN SEKARDANGAN DESA PAPUNGAN KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan 

“Padepokan Padang Jiwo menjadikan jiwa-jiwa manusia menjadi padang njingglang tercerahkan. Jam’iyah Terong menjadikan jiwa-jiwa manusia bagaikan sambel Terong yang gurih-gurih pedas dan enak di lidah penggemarnya.”
(Anonim)


Pada tahun 2005, terbentuklah sebuah jamaah dzikir tahlil yang diberi nama “Jam’iyah Terong” rutin tiap malam Jumat di Makam Mbah Kyai Imam Fakih sebelah Barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan. Usai berzikir tahlil di makam tersebut kemudian dilanjutkan acara pengajian yang dilaksanakan di serambi masjid. Setelah pengajian selesai, lalu diadakan “Kembul Bujono” dengan menu khas sambel Terong. Oleh karena ciri khas inilah, maka jamaah tersebut dinamakan “Jam’iyah Terong”. Dan perlu diketahui bahwa jam’iyah ini didirikan oleh Mbah Yasin Fakih beserta kawan-kawannya, termasuk di dalamnya adalah Kyai Muhammad Tasrifin, Ki Bagus Arief (Arif Muzayin Shofwan), dan lain sebagainya. Berikut struktur kepengurusan Padepokan Padang Jiwo dan Jam’iyah Terong di Sekardangan pada masa awal berdirinya, yakni tahun 2005/2006:

Ketua Padepokan     : Mbah Yasin Fakih
Wakil Ketua            : Kyai Tasrifin
Sekretaris               : Ki Bagus Arief
Bendahara              : Kang Zainal

Catatan: Mbah Yasin Fakih sendiri merupakan putra dari Mbah Kyai Haji Abbas Fakih dan merupakan cucu Mbah Kyai Imam Fakih (yakni; Pendiri Pondok Pesantren Miftahul Huda dan Masjid Baitul Makmur di dusun Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar). Bila diruntut dari jalur Mbah Nyai Muti’ah (istri Mbah Kyai Imam Fakih), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Mbah Yasin Fakih (Sang Ketua Padepokan Padang Jiwo dan Jam’iyah Terong) masih merupakan keturunan dari Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin/Raden Paku), Gresik, Jawa Timur. Mbah Yasin Fakih juga merupakan keturunan dari Mbah Kyai Nur Iman Mlangi (Raden Sandeyo, Sang Pendiri Masjid Patok Negoro), Kraton Jogjakarta. Maka tak heran bila Mbah Yasin Fakih selalu memiliki minat meneruskan dakwah Islam sebagaimana leluhurnya.

Selanjutnya, pada tahun 2006 Jam’iyah Terong mengembangkan usahanya dengan mendirikan “PADEPOKAN PADANG JIWO” yang terletak di dekat kolam dan sungai sebelah Selatan, yakni perbatasan antara dusun Sekardangan dan desa Tlogo. Padepokan yang terbuat dari bahan cor semen tersebut hingga kini masih sangat nyaman untuk dipakai sebagai olah kebatinan, tapa brata dan semacamnya. Lokasi padepokan yang sejuk dan asri dengan suara Kodok, Jangkrik di malam hari tersebut sangat mendukung untuk penempuhan spiritual seperti dzikir kepada Allah, mengaji kitab, tafakur (meditasi atau semedi), dan semacamnya.

Setelah keberadaan padepokan sempat terbengkelai beberapa tahun, lalu pada tahun 2017 ada inisiatif dari Mbah Yasin Fakih, Ki Wahib Marwah, Ki Syahrul Hujat, Gus Masykur, dan Ki Nuruddin untuk menghidupkan kembali “PADEPOKAN PADANG JIWO”, di samping juga ada tujuan memelihara ikan di kolam sebelah Selatannya. Berawal dari inisiatif empat orang inilah, maka keberadaan Padepokan Padang Jiwo kembali dibersihkan bersama-sama. Dalam hati para inisiator tersebut ada harapan yang sangat mulia agar semua manusia atau makhluk yang ada di bumi ini selalu mendapatkan “Pepadanging Jiwo”, artinya tercerahkan hatinya dari segala kegelapan dan kekotoran batin yang selalu menyelimuti jiwanya. Jadi, inisiator menghidupkan Padepokan Padang Jiwo pada tahun 2017 antara lain:

1.    Mbah Yasin Fakih (Sang Ketua Pendiri Padepokan)
2.    Ki Bagus Arief (Sekretaris)
3.    Ki Wahib Marwah (Divisi Perkolaman)
4.    Ki Syahrul Hujjat (Divisi Pelistrikan)
5.    Ki Nuruddin (Divisi Perokokan)
6.    Gus Masykur (Divisi Perpaculan)

Akhir kata, demikianlah sekilas tentang sejarah “PADEPOKAN PADANG JIWO” yang berada di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09, Papungan, Kanigoro, Blitar, mulai awal didirikan yakni 2005/2006 hingga kebangkitannya pada tahun 2017. Teriring doa, mudah-mudahan siapapun saja yang pernah datang di Padepokan Padang Jiwo selalu diberi “Pepadanging Jiwo” artinya tercerahkan jiwanya. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan rejeki yang berlimpah ruah bagi siapa saja yang pernah berdzikir di Padepokan Padang Jiwo. Terakhir, mudah-mudahan keberadaan “PADEPOKAN PADANG JIWO” akan selalu menyinari jiwa-jiwa warga dusun Sekardangan khususnya, dan umumnya semua makhluk Tuhan di seluruh alam semesta. Amiin. Salam Padang Jiwo!!.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Padepokan Padang Jiwo di Sekardangan RT. 03 RW. 09 desa Papungan, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Kembul Bujono (Makan Bersama) di Padepokan Padang Jiwo Sekardangan (Dokumentasi, 2017)
Keberadaan Padepokan Padang Jiwo difoto dari jarak sekitar 8 meter. Tampak di depannya terdapat kolam ikan yang dikelola oleh Ki Wahib Marwah Sang Divisi Perkolaman (Dokumentasi, 2017)
 
Tampak sebuah kalender Ponpes. Bustanul Mutaallimin Dawuhan Blitar 2017 terpampang di dinding Padepokan Padang Jiwo Sekardangan, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang juga disebut “Ki Bagus Arief” dalam komunitas Padepokan Padang Jiwo dan Jam’iyah Terong ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar