Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Ini merupakan sekelumit kisah tentang
cikal-bakal desa Kasim, kecamatan Selopuro, kabupaten Blitar, propinsi Jawa
Timur. Semoga para cikal-bakal tersebut selalu dirahmati oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa.” (Shofwan, 2017)
Pada hari Minggu Legi, 30 Juli 2017, pagi hari pukul 06.00
WIB, Kyai Nur Abadin dari Purwokerto, Srengat, Blitar, berkunjung ke rumah
saya. Beliau mengajak saya untuk pergi ke “Makam
Cikal-Bakal Desa Kasim” Selopuro, Blitar. Menurutnya, akan ada peletakan
batu nisan/maesan di makam cikal-bakal desa Kasim tersebut. Namun bertepatan
hari ini saya pun tidak bisa menuruti ajakan Kyai Nur Abadin sebab ada acara “Pengecoran Bangunan Midasapa dan Tempat
Sepeda” di Masjid Baitul Makmur Sekardangan, Kanigoro, Blitar. Jadi dalam
hal ini, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Kyai Nur Abadin
Purwokerto yang pagi-pagi sekali sudah datang ke rumah saya. Sekali lagi, saya
harus minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Kyai Nur Abadin Purwokerto.
Dalam bincang-bincang pagi itu, Kyai Nur Abadin
menceritakan bahwa Mbah Nyai Wadid (istri Mbah Kyai Wadid) Kasim merupakan
salah satu penggerak pembangunan makam Cikal-Bakal
Desa Kasim tersebut. Bahkan para pamong dan perangkat desa Kasim sangat
antusias dan sayuk-rukun dalam pembangunan makam cikal-bakal tersebut. Sebab
sudah lama para sesepuh desa Kasim mencari makam cikal-bakalnya namun belum
menemukan. Bila dilihat dari struktur tanahnya, makam cikal-bakal desa Kasim
tersebut sudah lama terpendam pasir dan batu-batuan dari letusan Gunung Kelud.
Maka, tak heran bila makam cikal-bakal itu sempat hilang, terbengkelai dan tak
terurus beberapa tahun bahkan ratusan tahun. Ceritanya, ketika ada pelebaran
jalan yang mengarah ke makam Mbah Kyai
Dimyati sebelah Barat, ditemukan bekas-bekas makam dan batu nisan para
tokoh cikal-bakal desa Kasim tersebut. Maka tak heran, para warga Kasim sangat
bahagia seperti menemukan kembali situs leluhurnya yang telah lama hilang.
Bahagia dan bahagia mereka rasakan. Sehingga antusias
membangun situs makam leluhurnya yang cikal-bakal desa mereka dirasakan sangat
membahagiakan. Adapun para leluhur yang cikal-bakal desa Kasim, kecamatan
Selopuro, kabupaten Blitar, Jawa Timur, antara lain:
1. Pangeran Prabu Kusumo/Kyai Ageng Gesang
(letaknya berada di bagian paling Barat)
2. Kyai Raden Pendar/Kyai Ageng Mangun
Topo/Kyai Ageng Mangun Kusumo (letaknya berada di
belakang makam nomor 1)
3. Nyai Ageng Sampingan/Nyai Syafingati
(letaknya berada di belakang makam nomor 2)
4. Pangeran Cokro Kusumo
(letaknya berada paling Timur)
Ke-empat
makam itulah yang akan dilestarikan dan dirawat oleh para warga desa Kasim,
Selopuro, Blitar, Jawa Timur. Dan sebenarnya masih ada beberapa makam para sesepuh
yang dimakamkan di areal makam tersebut termasuk Mbah Kyai Ageng Zainal Abidin
dan beberapa makam lain sebagainya. Karena memang areal tersebut jaman dahulu
memang sebuah tempat pemakaman pada zaman Mataraman awal. Namun karena letusan
Gunung Kelud, maka makam-makam tersebut tertutup dengan pasir dan batu-batuan.
Bahkan ada yang meyakini pula bahwa di era dulu (yakni; jaman Mataraman awal)
tepat berdekatan dengan makam cikal-bakal desa Kasim tersebut dulu juga ada
sebuah bangunan masjid yang digunakan untuk beribadah kepada Allah Yang Maha
Kuasa.
Jadi,
makam cikal-bakal desa Kasim tersebut tepatnya berada di sebelah Selatan lokasi
“Makam Mbah Kyai Dimyathi dan Mbah Kyai
Hasbullah” yang berada di pemakaman umum desa Kasim. Ada yang menyebutkan
bahwa keempat cikal-bakal desa Kasim tersebut merupakan trah keturunan Sunan
Geseng dan Sunan Tembayat. Dalam beberapa manuskrip yang dibawa Nyai Linawati
Djojodiningrat disebutkan bahwa Sunan
Geseng merupakan menantu dari Sunan
Tembayat. Dengan demikian, para tokoh cikal-bakal tersebut merupakan trah
keturunan dari kedua tokoh (Sunan Geseng dan Sunan Tembayat) tersebut. Kyai Nur
Abadi mendapat info dari Mbah Jawoko menyatakan bahwa di Utara makam tersebut
sebenarnya ada makam trah dari Prabu
Siliwangi. Hal ini diperoleh Mbah Jawoko dari hasil spiritual yang beliau
lakukan di tempat tersebut.
Mungkin ini
saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa
selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar)
saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, terutama pertemuan dengan Kyai
Nur Abadin (Purwokerto, Srengat, Blitar) di rumah saya pada waktu pagi-pagi
benar, pengecoran Midasapa dan Tempat Parkir Masjid Baitul Makmur Sekardangan, dan
semuanya saja, selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan
akhirat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu merahmati para cikal-bakal desa
Kasim, kecamatan Selopuro, kabupaten Blitar, propinsi Jawa Timur. Amin, amin,
amin, Yaa Rabbal Alamiin.
“If you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Makam Empat tokoh Cikal-Bakal Desa Kasim Selopuro, Blitar yang telah lama terpendam pasir dan batu-batuan lahar yang akan dibangun (Dokumentasi Mbah Jawoko, 2017) |
Kyai Nur Abadin Purwokerto saat membersihkan areal makam Cikal-Bakal desa Kasim, Selopuro, Blitar, bersama para warga sekitar (Dokumentasi Mbah Jawoko, 2017) |
Foto makam cikal-bakal desa Kasim, Selopuro, Blitar usai dibangun oleh ulama', warga dan para perangkat desa (Dokumentasi Mbah Jawoko, 2017) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang dalam komunitas
Padepokan Padang Jiwo sering dijuluki “Ki
Bagus Arief” ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT.
03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun
2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH.,
Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati,
M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan
lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas
Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi
Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi
Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini
juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat
(PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria
yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta
diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di
nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar