Minggu, 29 Maret 2020

CIKAL-BAKAL DESA DERMOJAYAN (SRENGAT, BLITAR) MBAH KYAI AGENG DERMOJOYO & MBAH KYAI AGENG KASAN IBRAHIM


Oleh: Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.

 Konon di Era Mataraman, Desa Dermojayan (Srengat, Blitar) dibabat oleh Mbah Kyai Ageng Dermojoyo (umaro’) dan Mbah Kyai Ageng Kasan Ibrahim (ulama’). Salah satu Cikal-Bakal Desa tersebut yang bernama Mbah Kyai Ageng Dermojoyo dimakamkan di Desa Gaprang, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Sementara, Mbah Kyai Ageng Kasan Ibrahim tetap dimakamkan di Desa Dermojayan.” (Shofwan, 2020)


          Dikisahkan bahwa Desa Dermojayan (Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar) dulu di Era Mataraman dibabat oleh dua tokoh, yaitu Mbah Kyai Ageng Dermojoyo dan Mbah Kyai Ageng Kasan Ibrahim. Tidak ada info yang dapat saya peroleh lagi, siapa lagi tokoh pembabat Desa Dermojayan, selain dua orang ini. Tentu masih ada lagi, sebab biasanya sebuah desa tidak dibabat oleh satu tokoh. Namun dikisahkan bahwa konon saat itu, Mbah Kyai Ageng Dermojoyo menjadi tokoh yang memegang pemerintahan (umaro’) Desa Dermojayan, hingga nama beliau dijadikan menjadi nama sebuah desa. Sedangkan, Mbah Kyai Ageng Kasan Ibrahim menjadi tokoh pemegang keagamaan (ulama’). Keduanya (antara umaro’ dan ulama’) saling bekerjasama membangun sebuah desa dan membangun masyarakat yang penuh ketentraman, keamanan, kedamaian, dan semacamnya.

          Suatu hari, setelah Mbah Kyai Ageng Dermojoyo sudah berumur agak sepuh (tua), beliau lalu hijrah ke daerah Gaprang (Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar). Awalnya, beliau memang ingin mencari kawan seperjuangannya yang sudah sepuh di Era Mataraman yang banyak hijrah dari Mataraman ke daerah Kanigoro, di antaranya tokoh yang bernama Mbah Kyai Ageng Resowijoyo dan Mbah Kyai Ageng Ronggo Rusik, Mbah Kyai Ageng Abu Bakar (sesepuh Desa Tlogo, Kanigoro, Blitar [makamnya berada di “Makam Kubur Dowo” Tlogo, Kanigoro, Blitar). Juga ada beberapa kawan perjuangannya saat itu sudah sepuh yang bernama Mbah Kyai Ageng Atmo Setro sesepuh Dusun Sekardangan (Desa Papungan, Kanigoro, Blitar [makamnya berada di “Pemakaman Kuno Gaprang Lor” Gaprang, Kanigoro, Blitar). Dan kawan-kawan seperjuangannya yang lain yang berada di Desa Banggle, Satreyan, Dogong, dan desa lainnya. Hingga akhirnya, ketika Mbah Kyai Ageng Dermojoyo wafat, lalu dimakamkan di Desa Gaprang, Kanigoro, Blitar. Yakni, utara Masjid Jamik perempatan Gaprang, Kanigoro, Blitar. Sementara itu, Mbah Kyai Ageng Kasan Ibrahim tetap dimakamkan di Desa Dermojayan.

          Saya sedikit tau kisah Mbah Kyai Ageng Dermojoyo (Sang Cikal-Bakal Desa Dermojayan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar) ini dari beberapa sesepuh. Lalu, saya juga pernah dapat cerita dari Mbah Romli, Mbah Mujio (Mbah Kasan Syuhadak alias Mbah Mardi Utomo), dan Mbah Yatiran yang semuanya merupakan sesepuh Pirukunan Purwa Ayu Mardi Utama (PAMU) Dermojayan yang pernah berziarah dan nyekar di makam Kyai Ageng Dermojoyo di Desa Gaprang, Kanigoro, Blitar. Setelah mereka berziarah ke makam tersebut, lalu mereka mampir ke rumah saya di Dusun Sekardangan (Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Blitar). Kata Mbah Mujio, sebagian warga Desa Dermojayan setiap acara “Bersih Desa Dermojayan” biasanya ada yang ziarah dan nyekar di makam Mbah Kyai Ageng Dermojayan di Desa Gaprang, Kanigoro, Blitar. Kadang rombongan dua atau tiga mobil, untuk mendoakan Sang Tokoh Cikal Bakal Desa Dermojayan di Gaprang.

          Saya biasa berziarah ke makam Mbah Kyai Ageng Dermojoyo di Desa Gaprang, Kanigoro, Blitar, bersama Mbah Jawoko dari Jatimalang (Sentul, Blitar). Pernah suatu ketika saya berziarah ke makam Kyai Ageng Dermojoyo bersama Komuinitas Pecinta Bumi Spiritual (KPBS) Blitar Raya, dan lainnya. Dalam silsilah “Keluarga Kebon Satreyan” dari Gus Siddiq disebutkan bahwa salah satu putra dari Mbah Kyai Ageng Dermojoyo menikah dengan Mbah Kyai Ageng Kasim Bin Soijoyo, lalu memiliki tujuh (7) putra-putri, yaitu:
1.    Kyai Reso Munawi
2.    Kyai Djo Muhammad
3.    Kyai Wongso
4.    Kyai Ilyas
5.    Kyai Idris
6.    Nyai Kasirah
7.    Kyai Abdul Karim

Dari Kyai Abdul Karim ini lalu memiliki salah satu putra yang bernama Mbah Kyai Ridwan Pendiri Pondok Pesantren Karangsono, Kanigoro, Blitar. Jadi, Mbah Kyai Ageng Dermojoyo merupakan simbah buyutnya Mbah Kyai Ridwan Karangsono, Kanigoro, Blitar. Salah satu putri dari Mbah Kyai Ridwan Karangsono yang bernama Nyai Siti Rohmah lalu dinikahkan dengan Mbah Kyai Zainuddin As-Sakri (putra dari Mbah Kyai Ahmad Dasuqi [murid Mbah Kyai Muhammad Sholeh Sang ulama Ahli Tauhid Kuningan] di Dusun Sekardangan, Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Blitar). Dan perlu diketahui bahwa Mbah Kyai Zainuddin As-Sakri ini merupakan adik dari mbah putri saya yang bernama Nyai Umi Kulsum Irjaz Binti Kyai Ahmad Dasuqi Sekardangan.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, terutama ketika berziarah bersama Mbah Jawoko ke makam Kyai Ageng Dermojoyo di Desa Gaprang selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu merahmati para cikal-bakal Desa Dermojoyo, Srengat, Blitar, Jawa Timur. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Halaman 1
Halaman 2
Makam Mbah Kyai Ageng Dermojoyo (Sang Cikal-Bakal Desa Dermojayan Srengat Blitar) di Desa Gaprang, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar
 

Tentang Penulis

Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd, seorang pria berbau Minyak Misik, Minyak Jakfaron, Minyak Bunga melati, Minyak Malaikat Subuh, Minyak Hajar Aswad, dan berbagai minyak wangi ini merupakan sosok yang suka berziarah ke makam para waliyullah. Pria penyuka wedang kopi dan rokok yang dalam komunitas Padepokan Padang Jiwo asuhan Mbah Kyai Yasin Fakih Bin Kyai Abbas Sekardangan sering dijuluki “Ki Bagus Arief” atau “Ki Bagus Santri” atau “Ki Bagus Kupluk Putih” atau “Ki Bagus Orong-Orong Gong” ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama dan inisiator Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.