Senin, 22 Oktober 2018

MENJADI PEMATERI YANG MEMBAHAS SEJARAH SYAIKHONA MUHAMMAD KHOLIL AL-BANGKALANI DI GRAHA NU BLITAR


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Ini merupakan catatan harian ketika saya ketika menjadi pemateri dalam mengkaji sejarah Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani, bersama Gus Dian Kediri dan Mas Fauzan Alfas Malang.” (Shofwan, 2018)

          Pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018, saya (Arif Muzayin Shofwan), bersama Gus Dian Kediri, dan Mas Fauzan Alfas Malang diminta mengisi ngaji yang membahas “Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani” di Graha NU, Jatinom, Blitar. Sekelumit yang saya sampaikan dalam forum tersebut adalah bahwa murid Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani memang banyak. Di Blitar, tepatnya di desa Tlogo, Kanigoro, Blitar, terdapat pula murid Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani yang bernama KH. Sibaweh Baghowi. Beliau ini merupakan pendiri Pondok Pesantren Al-Muslihun Tlogo, Kanigoro, Blitar, Jatim. Dari pesantren ini, berkembanglah pendidikan mulai tingkat dasar mulai MI, MTs, MA, hingga perguruan tinggi STIT AL-MUSLIHUN Tlogo, Kanigoro, Blitar.

          Sementara itu, Mas Fauzan Ahfas Malang menyatakan bahwa Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani merupakan PENYAMBUNG MATA RANTAI SILSILAH KEILMUAN para ulama Nusantara. Adapun dua orang guru misterius yang pernah mendidik Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani sebelum berpetualang ke berbagai pesantren di Jawa adalah Bhujuk Dawuh dan Bhujuk Agung. Yakni, dua orang guru yang nyentrik dan aneh yang mendidik Syaikhona Muhammad Kholil sewaktu muda. Keduanya memberi pelajaran kepada Syaikhona Muhammad Kholil di berbagai tempat, di sawah, di gunung-gunung, di pinggir sungai dan lainnya.

          Sementara itu, Gus Dian Kediri banyak memberikan dan mengulas kisah tawadluk-nya Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani. Gus Dian Kediri juga menyampaikan bahwa ada lima jalur nasab Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani yang kelima-nya tersebut bersambung kepada Para Walisongo hingga Rasulullah SAW. Perlu diketahui bahwa Gus Dian Kediri pada saat menjadi pemateri dalam acara ini, ternyata sedang menulis sejarah kisah Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani tersebut. Semoga cepat selesai Gus Dian!. Amiin.

Sebenarnya banyak sekali yang ingin saya kisahkan dalam artikel ini. Namun apa daya-nya, saya hanya bisa bercerita sampai di sini saja. Begitulah kiranya, dan mungkin hanya ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Pengumuman Ngaji Sejarah Syaikhona Muhammad Kholil Al-Bangkalani (Dokumentasi, 2018)
 
Berfoto sebelum acara: (1) KH. Muhammad Ardani (1) Fauzan Alfas Malang (3) Arif Muzayin Shofwan (4) Gus Dian Kediri (5) Sang Moderator Acara.
Saat berlangsung acara (Dokumentasi, 2018)

Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

ZIARAH SPIRITUAL CIKAL-BAKAL KADEMANGAN, SUNAN BUNGKUK, SITUS PLOSOREJO, DAN SITUS DARUNGAN


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Hari Minggu, 21 Oktober 2018 saya bersama Mbah Agung, Mbah Jawoko, Gus Luki melakukan ziarah spiritual ke beberapa tempat, di antaranya: Cikal-Bakal Kademangan, Sunan Bungkuk, Situs Plosorejo, dan Situs Darungan
(Shofwan, 2017)

          Bermula dari media WA Mbah Jawoko Jatimalang yang mengajak saya untuk mengadakan ziarah spiritual ke berbagai makam dan petilasan. Yakni, tepat pada hari Minggu, 21 Oktober 2018 ketika saya berada di rumah Mbah Agung Sananwetan, saya dihubungi lagi oleh Mbah Jawoko Jatimalang untuk mengadakan ziarah spiritual ke berbagai tempat makam, situs atau petilasan. Saat itu pula, Gus Luki Gaprang pas nggak ada acara dan ingin ikut juga WA pada saya. Akhirnya saya katakan pada Gus Luki Gaprang agar ketemuan di depan kantor polisi Kademangan (yang berada di utara pasar Kademangan). Berikut adalah beberapa petilasan, makam, dan situs yang kami ziarahi atau kami datangi, serta ingin kami gali sejarahnya dari juru kunci (bila ada), para masyarakat sekitar, dan lainnya:

1.   Puri Cikal Bakal Kademangan
Perlu diketahui bahwa “Puri Cikal Bakal Kademangan” merupakan petilasan tokoh yang cikal-bakal Kelurahan Kademangan. Puri tersebut berada di “Kampung Danyangan”, tepatnya ada jalan gang selatan kantor polisi Kademangan belok ke Timur sekitar 100 meter. Puri cikal bakal Kademangan tersebut berada di dalam Musholla Al-Amin. Mbah Sumitro, seorang yang turun-temurun merupakan keturunan juru kunci puri tersebut menyatakan bahwa tokoh yang cikal-bakal Kademangan bernama Mbah Gadhung Melati. Tokoh ini hidup pada zaman Mataram Islam. Setelah berhasil menjadi cikal-bakal Kademangan tokoh ini kemudian melanglang buana hingga akhirnya kembali lagi ke Mataram. Begitulah cerita dari Mbah Sumitro yang rumahnya berada di sebelah utara Puri Cikal Bakal Kademangan dan imam shalat di Musholla Al-Amin. Ada beberapa tempat atau petilasan yang saya telusuri tentang Mbah Gadhung Melati ini, yaitu: (1) Kelurahan Kanigoro, Mbah Gadhung Mlati dikaitkan dengan Ki Kebo Kanigoro; (2) Dusun Sekardangan, Mbah Gadhung Melati dikaitkan dengan Ki Ageng Purwoto Sidik/Ki Kebo Kanigoro dan Roro Sekar/Roro Tenggok; (3) Desa Dogong, Mbah Gadhung Melati dikaitkan dengan Roro Sari Once/Roro Sekar Rinonce; (5) Desa Maliran-Ponggok; (6) Desa Delonje-Talun; (7) Batu-Malang; (8) Desa Selokajang; Dan lainnya. Kata Mbah Sumitro bahwa para masyarakat sekitar kadang membakar dupa (Buhur atau Luban; bahasa Arab) di Puri Cikal-Bakal Kelurahan Kademangan di dalam musholla tersebut sekaligus membacakan Tahlil dan Yasin kepada tokoh yang cikal-bakal Kelurahan Kademangan. Dalam hal bakar dupa ini saya ingin menyatakan sebagai berikut. Dupa, Hioswa, Ratus, Kemenyan dalam bahasa Arab biasanya disebut dengan sebutan “BUHUR”, artinya Kemenyan Arab. Di dalam Buku Jilid II: “ANTOLOGI NU SEJARAH ISTILAH AMALIAH USWAH” karya H. Soelaiman Fadeli dan Mohammad Subhan, S.Sos., yang diberi pengantar oleh KH. Abdul Muchith Muzadi dan diterbitkan oleh Penerbit “Khalista” Surabaya bekerjasama dengan Lajnah Ta’lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNU) Jawa Timur pada halaman 124-125 telah disebutkan keterangannya demikian: “Buhur artinya Kemenyan. Disebut juga dengan Kemenyan Arab. Baunya harum kemanis-manisan.  Berfungsi untuk menenangkan pikiran dan mengharumkan ruangan. Buhur biasa dipakai oleh sebagian warga NU (Nahdlatul Ulama) – khususnya Kaum Habaib (Para Habib) – yang suka melakukan Riyadlah (lelaku spiritual) tertentu sebagai sarana menambah konsentrasi. Tidak semua orang NU mengenal dan suka memakai harum-haruman jenis Buhur ini. Hanya mereka yang akrab dengan dunia mistik dan supranatural melalui rangkaian doa-doa yang disusun Para Ulama Pendahulu (misalnya Ratib, Hizib dan Wirid) yang suka mempergunakan. Penggunaan Buhur adalah dengan cara dibakar. Karena berasal dari Arab, biasanya alat bakar juga dibeli di toko-toko Arab sekitar daerah Ampel, Surabaya. Bagi mereka yang tidak suka dengan kemenyan bakar, ada juga yang menggunakan Hioswa (Kemenyan Cina). Sesuai dengan namanya, barang ini biasanya dibeli di toko-toko Cina dalam bentuk kotak. Sedangkan Hioswa lebih banyak berbentuk batangan seperti sapu lidi. Baik Buhur maupun Hioswa, (Dupa, Ratus; Pen) kadang terbuat dari bahan yang sama”. Berdasarkan keterangan di atas, tradisi membakar Buhur, Dupa, Hioswa, Ratus, Kemenyan, dan semacamnya merupakan sebuah tradisi sebagian Kaum Habaib (Para Habib) dan tradisi sebagian penempuh spiritual di belahan dunia manapun, serta termasuk sebagian budaya atau tradisi Amaliyah Nahdlatul Ulama (NU). Apalagi, dalam berbagai kitab mu’tabaroh NU banyak disebutkan bahwa sebuah wirid maupun zikir disarankan memakai atau dengan membakar Dupa, Ratus, Hioswa, Buhur, Kemenyan Arab dan semacamnya. Kitab tersebut antara lain: (1) Kitab Syamsul Ma’arif Al-Kubro dan Kitab Manba’u Ushulil Hikmah, karya Syaikh Abul Abbas Bin Ali Al-Buni; (2) Kitab Sirrul Jalil, karya Syaikh Abul Hasan As-Syadzili; (3) Kitab Khozinatul Asror, karya Syaikh Muhammad Haqqi An-Nazili; dan lain sebagainya. Semoga tulisan ini bermanfaat menambah pengetahuan kita tentang tradisi Buhur, Hioswa, Ratus, Dupa, Kemenyan Arab, Jawa, Cina, India, Jepang, Myanmar, dan semacamnya.

2.   Makam Sunan Bungkuk (Syaikh Bungkuk)
Setelah kami berempat ziarah spiritual di Puri Cikal Bakal Kademangan, kemudian kami berziarah ke makam Sunan Bungkuk yang berada di puncak Gunung Gamping perbatasan antara Blitar dan Tulungagung. Kami berempat sempat bertanya kepada dua orang warga masyarakat yang dekat makam tersebut. Kata Mbah Agung: “Dimana ya lokasi makam Sunan Bungkuk?”. Seorang warga lalu menunjukkan jalannya. Namun kami sempat tersesat jalan hingga kurang lebih setengah jam mencari lokasi tersebut tidak ketemu. Kemudian kami bertanya lagi kepada orang yang berada di kebun jeruk dekat makam Sunan Bungkuk. Orang itu lalu menunjukkan bahwa makam Sunan Bungkuk berada di puncak Gunung Gamping (sambil menudingkan jari telunjuknya). Orang tersebut malah sempat cerita bahwa dahulu ada pemuda yang menangis-nangis di makam Sunan Bungkuk/Syaikh Bungkuk. Setelah pemuda itu ditanya alasan menangisnya. Pemuda itu menjawab bahwa dirinya menangis-nangis karena ingin berhenti dari perbuatan mabuk-mabukan. Wal khasil, konon akhirnya pemuda itu kemudian berhenti total dari mabuk-mabukan. (Inilah kisah orang yang kami tanyai di kebun jeruk tersebut). Wallohua’lam. Masyarakat sekitar sering menyebut bahwa makam itu adalah makam Sunan Bungkuk atau Syaikh Bungkuk. Dan ketika kami bertanya-tanya, ternyata tidak banyak yang tahu-menahu tentang sejarah kisah siapa Sunan Bungkuk atau Syaikh Bungkuk ini sebenarnya. Apakah beliau ini tokoh penyebar Islam di daerah Kademangan atau tokoh apa, ternyata belum ada yang menelitinya. Cumak bila dilihat batu-bata yang berserakan di areal makam Sunan Bungkuk (Syaikh Bungkuk), tampak bahwa batu-bata makam itu merupakan batu-bata merah yang besar-besar pada jaman Kerajaan Majapahit akhir. Wallohu’alam Bishowab.

3.   Situs Plosorejo
Kelihatan bahwa Situs Plosorejo (yang berada di Desa Plosorejo, Kademangan, Blitar) ini merupakan ukiran-ukiran pada batu Andesit bergambar Bunga Teratai (Padma). Dalam hal ini, kami menduga bahwa situs ini merupakan peninggalan agama Buddha. Sebab Bunga Teratai memang identik dengan simbol-simbol agama Buddha yang diajarkan oleh Sang Buddha Gautama dari Kerajaan Sakya, Nepal, India. Dalam ajaran agama Buddha disebutkan bahwa simbol bunga memiliki arti ketidak-kekalan. Artinya, semua yang ada di dunia ini tidak ada yang kekal. Susah adalah tidak kekal. Bungah juga tidak kekal. Kaya tidaklah kekal. Miskin juga tidak kekal. Jabatan apapun yang ada di dunia ini juga tidak kekal. Semua datang silih berganti bagaikan roda. Roda kadang di atas, kadang juga di bawah. Dalam tradisi agama Buddha, biasa Patung Sang Buddha selalu berada di atas Bunga Teratai. Namun dalam Situs Plosorejo tampaknya patung tersebut sudah tak ada lagi entah kemana. Inilah dugaan-dugaan dari kami yang bukan ahli, namun suka dengan cagar budaya Nusantara. Wallohu’alam.

4.   Situs Darungan
Situs Darungan berada di desa Darungan tepat di sebelah selatan sungai Serut. Di tempat ini kami berempat sempat berdiskusi tentang situs tersebut. Dalam diskusi tersebut, kami berempat menduga bahwa “Situs Darungan” merupakan gapura, gerbang atau pintu masuk ke sebuah tempat yang lebih besar. Sebab situs yang berbahan batu-bata merah besar-besar seperti jaman Majapahitan tersebut memang kayak semacam pintu gerbang, gapura, atau semacamnya. Tentu saja karena ini hanya dugaan, tentu kebenarannya harus diteliti oleh para ahli dalam bidang tersebut. Wallohualam.

Demikianlah kiranya perjalanan ziarah spiritual kami berempat (yakni: Arif Muzayin Shofwan, Mbah Agung Sananwetan, Mbah Jawoko Jatimalang, dan Gus Luki Gaprang) pada hari ini. Usai melakukan ziarah spiritual, kemudian kami berempat makan “Bakso Urat” yang berada di sebelah Utara bendungan Serut-Lodoyo. Setelah itu kami pulang menuju rumah Mbah Agung Sananwetan. Di rumah Mbah Agung Sananwetan ini kami nunut mandi sore hari sekaligus melakukan shalat Ashar. Setelah melakukan shalat Ashar, akhirnya kami mohon undur diri kepada Mbah Agung untuk pamit pulang ke rumah masing-masing.

Begitulah kiranya, mungkin ini saja tulisan catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan ini bila terdapat hal yang salah. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, kegiatan Mbah Agung Sananwetan, Mbah Jawoko Jatimalang, Gus Luki Gaprang dan semuanya saja, selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Gapuro masuk "Kampung Danyangan" Kelurahan Kademangan, Blitar (Dokumentasi, 2018)
 
Papan nama: Puri Cikal Bakal, Aula Serba Guna, dan Musholla Al-Amin (Dokumentasi, 2018)
 
Tulisan Puri Cikal Bakal Kademangan (Dokumentasi, 2018)
 
Raden Bagus Kunting/Muhammad Hafidz sedang berdzikir di Puri Cikal Bakal Kademangan (Dokumentasi, 2018)
 
Monumen Petilasan Puri Cikal Bakal Kademangan dilihat dari dekat (Dokumentasi, 2018)
 
Makam Sunan Bungkuk/Syaikh Bungkuk di Puncak Gunung Gamping perbatasan Blitar-Tulungagung (Dokumentasi, 2018)
 
Situs Plosorejo yang ukiran di batu itu berupa Bunga Teratai (Padma) yang condong sebagai simbol agama Buddha (Dokumentasi, 2018)
Situs Plosorejo dilihat dari dekat (Dokumentasi, 2018)
Situs Darungan (Dokumentasi, 2018)


Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Inti Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Kamis, 18 Oktober 2018

BUKU PANDUAN RITUAL MENARIK PUSAKA


Buku Panduan
RITUAL MENARIK PUSAKA


Disusun oleh
Muhammad Agung Priyokusumo
Arif Muzayin Shofwan




Dikeluarkan oleh
“KOMUNITAS PECINTA BUMI SPIRITUAL”
Blitar - Jawa Timur

 

Judul Buku:
“BUKU PANDUAN RITUAL MENARIK PUSAKA”
Disusun oleh:
Muhammad Agung Priyokusumo
Arif Muzayin Shofwan

Penyunting: Gus Masykur
Penyelaras Akhir: Ahmad Mansuri


Untuk Kalangan Sendiri

Cetakan Pertama, 2018



Dikeluarkan oleh
“KOMUNITAS PECINTA BUMI SPIRITUAL (KPBS)”
Blitar - Jawa Timur

 
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Tuhan sebagai penguasa alam semesta. Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada para Nabi dan Rasul, para ahli bait dan sahabatnya serta anak Adam di seluruh penjuru dunia. Ada yang menyatakan bahwa menarik benda pusaka gaib bukanlah suatu perkara yang mudah. Oleh karena perlu niat yang kuat dan usaha yang serius.

Tulisan berjudul “Buku Panduan Ritual Menarik Pusaka” ini merupakan sebuah buku yang menjelaskan tata cara atau teknik menarik benda pusaka yang telah gaib dibawa khodam penunggu. Buku panduan ini telah diijazahkan oleh Mbah Muhammad Agung Priyokusumo kepada siapa saja yang berminat mengamalkannya, terutama sekali amalan dalam Bab I, II, dan III.

Oleh karena manfaat dari dari buku panduan ini, maka Mbah Muhammad Agung Priyokusumo dalam ijazah-nya seraya berdoa: “Semoga Allah SWT berkenan mengabulkan dan melimpahkan rahmat-Nya demi tercapainya segala maksud dan segala apa yang dihajatkannya. Amiin Ya Rabbal Alamin.’’

Blitar, 26 Juni 2018
Penyusun,

Muhammad A.P. & Arif M.S. 

DAFTAR ISI

Judul Buku ~ 1
Kata Pengantar ~ 3
Daftar Isi ~ 4
Bab I: Tawasul Surat Al-Fatikah ~ 5
Bab II: Teknik Menarik Pusaka ~ 7
Bab III: Mengambil Pusaka Dan Benda Berharga ~ 9
Bab IV: Serba-Serbi Yang Berkaitan Dengan Ritual Penarikan Benda Gaib ~ 11
Bab V: Penjelasan Tentang Beragam Khodam Penunggu Pusaka ~ 13
Daftar Bacaan ~ 15
Tentang Penulis - 16

BAB I
TAWASUL SURAT AL-FATIKAH

Ada banyak cara tawasul dengan Surat Al-Fatikah yang diajarkan oleh para kyai maupun ulama. Namun, tujuan semua itu adalah sama, yakni kirim hadiah Surat Al-Fatikah kepada mereka yang difatikahi. Tentu saja, dengan hadiah Surat Al-Fatikah tersebut kita akan mendapatkan balasan kebaikan pula. Ibarat sebuah ungkapan “Apabila kita menanam kebajikan, maka kita akan memetik kebajikan yang kita tanam tersebut”. Berikut ini salah satu cara tawasul Surat Al-Fatikah:

1.   Ila Hadroti Nabiyyil Musthofa Muhammadin Wa Ala Alihi Wa Shohbihi Aj’main. Al-Fatikah...
2.   Ila Hadroti Jami’il Anbiya’ Wal Mursalin Khususon Sayyidina Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il, Wa Hamalatil Arsy. Al-Fatikah...
3.   Ila Hadroti Jami’il Auliya Was Sholihin, Wa Jami’il Ulama’il Amilin, Khususun Sayyidina Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, Syaikh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandi, Syaikh Abul Hasan As-Syadzili, Syaikh Abdulloh Arif As-Sathori, Syaikh Al-Habib Abdulloh Bin Alwi Al-Haddad. Al-Fatikah...
4.   Ila Hadrodi Jami’il Auliya’i Tis’ah, Khususon Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Kalijogo, Sunan Gunung Jati, Sunan Muria, Sunan Tembayat, Sunan Geseng, Sunan Mojogung, Sunan Padusan, Sunan Kajenar. Al-Fatikah...
5.   Ila Hadroti Jami’il Muslimin Wal Muslimat, Wal Mukminin Wal Mukminat. Al-Fatikah...
6.   Ila Hadroti Jami’i Man Ajazani, Khususon Syaikh Umar Syatho’ Al-Makki, Ustadz Kurdi Ismail, Ustadz Mudhofir Auliya. Al-Fatikah...
7.   Ila Hadroti... (Cikal Bakal Dusun atau Desa yang ditempati dalam mengambil pusaka). Al-Fatikah...
8.   Ila Hadroti... (Jika pusaka yang diambil itu milik seseorang yang sudah meninggal dunia, maka kirim Surat Al-Fatikah kepada orang tersebut). Al-Fatikah...
9.   Ila Hadroti... (Siapa saja yang disengaja, antara lain: orang tuanya, nenek moyangnya, guru-gurunya, keluarganya, teman-temannya, orang yang memberi ijazah amalan ini dan siapa saja yang berhubungan dengan kita [Jami’i Man Lahu Haqqun Alaina] atau dalam istilah lain adalah siapa saja yang berhubungan karma dengan kita). Al-Fatikah...

Demikianlah cara tawasul Surat Al-Fatikah dalam tradisi yang kami lakukan. Kirim Surat Al-Fatikah bisa disebutkan satu-persatu ataupun dikumpulkan jadi satu (“dijamak”). Ini semua tergantung situasi dan kondisi.[]

BAB II
TEKNIK MENARIK PUSAKA

Ada banyak teknik untuk menarik pusaka. Berikut adalah “Aji Nyepi Gaman” dan “Aji Nyepi Wesi Aji” yang diijazahkan oleh Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo kepada komunitas spiritual kami:

1.   Aji Nyepi Gaman
Jika Anda ingin mendapatkan gaman pusaka peninggalan orang-orang dahulu kala, lakukanlah tirakatan “Aji Nyepi Gaman” dengan cara berikut:
1.   Lakukan puasa sunat biasa pada hari Kamis
2.   Pada malam Jum’at-nya, datangilah tempat yang Anda perkirakan menyimpan gaman pusaka. Setelah tawasul Surat Al-Fatikah (Lihat Bab I), kemudian bacakanlah Surat Al-Ikhlas sebanyak 1.500 x (Seribu Lima Ratus Kali).
Dengan cara demikian, Insya Allah jika tempat itu ada gaman pusaka, maka dia akan muncul ke permukaan. Hanya saja kalau belum berhasil, sebaiknya amalan-amalan ini diulang-ulang kembali hingga berhasil.

2.   Aji Nyepi Wesi Aji
Wesi Aji adalah nama yang sering digunakan orang untuk menyebut senjata atau pusaka peninggalan orang-orang ampuh zaman dahulu kala, entah itu berupa keris, tombak, atau lempengan logam belaka. Jika Anda ingin memperoleh kembali benda-benda tersebut, lakukanlah amalan “Aji Nyepi Wesi Aji” dengan cara berikut:

1.   Datangilah tempat yang Anda duga menyimpan Wesi Aji.
2.   Kirim Surat Al-Fatikah (Lihat Bab I), terutama kepada Syaikh Umar Satho’ Al-Makki. Kemudian kelilingilah tempat tersebut sambil terus membaca lafadz “ALLOHU HAFIDZ, ALLOHU LATHIF” artinya Allah Yang Maha Memelihara, Allah Yang Maha Lembut. Setiap kali bacaan, hendaknya dihembuskan ke arah tempat yang Anda duga menyimpan Wesi Aji.
3.   Setelah tuntas berkeliling, kemudian tutuplah dengan menahan nafas sambil membaca lafadz berikut “AZALIYYUN, HAYYUN, QOYYUM, LAA YANAM” 3x (Tiga Kali [Tanpa Nafas]), artinya Yang Maha Azali, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdikari, Dan Tidak Tidur.

Dengan cara demikian, Insya Allah jika tempat itu menyimpan Wesi Aji, maka dia akan muncul ke permukaan. Dan Anda akan bisa mendapatkan Wesi Aji tersebut dan Anda tinggal mengambilnya. Hanya saja kalau belum berhasil, sebaiknya amalan-amalan ini diulang-ulang kembali hingga berhasil. Ada sebuah ungkapan: “Barangsiapa bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil”.[]

BAB III
MENGAMBIL PUSAKA DAN BENDA BERHARGA

Selain teknik mengambil pusaka yang telah disebutkan pada Bab I dan II, ada cara lain untuk mengambil gaman atau pusaka (keris atau lainnya) dan permata berharga dengan menggunakan “Ayat Kursi”. Berikut adalah cara mengambil pusaka dan benda berharga atau permata dengan media Ayat Kursi:

1.   Berpuasalah 3 (Tiga) hari berturut-turut, dan setiap malamnya membaca Ayat Kursi sebanyak 1.000 x (Seribu Kali) di tempat yang terdapat benda pusaka-nya tersebut. Dalam hal ini, Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo menyarankan berpuasa 3 (Tiga) hari yang nilainya sama dengan berpuasa 40 (Empat Puluh) hari, yaitu:
1.   Kamis Wage, Jumat Kliwon, Sabtu Legi
2.   Jumat Paing, Sabtu Pon, Ahad Wage
3.   Sabtu Kliwon, Ahad Legi, Senin Paing
4.   Selasa Kliwon, Rabu Legi, Kamis Paing
5.   Rabo Pon, Kamis Wage, Jumat Kliwon
Dari lima pilihan di atas bisa dipilih salah satu (Lihat dalam Kitab Attasadur Adammakna, pada halaman 84)

2.   Kalau sudah jelas melihat benda tersebut masuk pada suatu pohon, maka Anda mengikatkan benang: satu ujung diikatkan pada bagian atas pohon dan satu ujung diikatkan pada bagian bawah pohon, kemudian dibacakan Ayat Kursi sebanyak 1.000 x (Seribu Kali)

Dengan demikian, maka Insya Allah akan keluar pusaka atau gaman dan benda/permata berharga yang dimaksud.

Dalam salah satu literatur disebutkan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam ritual menarik benda gaib bagi pemula, antara lain:
1.   Niat yang benar, kemauan yang kuat, keyakinan yang penuh dan tulus. Yakni, tancapkan niat dan tekad yang kuat bahwa dengan izin Tuhan proses ritual penarikan benda gaib itu menjadi mudah.
2.   Selalu melatih kepekaan dasar tangan dan mempertajam intuisi. Yakni, kalau tangan Anda peka dan intuisi Anda tajam, maka akan banyak membantu dalam proses penarikan benda gaib.
3.   Selalu melatih kekuatan fisik dan teknik pengaturan nafas. Fisik harus kuat, minimal pada waktu malam tidak gampang masuk angin, sesak nafas, pusing dan semacamnya. Selanjutnya, dengan melatih pernafasan, akan peka terhadap benturan energi, baik dorongan maupun tarikan.[]

BAB IV
SERBA-SERBI YANG BERKAITAN DENGAN RITUAL PENARIKAN BENDA GAIB

Teknik atau cara ritual menarik pusaka maupun benda gaib memang banyak ragamnya. Bila pada bab-bab sebelumnya (yakni: Bab I, II, dan III) merupakan cara yang telah diijazahkan oleh Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo, yakni seorang Praktisi Penarikan Benda Gaib yang bermukim di Kota Blitar, Jawa Timur. Maka berikut ini akan disebutkan serba-serbi yang berkaitan dengan ritual penarikan benda gaib dari berbagai sumber literatur, di antaranya berikut ini.

Dalam salah satu sumber literatur juga disebutkan bahwa apabila Anda benar-benar telah siap menarik benda gaib, maka lakukan pengetesan (testing) apakah tempat tersebut ada benda pusaka (benda gaib-nya) atau tidak, dengan cara sebagaimana berikut:

1.   Segera menuju tempat yang Anda duga terdapat benda pusaka/gaib-nya dalam keadaan suci dari hadast besar dan kecil.
2.   Sesampai tempat tersebut ucapkan “Bismillah” dan “Salam Penghormatan” pada penghuni tempat (Sing Mbaurekso) tersebut.
3.   Peganglah benda (benda itu bisa berupa tanah, pohon, batu, dan lainnya) yang ada di tempat tersebut dengan tangan kanan terbuka.
4.   Lalu konsentrasikan dan tenangkan hati dan pikiran Anda, kemudian bacalah Surat Al-Fatikah sebanyak 7x (Tujuh Kali). Yakni dengan catatan: Satu Surat Al-Fatikah dengan 1 (Satu) tarikan nafas.
5.   Apabila dalam benda (bisa tanah, pohon, batu, dll.) tersebut ada benda pusaka-nya, maka sesudah Anda lakukan hal tersebut, telapak tangan Anda bakal merasa panas atau hangat. Hal tersebut tergantung seberapa ampuhnya khodam penunggu benda tersebut.
6.   Selanjutnya, setelah mengetahui poin ke-5 tersebut, maka bagi Praktisi Penarik Pusaka Tingkat Pemula bisa melakukan amalan “RITUAL PENARIKAN BENDA PUSAKA” yang diijazahkan Mbah Agung (di Bab I, II, dan III).
7.   Namun bagi Praktisi Penarik Pusaka Tingkat Mahir, biasanya benda tersebut bisa langsung ditarik. Yakni, dengan cara membiarkan proses poin ke-5 sebentar hingga terasa ada satu benda panas menyentuh telapak tangan. Setelah itu, lalu menggenggam serta menutup tangan dengan kencang posisi mengepalkan dua tangan dengan niat agar benda itu mewujud. Lalu membuka telapak tangan sambil meniupnya dengan cara perlahan-lahan.[]

BAB V
PENJELASAN TENTANG BERAGAM KHODAM PENUNGGU PUSAKA

Perlu diketahui bahwa tidak sembarang tempat ada benda pusaka atau benda gaib-nya. Biasanya, tempat-tempat yang ada benda pusaka-nya adalah tempat yang dipenuhi aura mistis, yakni aura yang mengandung tenaga supranatural. Misalnya: bekas kerajaan, pesarean atau makam keramat, wilayah pertapaan para raja, petilasan para waliyulloh, daerah-daerah angker dan semacamnya (Gewor, 2014).

Kata Mbah Gewor: “Tak gampang memang, kita patut punya bekal ilmu supranatural yang tinggi, jadi tak asal menarik. Pertama yang patut dilakukan adalah menerawang dengan mata batin mengenai lokasi mana yang ada energi-nya, yang ada pusaka-nya. Sesudah itu kita baca mantra, komunikasi secara gaib, lalu akhirnya kita dapat ijin dari yang Mbaurekso atau istilahnya penunggu lokasi angker tersebut. Barulah kita dapat menarik pusaka itu. Apabila tak dapat ijin-nya, ya sama saja kita ini nyolong/mencuri.” (Gewor, 2017).

Selanjutnya Mbah Gewor mengingatkan bahwa tidak semua khodam (penunggu) benda pusaka tersebut mengijinkan benda pusaka itu diambil. Terkadang khodam itu malah justru mengajak perang kepada Sang Penarik benda gaib. Siapa yang menang, maka dia yang berhak mendapatkan benda pusaka gaib tersebut. Seandainya khodam (penunggu) benda gaib itu yang menang, maka kita tidak akan mendapatkan benda gaib tersebut. Namun apabila Sang Penarik benda gaib tersebut yang menang, maka dia itulah yang akan memiliki benda gaib tersebut (Gewor, 2017).

Selain penjelasan tentang khodam (penunggu penunggu pusaka) di atas, disebutkan dalam salah satu sumber sebagai berikut: “Untuk dapat menarik benda pusaka yang ampuh dan bertuah bukanlah suatu perkara yang mudah. Karena diperlukan niat yang kuat dan usaha yang benar-benar serius untuk mendapatkannya. Bahkan dikatakan bahwa suatu benda pusaka belum tentu akan cocok dengan orang yang menariknya. Oleh karena itu, benda pusaka akan mencari orang yang cocok dengan dirinya”. Jadi, konon apabila benda pusaka itu tidak cocok dengan energi dirinya, maka dia akan banyak madlarat-nya daripada manfaat-nya.

Catatan Tambahan: Dinyatakan bahwa seorang yang berniat menjadi Praktisi Penarik Pusaka terlebih dahulu harus memiliki DAYA MAGNETIS terlebih dahulu. Sebab DAYA MAGNETIS inilah yang berfungsi sebagai POWER PENARIKAN BENDA PUSAKA dari tempat persembunyian (ke-gaib-an)-nya (Lihat penjelasan tentang DAYA MAGNETIS tersebut di dalam “Kitab Suluk Rumekso Ing Napas” pada halaman 13). Semoga buku kecil ini bermanfaat bagi kita semua. []

DAFTAR BACAAN

Muhammad Agung Priyokusumo dan Arif Muzayin Shofwan (2018). Kitab Suluk Rumekso Ing Napas. Blitar: Komunitas Pecinta Bumi Spiritual.
Muhammad Agung Priyokusumo (2018). Mengambil Wesi Aji. Lembaran Ijazah dari Ust. Kurdi Ismail ZA.
-------- (2018). Aji Olah Gaman: Aji Nyepi Gaman dan Aji Nyepi Wesi Aji. Lembaran ijazah dari H. Mudhofir Aulia.
-------- (2018). Nyepi Gaman. Lembaran ijazah dari Ust. Kurdi Bin H. Ismail.
Anonim (2014). Ilmu Menarik Benda Pusaka/Ghoib Versi Karomah. Diakses dari http://intedaaura. wordpress.com, pada tanggal 5 Mei 2018.
-------- (2016). Cara Menarik Benda Ghaib Menjadi Nyata Dengan Mudah Untuk Pemula Tanpa Syarat Puasa. Diakses dari http://kimontok.blogspot. co.id, pada tanggal 6 Juni 2018.
Mbah Gewor (2017). Cara Menarik Benda Pusaka Gaib Bagi Orang Awam. Diakses dari http://www.mbah gewor.com, pada tanggal 8 Mei 2018.

TENTANG PENULIS

Muhammad Agung Priyokusumo, lelaki yang lahir pada bulan November ini merupakan salah seorang spiritualis asli kelahiran Blitar, Jawa Timur. Pria tersebut banyak mempelajari berbagai macam teknik meditasi, di antaranya: Meditasi Sufi, Meditasi Samatha, Meditasi Vippasana, Meditasi Anapanasati, Meditasi Reiki, dan berbagai macam teknik meditasi lainnya. Selain itu, lelaki yang pernah bekerja sebagai Kepala Bagian Keuangan Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Blitar ini juga merupakan salah seorang praktisi penarik pusaka di berbagai petilasan kuno atau tempat yang dianggap keramat. Ada banyak benda pusaka yang pernah dia tarik, seperti: berbagai macam keris, batu permata, kul buntet, cacing kanil, dan lain sebagainya.[]

Arif Muzayin Shofwan, lelaki yang lahir pada bulan Juni ini merupakan seorang spiritualis yang berasal dari Blitar, Jawa Timur. Lelaki yang berprofesi sebagai tenaga pendidik di sebuah universitas ini pernah menulis buku bersama Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo berjudul “Kitab Suluk Rumekso Ing Napas” dan “Buku Panduan Reiki Tingkat Dasar” serta “Buku Panduan Ritual Menarik Pusaka” yang sedang Anda pegang saat ini. Selain itu, secara pribadi, lelaki yang suka meditasi ini juga pernah menulis buku berjudul “Risalah Dzikir Hifdzul Anfas Wal Aurod Dilengkapi Dengan Sepercik Inti Wejangan Sunan Tembayat” serta “Risalah Dzikir Hasbalah” dan judul buku-buku lainnya.[]