Minggu, 28 Juni 2020

ZIARAH KE PUSARA MAKAM AYAH DAN SEBAGIAN GURU-GURU SAYA


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Ini merupakan sebuah catatan ketika saya dan Gus Lukie Abdullah berziarah ke pusara makam ayah saya di Sekardangan , dan sebagian makam guru-guru saya di beberapa tempat. Acara dan kegiatan saya hari ini bertepatan pula dengan kegiatan sebagian warga BALITARA yang berziarah dan kemah ke Pasetran Gondo Mayit Pantai Blitar Selatan”. (Shofwan, 2020)


          Pada hari Minggu, 28 Juni 2020, pukul 05.01 pagi, saya dihubungi melalui whatsapp oleh Gus Lukie Abdullah Gaprang. Whatsapp itu intinya berisi tentang apabila hari ini saya mau ziarah ke makam-makam, dia ingin ikut. Tepat pukul 07.06, whatsapp Gus Lukie aku balas: “Iyo, reneo” (Iya, kesinilah). Jawab Gus Lukie Abdullah: “Okay, jam 08.00 saya kesitu”. Tepat sekitar pukul 08.00 WIB, Gus Lukie Abdullah sudah sampai di depan rumah saya. Namun saya tidak tahu kalau dia sudah sampai di depan rumah saya, sebab saya menikmati Rokok Gudang Garam Surya di Sanggar Patembayatan Balitara sebelah timur. Gus Lukie Abdullah lalu menelpon saya: “Sampeyan ning ndi?. Aku wis ket maeng ning ngarep omah pean”. Aku jawab: “Sampeyan ngetan, aku ning sanggar etan”.

          Setelah telpon singkat di atas, lalu Gus Lukie Abdullah mendatangi saya yang lagi menikmati Rokok Gudang Garam Surya di sanggar. Kami lalu ngobrol-ngobrol sebentar, setelah itu saya pamit mandi sebentar. Usai saya mandi, kemudian kami berdua berangkat menuju Toko Bangunan Dwi Putra Mandiri Sekardangan untuk pesan semen 5 sak yang akan digunakan untuk merabat (ngrabat: Jw) sanggar. Setelah itu, kami berdua lalu ziarah dulu ke makam ayah saya, Mbah Haji Tamam Thahir, lalu berziarah ke makam-makam guru-guru saya berikut, antara lain:

1.   Mbah Haji Tamam Thahir (Sekardangan)
Beliau ini adalah ayah saya. Makamnya berada di Pemakaman Umum Dusun Sekardangan, Desa Papungan, Kec. Kanigoro, Kab. Blitar. Makamnya berada di tengah-tengah areal pemakaman tersebut, tak jauh dari lampu penerangan yang di tengah. Dari beliau ini, ketika kecil saya belajar A-B-C-D-dst, ALIF-BA’-TA’dst, dan lainnya. Saya juga mendapat ijazah “Amalan Basmallah” dari beliau. Dan beliau menerima “Amalan Basmallah” tersebut dari Mbah Kyai Muhammad Danisuryo Jeding, Sanankulon, Kota Blitar. Yakni, seorang kyai murid dari Mbah Kyai Mustaqim Bin Husain Tulungagung dan murid dari Mbah Kyai Abu Naim Kandangan-Srengat.

2.   Mbah Kyai Haji Muhammad Hafidz Syafii (Tlogo)
Beliau merupakan Pendiri Pondok Pesantren Mambaul Hidayah Tlogo, Kanigoro, Blitar. Kyai alumni dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Pada beliau inilah saya ikut ngaji “Kitab Ihya’ Ulumiddin” karya Syaikh Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali. Dari beliau ini pula, saya mendapat ijazah “Amalan Basmallah” 786x untuk beragam hajat. Dan dari madrasah diniyah di pesantren beliau ini, saya sejak kecil hingga dewasa mendapat ilmu-ilmu agama dan lainnya.

3.   Mbah Kyai Ali Amir (Gaprang)
Beliau ini merupakan putra dari Mbah Kyai Ali Mukmin Sang Pendiri Masjid Darussalam Gaprang, Kanigoro, Blitar. Ketika usai ngaji pagi hari waktu subuh, saya menjadi langganan untuk “ngideg-ngideg” (nginjak-nginjak) Mbah Kyai Ali Amir ini. Perlu diketahui bahwa Mbah Kyai Ali Amir ini merupakan ulama yang ahli mengobati orang yang terkena gangguan jin, kesurupan, menumbali tanah angker, dan semacamnya. Dari beliau ini, saya mendapat ijazah “Shalawat Dalailul Khairat”, Hizib Nashor, Hizib Bahri, Shalawat Badawi Kubra, Asma’ul Husna, dan lainnya. Dari Mbah Kyai Ali Amir inilah saya mendapat “Ijazah Mutlak” diijinkan untuk mengamalkan berbagai amalan-amalan apapun. Makam beliau berada di barat Masjid Darussalam Gaprang.

4.   Mbah Kyai Haji Nur Ali Bin Thahir (Kebonsari)
Beliau ini merupakan kyai yang ahli pencak silat dan ilmu-ilmu lainnya. Ada yang unik dari beliau, yakni beliau kalau mengecek apakah benda jimat itu ada penghuninya atau tidak, itu dengan cara mendekatkan benda tersebut ke telinganya. Dari beliau inilah saya mendapat ijazah “Amalan Surat Al-Fatikah”, “Amalan Surat Al-Fil”, “Asmaul Husna (Ya Badi’as Samawati Wal Ardhi)”, dan lainnya. Makam beliau berada di barat mushalla dan pesantren tempatnya mengajarkan ilmu-ilmu agama di Desa Kebonsari, Garum, Blitar.

5.   Mbah Kyai Haji Nasroddin (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli tasawuf, alumni dari Pesantren Kedunglo Kediri, santri dari Mbah Kyai Haji Muhammad Ma’ruf Kedunglo dan Mbah Kyai Haji Abdul Madjid Ma’ruf Kedunglo (Sang Muallif Shalawat Wahidiyah). Pada beliau ini saya ngaji “Kitab Al-Hikam” karya Syaikh Ahmad Bin Athaillah As-Sakandari secara privat. Dari beliau ini saya juga mendapat shalawat tersebut, juga amalan-amalan wirid lainnya. Beberapa kali dan seringkali saya juga mencukur rambut beliau ini. Makam beliau berada di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan.

6.   Mbah Kyai Haji Ahmad Mahdi (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli tauhid penerus ketiga dari Mbah Kyai Haji Muhammad Sholeh Kuningan (Sang Penyusun Kitab Tauhid Nata’ijul Afkar). Ketika beliau sakit beberapa tahun, saya lah yang selalu mencukur rambut beliau. Beliau merupakan pendiri Haul Muallif Shalawat Dalailul Khairat di Pondok Pesantren Miftahul Huda Sekardangan yang dipimpinnya. Dari beliau saya juga banyak mendapat amalan-amalan wirid, seperti: Shalawat Ridho, Shalawat Munjiyat, dan lainnya.

7.   Mbah Kyai Haji Muhammad Hamzah (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli fikih dan ushul fikih. Pada beliau saya ngaji “Kitab Risalatul Muawanah” karya Habib Abdullah Bin Alwi Al-Haddad, dan bermacam-macam kitab pesantren lainnya. Ketika beliau mendapat undangan pengajian umum, saya dulu sering diajak beliau ini. Makam beliau berada di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan.

8.   Mbah Kyai Haji Abbas Abdul Halim (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli menumbali tanah angker, orang sakit guna-guna, kesurupan, dan semacamnya. Saya ketika kecil waktu duduk di sekolah tingkat SD/MI sering “ngideg-ngideg” (nginjak-nginjak) beliau. Dari beliau saya mendapatkan ijazah “Amalan Shalawat Nuri Dzati” karya Syaikh Abul Hasan As-Syadzili. Makam beliau berada di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan.

9.   Mbah Kyai Muhtar Fauzi (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli tauhid dan hizib para waliyullah. Pada beliau inilah saya ngaji “Kitab Ad-Dasuqi Ummul Barohin”; ngaji Hizib-Hizib para Waliyullah; ngaji Kitab Shalawat Dala’ilul Khairat, dan lainnya. Dari beliau, saya juga mendapat amalan-amalan wirid. Beliau dulu pernah mondok di Pesantren Watucongol Magelang. Beliau juga ahli melihat makhluk-makhluk gaib. Makam beliau berada di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Ziarah makam ayah saya, Mbah Haji Tamam Thahir di Pemakaman Umum Dusun Sekardangan (Dokumentasi, 2020)
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Muhammad Hafidz Syafii Sang Pendiri Pondok Pesantren Mamba'ul Hidayah Tlogo (Dokumentasi, 2020)
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Ali Amir di barat Masjid Darussalam Gaprang (Dokumentasi, 2020)
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Nur Ali Bin Thahir di barat mushalla dan pesantrennya, Kebonsari, Garum, Blitar (Dokumentasi, 2020)
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Nasruddin di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi, 2020)
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Ahmad Mahdi di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi 2020)
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Muhammad Hamzah di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi, 2020)
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Abbas Abdul Halim di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi, 2020)
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Muhtar Fauzi di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi, 2020)
 
Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Jumat, 26 Juni 2020

SERBA-SERBI MEMAKNAI ISTILAH BALITARA


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Ini merupakan sebuah catatan ketika Komunitas Whatsapp BALITARA mengadakan diskusi di Pesanggrahan Tapel Wates tentang serba-serbi memaknai istilah BALITARA”. (Shofwan, 2020)


Pada hari Jumat sore, 26 Juni 2020, warga Komunitas BALITARA Blitar berkumpul di Pesanggrahan Tapel Wates dan mengadakan bermacam-macam diskusi, dan ketepatan ada sub tema diskusi yang unik, yaitu tentang serba-serbi memaknai istilah BALITARA. Dalam “Kitab Kimya’ul Jawiyah” sebagaimana dulu dinyatakan oleh Ki Ageng Tapel Wates bahwa kata “BALITARA” menurut beberapa sesepuh berasal dari dua kata yaitu “Bali” dan “Tara”. Kata “Bali” berarti kembali, sedangkan “Tara” berarti jaya atau menang. Artinya ada harapan kejayaan atau kemenangan dalam batin, materi, spiritual, dan kejayaan-kejayaan lainnya.

Sementara itu, dalam diskusi kali ini, ada beragam bincang-bincang tentang serba-serbi memaknai BALITARA. Ki Ageng Brindil memaknai BALITARA berasal dari kata “Bali” artinya memberi atau mempersembahkan, sedang “Tara” artinya dewi kedua dari sepuluh Dewi Mahawidya (kebijaksanaan). Bisa dikatakan juga Dewi Pengetahuan. Berdasarkan pernyataan Ki Ageng Brindil tersebut, penulis memaknai bahwa BALITARA sebagai komunitas yang berusaha mempersembahkan pengetahuan-pengetahuan terutama bagi diri sendiri dan selanjutnya bagi orang lain yang membutuhkan. Sebenarnya dalam hal ini, Ki Ageng Brindil memaknai panjang lebar terkait BALITARA. Namun, hanya sedikit ini yang dapat saya tangkap dengan setetes pemaknaan dari diri saya pribadi.

Tak jauh dari hal di atas, Ki Ageng Argo memaknai BALITARA sebagai berikut. Kata BALITARA berasal dari kata “Bali” artinya kembali, dan “Tara” merupakan bangunan kata dari dua bunyi: “Ta” artinya tatanan serta “Ra” artinya rah/roh. Dengan demikian, BALITARA dimaknai sebagai kembali ke tatanan roh (jiwa/batin). Ada lagi yang memaknai BALITARA dengan pendekatan Aksara Jawa Hanacaraka sebelum diberi “sandangan” sebagaimana berikut:

BA: adalah bali (kembali)
LA: adalah langgeng
TA: adalah tatanan
RA: adalah rah/roh/jiwa

Dari uraian di atas dapat dimaknai bahwa BALITARA sebagai komunitas maupun diri pribadi yang berusaha secara langgeng untuk kembali pada tatanan jiwa/roh/batin. Demikianlah serba-serbi memaknai BALITARA. Ada ungkapan: “Hidup itu tergantung bagaimana cara dirinya sendiri memaknai hidup itu sendiri. Sebab perjalanan hidup itu memang penuh makna yang perlu dimaknai secara positif”. Silahkan memaknai hidup Anda sendiri dengan makna yang positif, Anda pasti akan bahagia.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Serba-serbi diskusi dalam memaknai istilah Balitara di Pesanggrahan Tapel Wates (Dokumentasi Balitara, 2020)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Minggu, 21 Juni 2020

DISKUSI LINTAS KEILMUAN KOMUNITAS BALITARA DI BLITAR


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Ini merupakan sebuah catatan diskusi lintas keilmuan Komunitas BALITARA Blitar, di antaranya: ilmu perkerisan, kejawen, sejarah, sosial budaya, keagamaan, spiritual, tulis-menulis, dan ilmu-ilmu lainnya”. (Shofwan, 2020)


          Ada beragam tradisi Komunitas BALITARA Blitar manakala mengadakan beragam pacangkrukan dan patembayatan, di antaranya adalah diskusi tentang lintas keilmuan yang mencakup beberapa keilmuan, di antaranya: ilmu perkerisan, pertanian, holtikultural, kejawen, sejarah, sosial budaya, keagamaan, spiritual, tasawuf, ketauhidan, keorganisasian, tulis-menulis, keprofesian, ilmu kehidupan, ketrampilan, perpijatan, komunikasi, IT, bangunan, dan ilmu-ilmu lainnya. Beragam sumber daya manusia (SDM) Komunitas BALITARA memang teramat disayangkan apabila tidak disharingkan dengan beragam warga komunitas yang ada.

          Terkait diskusi lintas keilmuan yang ada, tampak beberapa orang yang nge-soul (menjiwai) pada bidang masing-masing, antara lain:

1.    Bidang ilmu perkerisan, biasanya disampaikan oleh Gus Bowo (Ki Ageng Lintang Pusaka), Mbah Jawoko, Gus Doni (Ki Ageng Tapel Wates), Gus Argo, Gus Azis, Pakdhe Topeng, dan lainnya.
2.    Bidang sosial budaya dan sosial keagamaan, biasanya disampaikan oleh Gus Yani, Mas Agus Riyadi (Ki Ageng Brindil), Gus Okky, Gus Wildy, Gus Adi, dan saya sendiri.
3.    Bidang ilmu kejawen dan spiritual, biasanya disampaikan oleh beberapa orang di antaranya: Mbah Jawoko, Ki Ageng Tapel Wates, dan lainnya.
4.    Bidang pertanian dan holtikultural, hampir semua warga Komunitas BALITARA sudah pernah kursus pertanian dan holtikultural di Garum-Blitar.
5.    Bidang perpijatan, biasanya disampaikan dan dijelaskan oleh Gus Hasim.
6.    Bidang komunikasi dan IT, biasanya disampaikan oleh Gus Dhimas dan Gus Syafik.
7.    Bidang IT dan bangunan, biasanya disampaikan oleh Gus Fino, Gus Dhimas, Gus Okky, Gus Panji, dan hampir semua pemuda BALITARA.
8.    Bidang ketrampilan dan masakan, biasanya disampaikan Jeng Yuni, Jeng Linda, dan Jeng Nur.
9.    Bidang lainnya, seperti: Gus Akil (bidang komputer & IT), Pakdhe Topeng (bidang perpancingan/perikanan & perkerisan), dan Gus Endra (bidang perdagangan & per-helm-an). 

Tentu saja masih banyak yang ahli dalam bidang masing-masing. Sebab ada beberapa orang yang memiliki keahlian di bidang lain di atas, seperti: Gus David, Gus Kholis, Gus Ilham, Gus Ahmad, Gus Divi Puja, Gus Farry, Gus Septa (bidang perdagangan), dan lainnya. Dari sini ada harapan yang dalam tataran ideal, mudah-mudahan semua keahlian tersebut terangkai dengan baik sehingga akan membawa berkah dan manfaat di kehidupan kini dan mendatang.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Diskusi Komunitas BALITARA di Pesanggrahan Tapel Wates Tlogo, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi Balitara, 2020)
Diskusi Komunitas BALITARA di Pesanggrahan Tapel Wates Tlogo, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi Balitara, 2020)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.