Senin, 31 Juli 2017

SEKELUMIT KISAH SEJARAH CIKAL-BAKAL DESA KASIM KECAMATAN SELOPURO KABUPATEN BLITAR JAWA TIMUR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Ini merupakan sekelumit kisah tentang cikal-bakal desa Kasim, kecamatan Selopuro, kabupaten Blitar, propinsi Jawa Timur. Semoga para cikal-bakal tersebut selalu dirahmati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.” (Shofwan, 2017)


          Pada hari Minggu Legi, 30 Juli 2017, pagi hari pukul 06.00 WIB, Kyai Nur Abadin dari Purwokerto, Srengat, Blitar, berkunjung ke rumah saya. Beliau mengajak saya untuk pergi ke “Makam Cikal-Bakal Desa Kasim” Selopuro, Blitar. Menurutnya, akan ada peletakan batu nisan/maesan di makam cikal-bakal desa Kasim tersebut. Namun bertepatan hari ini saya pun tidak bisa menuruti ajakan Kyai Nur Abadin sebab ada acara “Pengecoran Bangunan Midasapa dan Tempat Sepeda” di Masjid Baitul Makmur Sekardangan, Kanigoro, Blitar. Jadi dalam hal ini, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Kyai Nur Abadin Purwokerto yang pagi-pagi sekali sudah datang ke rumah saya. Sekali lagi, saya harus minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Kyai Nur Abadin Purwokerto.

          Dalam bincang-bincang pagi itu, Kyai Nur Abadin menceritakan bahwa Mbah Nyai Wadid (istri Mbah Kyai Wadid) Kasim merupakan salah satu penggerak pembangunan makam Cikal-Bakal Desa Kasim tersebut. Bahkan para pamong dan perangkat desa Kasim sangat antusias dan sayuk-rukun dalam pembangunan makam cikal-bakal tersebut. Sebab sudah lama para sesepuh desa Kasim mencari makam cikal-bakalnya namun belum menemukan. Bila dilihat dari struktur tanahnya, makam cikal-bakal desa Kasim tersebut sudah lama terpendam pasir dan batu-batuan dari letusan Gunung Kelud. Maka, tak heran bila makam cikal-bakal itu sempat hilang, terbengkelai dan tak terurus beberapa tahun bahkan ratusan tahun. Ceritanya, ketika ada pelebaran jalan yang mengarah ke makam Mbah Kyai Dimyati sebelah Barat, ditemukan bekas-bekas makam dan batu nisan para tokoh cikal-bakal desa Kasim tersebut. Maka tak heran, para warga Kasim sangat bahagia seperti menemukan kembali situs leluhurnya yang telah lama hilang.

          Bahagia dan bahagia mereka rasakan. Sehingga antusias membangun situs makam leluhurnya yang cikal-bakal desa mereka dirasakan sangat membahagiakan. Adapun para leluhur yang cikal-bakal desa Kasim, kecamatan Selopuro, kabupaten Blitar, Jawa Timur, antara lain:

1.    Pangeran Prabu Kusumo/Kyai Ageng Gesang (letaknya berada di bagian paling Barat)

2.    Kyai Raden Pendar/Kyai Ageng Mangun Topo/Kyai Ageng Mangun Kusumo (letaknya berada di belakang makam nomor 1)

3.    Nyai Ageng Sampingan/Nyai Syafingati (letaknya berada di belakang makam nomor 2)

4.    Pangeran Cokro Kusumo (letaknya berada paling Timur)

Ke-empat makam itulah yang akan dilestarikan dan dirawat oleh para warga desa Kasim, Selopuro, Blitar, Jawa Timur. Dan sebenarnya masih ada beberapa makam para sesepuh yang dimakamkan di areal makam tersebut termasuk Mbah Kyai Ageng Zainal Abidin dan beberapa makam lain sebagainya. Karena memang areal tersebut jaman dahulu memang sebuah tempat pemakaman pada zaman Mataraman awal. Namun karena letusan Gunung Kelud, maka makam-makam tersebut tertutup dengan pasir dan batu-batuan. Bahkan ada yang meyakini pula bahwa di era dulu (yakni; jaman Mataraman awal) tepat berdekatan dengan makam cikal-bakal desa Kasim tersebut dulu juga ada sebuah bangunan masjid yang digunakan untuk beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Jadi, makam cikal-bakal desa Kasim tersebut tepatnya berada di sebelah Selatan lokasi “Makam Mbah Kyai Dimyathi dan Mbah Kyai Hasbullah” yang berada di pemakaman umum desa Kasim. Ada yang menyebutkan bahwa keempat cikal-bakal desa Kasim tersebut merupakan trah keturunan Sunan Geseng dan Sunan Tembayat. Dalam beberapa manuskrip yang dibawa Nyai Linawati Djojodiningrat disebutkan bahwa Sunan Geseng merupakan menantu dari Sunan Tembayat. Dengan demikian, para tokoh cikal-bakal tersebut merupakan trah keturunan dari kedua tokoh (Sunan Geseng dan Sunan Tembayat) tersebut. Kyai Nur Abadi mendapat info dari Mbah Jawoko menyatakan bahwa di Utara makam tersebut sebenarnya ada makam trah dari Prabu Siliwangi. Hal ini diperoleh Mbah Jawoko dari hasil spiritual yang beliau lakukan di tempat tersebut.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, terutama pertemuan dengan Kyai Nur Abadin (Purwokerto, Srengat, Blitar) di rumah saya pada waktu pagi-pagi benar, pengecoran Midasapa dan Tempat Parkir Masjid Baitul Makmur Sekardangan, dan semuanya saja, selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu merahmati para cikal-bakal desa Kasim, kecamatan Selopuro, kabupaten Blitar, propinsi Jawa Timur. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Makam Empat tokoh Cikal-Bakal Desa Kasim Selopuro, Blitar yang telah lama terpendam pasir dan batu-batuan lahar yang akan dibangun (Dokumentasi Mbah Jawoko, 2017)
 
Kyai Nur Abadin Purwokerto saat membersihkan areal makam Cikal-Bakal desa Kasim, Selopuro, Blitar, bersama para warga sekitar (Dokumentasi Mbah Jawoko, 2017)
 
Foto makam cikal-bakal desa Kasim, Selopuro, Blitar usai dibangun oleh ulama', warga dan para perangkat desa (Dokumentasi Mbah Jawoko, 2017)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang dalam komunitas Padepokan Padang Jiwo sering dijuluki “Ki Bagus Arief” ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Rabu, 26 Juli 2017

AMALAN HASBALAH (HASBUNALLAH WA NIKMAL WAKIL) DI PADEPOKAN PADANG JIWO DI DUSUN SEKARDANGAN, PAPUNGAN, KANIGORO, BLITAR, JAWA TIMUR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan 

“Padepokan Padang Jiwo menjadikan Amalan Hasbalah (Hasbunallaoh Wa Nikmal Wakil) sebanyak 450x sebagai rutinan. Amalan ini dikutip dari Kitab Sirrul Jalil karya Syaikh Abul Hasan As-Syadzili dan Ijazah dari Para Ulama.”
(Anonim)

Pada tahun 2005, terbentuklah sebuah jamaah dzikir tahlil yang diberi nama “Jam’iyah Terong” rutin tiap malam Jumat di Makam Mbah Kyai Imam Fakih sebelah Barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan. Usai berzikir tahlil di makam tersebut kemudian dilanjutkan acara pengajian yang dilaksanakan di serambi masjid. Setelah pengajian selesai, lalu diadakan “Kembul Bujono” dengan menu khas sambel Terong. Oleh karena ciri khas inilah, maka jamaah tersebut dinamakan “Jam’iyah Terong”. Dan perlu diketahui bahwa jam’iyah ini didirikan oleh Mbah Yasin Fakih beserta kawan-kawannya, termasuk di dalamnya adalah Kyai Muhammad Tasrifin, Ki Bagus Arief (Arif Muzayin Shofwan), dan lain sebagainya. Berikut struktur kepengurusan Padepokan Padang Jiwo dan Jam’iyah Terong di Sekardangan pada masa awal berdirinya, yakni tahun 2005/2006:

Ketua Padepokan     : Mbah Yasin Fakih
Wakil Ketua            : Kyai Tasrifin
Sekretaris               : Ki Bagus Arief
Bendahara              : Kang Zainal

Catatan: Mbah Yasin Fakih sendiri merupakan putra dari Mbah Kyai Haji Abbas Fakih dan merupakan cucu Mbah Kyai Imam Fakih (yakni; Pendiri Pondok Pesantren Miftahul Huda dan Masjid Baitul Makmur di dusun Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar). Bila diruntut dari jalur Mbah Nyai Muti’ah (istri Mbah Kyai Imam Fakih), maka dapat ditarik bahwa Mbah Yasin Fakih (Sang Ketua Padepokan Padang Jiwo dan Jam’iyah Terong) masing merupakan keturunan dari Sunan Giri, Gresik, Jawa Timur. Mbah Yasin Fakih juga merupakan keturunan dari Mbah Kyai Nur Iman Mlangi (Raden Sandeyo, Sang Pendiri Masjid Patok Negoro), Kraton Jogjakarta. Maka tak heran bila Mbah Yasin Fakih selalu memiliki minat meneruskan dakwah Islam sebagaimana leluhurnya.

Selanjutnya, pada tahun 2006 Jam’iyah Terong mengembangkan usahanya dengan mendirikan “PADEPOKAN PADANG JIWO” yang terletak di dekat kolam dan sungai sebelah Selatan, yakni perbatasan antara dusun Sekardangan dan desa Tlogo. Padepokan yang terbuat dari bahan cor semen tersebut hingga kini masih sangat nyaman untuk dipakai sebagai olah kebatinan, tapa brata dan semacamnya. Lokasi padepokan yang sejuk dan asri dengan suara Kodok, Jangkrik di malam hari tersebut sangat mendukung untuk penempuhan spiritual seperti dzikir kepada Allah, mengaji kitab, tafakur (meditasi atau semedi), dan semacamnya.

Setelah keberadaan padepokan sempat terbengkelai beberapa tahun, lalu pada tahun 2017 ada inisiatif dari Mbah Yasin Fakih, Ki Wahib Marwah, Ki Syahrul Hujat, Gus Masykur, dan Ki Nuruddin untuk menghidupkan kembali “PADEPOKAN PADANG JIWO”, di samping juga ada tujuan memelihara ikan di kolam sebelah Selatannya. Berawal dari inisiatif empat orang inilah, maka keberadaan Padepokan Padang Jiwo kembali dibersihkan bersama-sama. Dalam hati para inisiator tersebut ada harapan yang sangat mulia agar semua manusia atau makhluk yang ada di bumi ini selalu mendapatkan “Pepadanging Jiwo”, artinya tercerahkan hatinya dari segala kegelapan dan kekotoran batin yang selalu menyelimuti jiwanya. Jadi, inisiator menghidupkan Padepokan Padang Jiwo pada tahun 2017 antara lain:

1.    Mbah Yasin Fakih (Sang Ketua Pendiri Padepokan)
2.    Ki Bagus Arief (Sekretaris)
3.    Ki Wahib Marwah (Divisi Perkolaman)
4.    Ki Syahrul Hujjat (Divisi Pelistrikan)
5.    Ki Nuruddin (Divisi Perokokan)
6.    Gus Masykur (Divisi Perpaculan)

Dan mulai tahun 2017 inilah “Padepokan Padang Jiwo” Sekardangan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur, menjadikan “Amalan Hasbalah” sebagai rutinan sehari-hari dan tiap Malam Jumat Legi khususnya. Berikut amalan hasbalah yang dimaksud:

AMALAN HASBALAH

HADIAH FATIKAH

1.    Ila Hadroti Nabiyyil Musthofa Muhammadin Shollallohu Alaihi Wa Sallam Wa Alihi Wa As’habihi. Al-Fatikah... 1x
2.    Ila Hadroti Syaikh Abil Hasan As-Syadzili, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Syaikh Baha’uddin an-Naqsyabandi. Al-Fatikah... 1x
3.    Ila Hadroti Cikal-Bakal Dusun Sekardangan, Khususon Mbah Kyai Purwoto Siddiq Banyubiru Lan Mbah Nyai Sekardangan. Al-Fatikah... 1x
4.    Ila Hadroti Mbah Kyai Abu Yamin, Mbah Kyai Hasan Muhtar, Mbah Kyai Atmo Setro, Mbah Kyai Setro Kromo, Mbah Kyai Suwiryo, Mbah Kyai Tirto Sentono, Mbah Kyai Barnawi, Lan Sedoyo Tokoh Ingkang Mbabat Dusun Sekardangan. Al-Fatikah... 1x
5.    Ila Hadroti Mbah Kyai Imam Fakih, Mbah Kyai Abbas Fakih, Mbah Kyai Imam Mahdi, Mbah Kyai Nasruddin, Mbah Kyai Abu Bakar, Lan Sedoyo Ulama Sekardangan. Al-Fatikah... 1x
6.    Ila Hadroti Man Ajazani, Khususon Mbah KH. Abdul Hamid Pasuruan, Mbah KH. Makhrus Ali Lirboyo, Mbah KH. Maksum Syafa’at Pare, Mbah KH. Hasbulloh Blitar, Mbah Kyai Daim Blitar. Al-Fatikah... 1x
7.    Ila Hadroti... (Bisa ditambah siapa saja yang dikehendaki).

BACAAN HASBALAH

Bacalah Hasbalah berikut: “Hasbunalloh Wa Nikmal Wakil” Artinya Cukup Alloh yang menolong kami dan Dia sebaik-baik pelindung, 450x (Empat Ratus Lima Puluh Kali).

DOA PENUTUP

Memohon atau berdoa kepada Alloh yang baik-baik, seperti: lancar rejeki, sukses menuntut ilmu, hidup bahagia lahir dan batin, selamat dunia akhirat dan lainnya.

KETERANGAN

Amalan Hasbalah ini ijazah dari beberapa Ulama, di antaranya: Mbah KH. Abdul Hamid Pasuruan, Mbah KH. Makhrus Ali Lirboyo, Mbah KH. Maksum Syafa’at Pare, Mbah KH. Hasbulloh Blitar, Mbah Kyai Daim Blitar, dan lain sebagainya. Amalan Hasbalah ini juga dinukil dari “Kitab Sirrul Jalil” karya Syaikh Abul Hasan As-Syadzili dan “Risalah Dzikir Hifdzul Anfas Wal Aurod” karya Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd. Semoga selalu berkah serta bermanfaat di dunia dan akhirat.

Akhir kata, demikianlah sekilas tentang sejarah dan amalan Hasbalah dalam komunitas “PADEPOKAN PADANG JIWO” yang berada di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09, Papungan, Kanigoro, Blitar, mulai awal didirikan yakni 2005/2006 hingga kebangkitannya pada tahun 2017. Teriring doa, mudah-mudahan siapapun saja yang pernah datang di Padepokan Padang Jiwo selalu diberi “Pepadanging Jiwo” artinya tercerahkan jiwanya. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan rejeki yang berlimpah ruah bagi siapa saja yang pernah berdzikir di Padepokan Padang Jiwo. Terakhir, mudah-mudahan keberadaan “PADEPOKAN PADANG JIWO” akan selalu menyinari jiwa-jiwa warga dusun Sekardangan khususnya, dan umumnya semua makhluk Tuhan di seluruh alam semesta. Amiin. Salam Padang Jiwo!!.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Padepokan Padang Jiwo di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar. Berdiri tahun 2005 (Dokumentasi, 2017)
Padepokan Padang Jiwo difoto dari jarak sekitar delapan meter, tampak di depannya ada sebuah kolam ikan (Dokumentasi, 2017)
Kembul Bujono (Makan Bersama) dengan Mbah Yasin Fakih, Ki Wahib Marwah, Ki Nuruddin, dan Ki Maliki (Dokumentasi, 2017)

Kembul Bujono (Makan Bersama) dengan Mbah Yasin Fakih, Ki Wahib Marwah, Ki Nuruddin, dan Ki Maliki (Dokumentasi, 2017)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang juga disebut “Ki Bagus Arief” dalam komunitas Padepokan Padang Jiwo dan Jam’iyah Terong ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Minggu, 23 Juli 2017

SEKILAS TENTANG PADEPOKAN PADANG JIWO DAN JAM’IYAH TERONG DI DUSUN SEKARDANGAN DESA PAPUNGAN KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan 

“Padepokan Padang Jiwo menjadikan jiwa-jiwa manusia menjadi padang njingglang tercerahkan. Jam’iyah Terong menjadikan jiwa-jiwa manusia bagaikan sambel Terong yang gurih-gurih pedas dan enak di lidah penggemarnya.”
(Anonim)


Pada tahun 2005, terbentuklah sebuah jamaah dzikir tahlil yang diberi nama “Jam’iyah Terong” rutin tiap malam Jumat di Makam Mbah Kyai Imam Fakih sebelah Barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan. Usai berzikir tahlil di makam tersebut kemudian dilanjutkan acara pengajian yang dilaksanakan di serambi masjid. Setelah pengajian selesai, lalu diadakan “Kembul Bujono” dengan menu khas sambel Terong. Oleh karena ciri khas inilah, maka jamaah tersebut dinamakan “Jam’iyah Terong”. Dan perlu diketahui bahwa jam’iyah ini didirikan oleh Mbah Yasin Fakih beserta kawan-kawannya, termasuk di dalamnya adalah Kyai Muhammad Tasrifin, Ki Bagus Arief (Arif Muzayin Shofwan), dan lain sebagainya. Berikut struktur kepengurusan Padepokan Padang Jiwo dan Jam’iyah Terong di Sekardangan pada masa awal berdirinya, yakni tahun 2005/2006:

Ketua Padepokan     : Mbah Yasin Fakih
Wakil Ketua            : Kyai Tasrifin
Sekretaris               : Ki Bagus Arief
Bendahara              : Kang Zainal

Catatan: Mbah Yasin Fakih sendiri merupakan putra dari Mbah Kyai Haji Abbas Fakih dan merupakan cucu Mbah Kyai Imam Fakih (yakni; Pendiri Pondok Pesantren Miftahul Huda dan Masjid Baitul Makmur di dusun Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar). Bila diruntut dari jalur Mbah Nyai Muti’ah (istri Mbah Kyai Imam Fakih), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Mbah Yasin Fakih (Sang Ketua Padepokan Padang Jiwo dan Jam’iyah Terong) masih merupakan keturunan dari Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin/Raden Paku), Gresik, Jawa Timur. Mbah Yasin Fakih juga merupakan keturunan dari Mbah Kyai Nur Iman Mlangi (Raden Sandeyo, Sang Pendiri Masjid Patok Negoro), Kraton Jogjakarta. Maka tak heran bila Mbah Yasin Fakih selalu memiliki minat meneruskan dakwah Islam sebagaimana leluhurnya.

Selanjutnya, pada tahun 2006 Jam’iyah Terong mengembangkan usahanya dengan mendirikan “PADEPOKAN PADANG JIWO” yang terletak di dekat kolam dan sungai sebelah Selatan, yakni perbatasan antara dusun Sekardangan dan desa Tlogo. Padepokan yang terbuat dari bahan cor semen tersebut hingga kini masih sangat nyaman untuk dipakai sebagai olah kebatinan, tapa brata dan semacamnya. Lokasi padepokan yang sejuk dan asri dengan suara Kodok, Jangkrik di malam hari tersebut sangat mendukung untuk penempuhan spiritual seperti dzikir kepada Allah, mengaji kitab, tafakur (meditasi atau semedi), dan semacamnya.

Setelah keberadaan padepokan sempat terbengkelai beberapa tahun, lalu pada tahun 2017 ada inisiatif dari Mbah Yasin Fakih, Ki Wahib Marwah, Ki Syahrul Hujat, Gus Masykur, dan Ki Nuruddin untuk menghidupkan kembali “PADEPOKAN PADANG JIWO”, di samping juga ada tujuan memelihara ikan di kolam sebelah Selatannya. Berawal dari inisiatif empat orang inilah, maka keberadaan Padepokan Padang Jiwo kembali dibersihkan bersama-sama. Dalam hati para inisiator tersebut ada harapan yang sangat mulia agar semua manusia atau makhluk yang ada di bumi ini selalu mendapatkan “Pepadanging Jiwo”, artinya tercerahkan hatinya dari segala kegelapan dan kekotoran batin yang selalu menyelimuti jiwanya. Jadi, inisiator menghidupkan Padepokan Padang Jiwo pada tahun 2017 antara lain:

1.    Mbah Yasin Fakih (Sang Ketua Pendiri Padepokan)
2.    Ki Bagus Arief (Sekretaris)
3.    Ki Wahib Marwah (Divisi Perkolaman)
4.    Ki Syahrul Hujjat (Divisi Pelistrikan)
5.    Ki Nuruddin (Divisi Perokokan)
6.    Gus Masykur (Divisi Perpaculan)

Akhir kata, demikianlah sekilas tentang sejarah “PADEPOKAN PADANG JIWO” yang berada di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09, Papungan, Kanigoro, Blitar, mulai awal didirikan yakni 2005/2006 hingga kebangkitannya pada tahun 2017. Teriring doa, mudah-mudahan siapapun saja yang pernah datang di Padepokan Padang Jiwo selalu diberi “Pepadanging Jiwo” artinya tercerahkan jiwanya. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan rejeki yang berlimpah ruah bagi siapa saja yang pernah berdzikir di Padepokan Padang Jiwo. Terakhir, mudah-mudahan keberadaan “PADEPOKAN PADANG JIWO” akan selalu menyinari jiwa-jiwa warga dusun Sekardangan khususnya, dan umumnya semua makhluk Tuhan di seluruh alam semesta. Amiin. Salam Padang Jiwo!!.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Padepokan Padang Jiwo di Sekardangan RT. 03 RW. 09 desa Papungan, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Kembul Bujono (Makan Bersama) di Padepokan Padang Jiwo Sekardangan (Dokumentasi, 2017)
Keberadaan Padepokan Padang Jiwo difoto dari jarak sekitar 8 meter. Tampak di depannya terdapat kolam ikan yang dikelola oleh Ki Wahib Marwah Sang Divisi Perkolaman (Dokumentasi, 2017)
 
Tampak sebuah kalender Ponpes. Bustanul Mutaallimin Dawuhan Blitar 2017 terpampang di dinding Padepokan Padang Jiwo Sekardangan, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang juga disebut “Ki Bagus Arief” dalam komunitas Padepokan Padang Jiwo dan Jam’iyah Terong ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.