Minggu, 13 Mei 2018

KISAH KI AGENG PURWOTO SIDIK BERISTRIKAN NYI GADHUNG MELATI (DEMAK-PAJANG-MATARAM)


 Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Tersebutlah pada zaman Kerajaan Islam Pajang-Mataram seorang kyai agung yang gemar laku tapa brata bernama Ki Ageng Purwoto Sidik. Ki Ageng Purwoto Sidik adalah guru spiritual dari Jaka Tingkir (Raden Mas Karebet) pendiri Kerajaan Islam Pajang yang menggantikan Dinasti Kerajaan Demak Bintoro. Selain berguru kepada Ki Ageng Purwoto Sidik (Ki Kebo Kanigoro), maka Jaka Tingkir (Raden Mas Karebet) juga berguru kepada Sunan Kalijaga (Wali Agung Tanah Jawa) dan Syaikh Siti Jenar (yang juga dikenal dengan Syaikh Ali Hasan atau Syaikh Lemah Abang). Dalam kehidupan spiritualnya, Ki Ageng Purwoto Sidik sering mengembara dan berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah yang lain. Maka tak heran bila dalam pengembaraan tersebut, Ki Ageng Purwoto Sidik banyak meninggalkan “Petilasan-Petilasan” yang sekarang biasanya disebut “Sadranan/Punden”. 

Setelah bertahun-tahun Ki Ageng Purwoto Sidik mengembara ke berbagai daerah, salah satunya di Kelurahan Kanigoro, Dusun Sekardangan, juga di Purwokerto (Jateng) dan lain sebagainya, beliau kemudian hijrah ke Rejosari, Semin, Gunungkidul. Di tempat itu beliau hidup di tengah hutan Kali Goyang. Setelah beliau hidup di tengah hutan Kali Goyang cukup lama, lalu beliau meneruskan pengembaraan sampai di Jatingarang, Sukoharjo (dulu bernama hutan Wonogung). Ditempat baru ini  Ki Ageng Purwoto Sidik melakukan“Tapa Kungkum” di sendang setempat. Konon karena pancaran dari energi spiritual Ki Ageng Purwoto Sidik, maka air Sendang Wonogung mendadak berubah berwarna biru. Hingga, sendang itu pun seiring berjalannya waktu kemudian dinamakan “Sendang Banyubiru ”. Berdasarkan peristiwa ini pula, Ki Ageng Purwoto Sidik diberi julukan “Kyai Ageng Banyubiru I”. Dan Kyai Ageng Banyubiru II yang di areal makam Sunan Tembayat, konon merupakan putra dari Ki Ageng Purwoto Sidik (Ki Kebo Kanigoro/Kyai Ageng Banyubiru I) ini.
Perlu diketahui bahwa dusun Banyubiru berada di Selatan kota Solo (Jawa Tengah), yang disebut-sebut sebagai tempat Jaka Tingkir (Sultan Kerajaan Pajang) berguru (menimba ilmu). Setelah Jaka Tingkir berguru kepada Kyai Ageng Banyubiru I, beliau kemudian melakukan perjalanan ke Gunung Majasto, selanjutnya ke Pajang. Jalur gethek-nya menjadi dasar penamaan dusun-dusun di wilayah itu, yakni: Watu Kelir, Toh Saji, Pengkol, Kedung Apon dan Kedung Srengenge. Selain Sendang Banyubiru, ada “Delapan Sendang” lain sebagai Petilasan Ki Ageng Purwoto Sidik (Kyai Ageng Banyubiru I) yakni: Sendang Margomulyo, Sendang Krapyak, Sendang Margojati, Sendang Bendo, Sendang Gupak Warak, Sendang Danumulyo, Sendang Siluwih dan Sendang Sepanjang. Sendang Gupak Warak berada di Wonogiri, dan sendang lainnya tersebar di Weru, Sukoharjo. Semua sendang itu kini airnya telah menyusut. Bahkan Sendang Banyubiru sudah tidak lagi mengeluarkan air, dan dibiarkan menjadi kolam kering penampung air hujan, dan di atasnya dibangun sebuah “masjid”.
Dalam kehidupannya, Ki Ageng Purwoto Sidik (Kyai Ageng Banyubiru I atau Ki Kebo Kanigoro) beristrikan Nyi Gadhung Melati dan mempunyai anak bernama Roro Tenggok (Roro Sekar / Roro Endang Widuri). Karena perpolitikan jaman Demak-Pajang-Mataram, konon ketiga tokoh ini sempat berpisah dan menjadi pengembara. Sehingga dari pengembaraannya, ketiga tokoh tersebut juga banyak meninggalkan beberapa petilasan di berbagai daerah seperti: di Sekardangan, Kademangan, Maliran, Kanigoro, Dayu dan lain-lain. Wal khasil, di dusun Banyubiru tersebut, Ki Ageng Purwoto Sidik menetap hingga tutup usia. Beliau dimakamkan di utara Sendang Banyubiru ([Sarehan] Selatan kota Solo, Jawa Tengah), bersama istrinya yang bernama Nyi Gadhung Melati dan putri  tercintanya yang bernama Roro Tenggok / Roro Sekar / Roro Endang Widuri. Ada yang menyatakan bahwa Nyi Gadhung Melati dan Roro Tenggok hanyalah perewangan/khodam/pelayan dari Ki Ageng Purwoto Sidik / Ki Kebo Kanogoro / Kyai Ageng Banyubiru I. Namun S.H. Mintardja menyatakan bahwa Roro Endang Widuri (Roro Tenggok / Roro Sekar) dimakamkan di seputar makam Sri Makurung Handayaningrat/ Ki Ageng Pengging Sepuh di Pengging.


 (Dikeluarkan Oleh: PUSAT STUDI SEJARAH SEKARDANGAN (PUSKAR)Sekardangan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar