Sabtu, 20 Juni 2020

MENELUSURI KISAH DAN PETILASAN JOKO KANDUNG DI REJOTANGAN TULUNGAGUNG


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Ini merupakan catatan ketika sebagian warga Komunitas Group Whatsapp BALITARA yang bernama Mbah Jawoko menelusuri petilasan Joko Kandung di Rejotangan, Tulungagung”. (Shofwan, 2020)


Siapakah Joko Kandung?. Mungkin itulah pertanyaan pertama yang muncul dari benak pikiran orang yang ingin tahu tentang Joko Kandung. Joko Kandung biasa disebut sebagai Adipati Ariyo Blitar III. Menurut sejumlah buku sejarah, terutama “Buku Bale Latar” bahwa Blitar didirikan pada abad ke-15 oleh ayah dari Adipati Ariyo Blitar III (Joko Kandung) yang bernama Nilasuwarno atau Gusti Sudomo. Nilasuwarno atau Gusti Sudomo anak dari Adipati Tuban inilah yang diyakini sebagai tokoh yang cikal-bakal Blitar di Era Majapahit. Beberapa tokoh yang bergelar Adipati Ariyo Blitar adalah sebagai berikut:

1.    Adipati Ariyo Blitar I, yaitu Nilasuwarno atau Gusti Sudomo (tokoh yang cikal-bakal Blitar pertama kali).
2.    Adipati Ariyo Blitar II, yaitu Ki Ageng Sengguruh (seorang patih Blitar yang berhasil memberontak Adipati Ariyo Blitar I. Dia merupakan putra Minak Sopal dari Lumajang yang diangkat oleh Adipati Ariyo Blitar I menjadi seorang patih di Blitar).
3.    Adipati Ariyo Blitar III, yaitu Joko Kandung (yakni, putera dari Nilasuwarno/Gusti Sudomo dengan Dewi Rayung Wulan/Dewi Gutri).

Dari beragam penelusuran, dapat diketahui bahwa ternyata Situs Candi Nilasuwarno (Adipati Ariyo Blitar I) masih terdapat di desa Arya Jeding, Rejotangan, Tulungagung. Reruntuhan situs tersebut sampai sekarang biasa disebut dengan Sitinggil, meskipun tidak nampak tinggi seperti masa kejayaannya. Di tempat dekat Sungai Brantas (yang merupakan ciri khas kerajaan era Majapahit keatas ini), masih dapat dijumpai beberapa fragmen kala, arca-arca, yoni, dan komponen candi lainnya. Bahkan kadang masih ditemukan beberapa barang dan alat-alat kuno sebagai bukti pemukiman masyarakat Blitar saat itu.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Mbah Jawoko menelusuri petilasan Joko Kandung alias Adipati Ariyo Blitar III di Rejotangan, Tulungagung, Jawa Timur (Dokumentasi Mbah Jawoko, 2020)
Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar