Rabu, 01 Agustus 2018

SILSILAH NASAB EYANG DJOEGO MANGGOLO DAN EYANG IMAN SUJONO PURO TRAH KETURUNAN SUNAN TEMBAYAT DAN EYANG BATHORO KATONG PONOROGO DI GUNUNG KAWI MALANG


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Eyang Adipati Djoego Manggolo dan Eyang Adipati Iman Sujono Puro merupakan kakak beradik yang merupakan trah keturunan Sunan Tembayat Bin Maulana Hamzah Bin Sunan Ampel (Klaten, Jawa Tengah). Juga dari istri Sunan Tembayat, kedunya juga ada hubungan silsilah dengan Eyang Bathoro Katong Bin Brawijaya V Ponorogo. Silsilah nasab keduanya terpampang di areal makam Sunan Tembayat. Semoga tulisan ini memberi pencerahan.
(Shofwan, 2017)

          Jejak nasab silsilah Eyang Adipati Djoego Manggolo dan Eyang Adipati Iman Sujono Puro di Gunung Kawi sebagai trah keturunan Sunan Tembayat Bin Maulana Hamzah Bin Sunan Ampel pernah dikemukakan oleh Mas Iman Widodo di “GROUP PATRAP SUNAN TEMBAYAT” yang dibuat oleh Mas Putu Ari Sudana. Bahkan dalam hal tersebut, pada hari Selasa 31 Juli 2018, Mas Iman Widodo (Sang Ketua Pagar Nusa Bayat, Klaten, Jateng) menyajikan silsilah kedua tokoh tersebut sebagaimana yang terpampang di “Areal Makam Sunan Tembayat” dan “Silsilah Sunan Tembayat (bertuliskan HANACARAKA)” yang dikemukakan oleh Raden Ayu Linawati Djojodiningrat. 

Dan perlu diketahui bahwa Eyang Adipati Djoego Manggolo (Eyang Djoego Sang Pendiri Desa Djoego, Kesamben, Blitar) dan Eyang Adipati Iman Sujono Puro (Malang) merupakan kakak beradik. Maka tak heran bila keduanya ingin dikuburkan satu areal lingkungan makam di Gunung Kawi, Malang. Saat itu pula, Mas Iman Widodo (yang juga merupakan keturunan Sunan Tembayat, Klaten, Jawa Tengah) ini juga mengaplud foto-foto beliau bersama kawan-kawannya ketika di Areal Lingkungan Eyang Adipati Iman Sujono Puro di Malang dalam “GROUP PATRAP SUNAN TEMBAYAT” dan “GROUP RANJI SARKUB”. Demikian semoga bermanfaat adanya.

          Memang tak heran bila trah keturunan dari Sunan Tembayat sejak jaman Amangkurat II hingga munculnya Perang Diponegoro selalu menjadi incaran dan obyek kecurigaan dari para pihak Kolonial Belanda. Mengapa?. Alasannya adalah sebagaimana berikut, di antaranya:

v  Pertama adalah pada jaman Amangkurat II, para ulama dan warga trah keturunan Sunan Tembayat yang berjumlah sekitar 6000 (Enam Ribu) pernah di bantai oleh Amangkurat II di alon-alon yang mana Amangkurat II  bersekongkol dengan pihak Belanda. Sebab trah keturunan Sunan Tembayat ini sangat getol menantang kebijakan Amangkurat II yang bekerjasama dengan Kompeni Belanda.

v  Kedua adalah kecurigaan para kaum Kompeni Belanda terhadap trah keturunan Sunan Tembayat tersebut berlangsung hingga bertahun-tahun sampai masa Perang Pageran Diponegoro. Pangeran Diponegoro sendiri merupakan trah keturunan Sunan Tembayat dari jalur ibunya yang trah Panembahan Sawo Ing Kajoran. Ciri-ciri trah keturunan Panembahan Sawo adalah selalu menanam Pohon Sawo, baik di tanam di belakang rumah maupun depan rumahnya. (Ini jaman perang Pangeran Diponegoro digunakan sebagai SANDI/SIMBOL/TANDA POHON SAWO semacam itu).

Dari kedua alasan di atas, maka tak heran bila kakak beradik yang bernama Eyang Adipati Djoego Manggolo (Pendiri desa Djoego, Kesamben, Blitar) dan Eyang Adipati Iman Sujono Puro (Gunung Kawi, Malang) menjadi obyek incaran dan kecurigaan pihak Kaum Kompeni Belanda. Oleh karena hal inilah maka kedua tokoh ini hijrah hingga Blitar-Malang. Dan kedua tokoh tersebut, berwasiat minta dimakamkan dalam satu areal atau satu lingkungan yang berada di Gunung Kawi Malang, Jawa Timur. Adapun silsilah nasab kedua tokoh tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mas Iman Widono (Klaten, Jateng) adalah seperti berikut:

Silsilah Eyang Adipati Iman Sujono Puro Malang
1.    Sunan Tembayat Bin Maulana Hamzah Bin Sunan Ampel + Nyai Ageng Kaliwungu Binti Bathoro Kathong Ponorogo, berputra:
2.    Raden Panembahan Djiwo, berputra:
3.    Raden Panembahan Minangkabul, berputra:
4.    Raden Panembahan Masjid Wetan, berputra:
5.    Raden Ayu Wongsodipo + Adipati Martopuro Jeporo, berputra:
6.    Adipati Iman Sujono Puro Malang.

Silsilah Eyang Adipati Djoego Manggolo (Eyang Djoego, Kesamben, Blitar)
1.    Sunan Tembayat Bin Maulana Hamzah Bin Sunan Ampel + Nyai Ageng Kaliwungu Binti Bathoro Kathong Ponorogo, berputra:
2.    Raden Panembahan Djiwo, berputra:
3.    Raden Panembahan Minangkabul, berputra:
4.    Raden Panembahan Masjid Wetan, berputra:
5.    Raden Ayu Wongsodipo + Adipati Martopuro Jeporo, berputra:
6.    Adipati Djoego Manggolo (Pendiri Desa Djoego, Kesamben, Blitar)

Berdasarkan silsilah di atas, maka Eyang Adipati Iman Sujono Puro (Malang) merupakan kakak dari Eyang Adipati Djoego Manggolo (Eyang Djoego Sang Pendiri Desa Djoego, Kesamben, Blitar). Dan ada salah satu adik dari tokoh di atas yang bernama Eyang Raden Ngabehi Wirogati, yang merupakan cikal-bakal Desa Jatimalang, Kota Blitar. Selanjutnya, dari trah keturunan Sunan Tembayat lainnya sebenarnya juga ada yang berada di Desa Kauman, Kesamben, Blitar yang bernama Mbah Nyai Woeryan (istri dari Mbah Kyai Imam Supangat) Sang Pendiri MASJID AL-IKLHLAS Kauman, Kesamben, Blitar. Yakni, jalur silsilah dari Mbah Kyai Raden Muhammad Kasiman Sang Cikal Bakal MASJID AGUNG Kota Blitar.

Begitulah kiranya, mungkin ini saja tulisan saya hari ini. Yakni menulis tentang sekilas tentang silsilah nasab Eyang Adipati Iman Sujono Puro Malang dan Eyang Adipati Djoego Manggolo Kesamben Blitar. Keduanya sama-sama seorang ulama yang juga mendirikan sebuah masjid di tempat masing-masing. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan ini bila terdapat hal yang salah. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, kegiatan Mas Iman Widodo (Bayat, klaten, Jawa Tengah), dan semuanya saja, selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Silsilah Eyang Djoego Manggolo dan Eyang Adipati Iman Sujono Puro yang merupakan trah keturunan Sunan Tembayat Bin Maulana Hamzah Bin Sunan Ampel (Dokumentasi dari Mas Iman Widodo, Bayat, Klaten, Jateng, 2018)
Foto Padepokan Eyang Djoego Manggolo dan Eyang Iman Sujono Puro Malang (Dokumentasi Mas Iman Widodo, Bayat, Klaten, Jateng, 2018)
 
Mas Iman Widodo (Bayat, Klaten, Jateng) bersama-sama dengan kawan-kawannya di areal makam Eyang Djoego Manggolo dan Eyang Iman Sujono Puro (Dokumentasi, 3018)
 
Silsilah asli trah keturunan Sunan Tembayat Bin Maulana Hamzah Bin Sunan Ampel yang bertuliskan HANACARAKA, dan belum dialihkan ke bahasa Latin.
Tentang Penulis

Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd., seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang merupakan trah keturunan atau generasi dari Sunan Ampel (Haji Bong Swie Hoo), Sunan Tembayat (Sayyid Kasan Nawawi), Sayyid Maulana Hamzah (Pangeran Tumapel/Pangeran Lamongan) dan Eyang Raden Bathoro Katong (Ponorogo) ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

SERBA-SERBI EYANG RADEN BATHORO KATONG PONOROGO


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Diskusi-diskusi dalam GROUP TRAH EYANG BATHORO KATONG Ponorogo juga menarik dituliskan dalam blog. Dengan harapan, hal tersebut menambah wawasan bagi yang mencari informasi tentang serba-serbi Eyang Raden Bathoro Katong Ponorogo. Walaupun ini hanya serba-serbi atau sekelumit info ringan, mudah-mudahan berguna untuk menyambung tali silaturrahmi.
(Shofwan, 2018)

Eyang Raden Bathoro Katong Ponorogo dikenal sebagai Adipati Pertama Ponorogo. Beliau merupakan anak dari Brawijaya V Raja Terakhir Kerajaan Majapahit. Dalam “Babad Ponorogo” disebutkan bahwa Eyang Raden Bathoro Katong memiliki lima istri, antara lain:
 
1.    Putri Permaisuri bernama Putri Adi Kaluwung dari Demak
2.    Putri Bagelen
3.    Putri Pamekasan dari Madura
4.    Dyah Roro Ayu Niken Gendini, yakni putri dari Ki Ageng Kutu Ponorogo
5.    Putri Kuning, yakni seorang putri dari Ki Buyut Wono

Selanjutnya, dalam berbagai diskusi di “GROUP TRAH EYANG BATHORO KATHONG”, dijelaskan bahwa ada hubungan darah para priyayi generasi Madura dengan Eyang Bathoro Katong Ponorogo. Misalnya:

1.    Cucu Eyang Bathoro Katong Ponorogo yang bernama Pangeran Sawo Tanah (juga cicit Sunan Ampel) + Nyai Sawo Tanah Binti Sunan Giri, berputra:
2.    Pangeran Waringin Pitu, berputra:
3.    Pangeran Waringin Pitu II, berputra:
4.    Pangeran Mas Penganten, berputra:
5.    Pangeran Ronggo, berputra:
6.    Ratu Syarifah Ambami Arosbaya + Pangeran Cakraningrat I (Madura).

Selain itu, ada lagi bahwa: putri dari Panembahan Romo Ing Kajoran (trah keturunan Eyang Bathoro Katong) menikah dengan Pangeran Trunojoyo (cucu dari Pangeran Cakraningrat I). Begitu pula, hubungan Bangkalan dan Ponorogo juga melalui salah satu putri Eyang Bathoro Katong yang menikah dengan Ki Kebo Kenongo (Sayyid Syihabuddin) yang berputra Joko Tingkir (Sultan Hadiwijaya Pajang/Raden Abdurrahman). Selanjutnya, putri dari Joko Tingkir menikah dengan Panembahan Lemah Duwur, yakni kakek dari Pangeran Cakraningrat I. Selanjutnya pula, Eyang Bathoro Katong juga besanan dengan Sunan Lamongan/Sayyid Maulana Hamzah, yakni nikahnya Sunan Tembayat dengan Nyai Ageng Kaliwungu putri dari Eyang Bathoro Katong.

Demikian sekelumit “SERBA-SERBI EYANG BATHORO KATONG” yang saya dapatkan dari berbagai nara sumber. Sementara itu, penulis yakni Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd., juga memiliki runtutan silsilah dari Eyang Raden Batoro Katong Ponorogo dari putrinya bernama Nyai Kaliwungu yang dinikahi oleh Sunan Tembayat/ Sunan Pandanaran II/ Sayyid Hasan Nawawi Bin Sayyid Maulana Hamzah/Pangeran Tumapel/Pangeran Lamongan Bin Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel). Berikut silsilahnya dari jalur Eyang Batoro Katong Ponorogo:

Silsilah dari Eyang Raden Batoro Katong jalur Nyai Kaliwungu sampai Mbah Kyai Raden Taklim Penghulu Srengat Blitar

1.    Prabu Brawijaya V (Raden Joko Sesuruh) Raja Terakhir Majapahit + Putri Bupati Bagelenan, berputra:
2.    Raden Batoro Katong (Pendiri Ponorogo), berputra:
3.    Nyai Ageng Kaliwungu Binti Batoro Katong (istri dari Sunan Tembayat/ Sayyid Hasan Nawawi/ Sunan Pandanaran II), berputra:
4.    Raden Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6.    Pangeran Ragil Kuning (Raden Ragil Sumendi), Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7.    Pangeran Wongsodriyo/Raden Wongsopuro Ponorogo, berputra:
8.    Kyai Ageng Raden Nojo/Noyo Semanding/Raden Noyopuro Ponorogo, berputra:
9.    Kyai Ageng Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo), berputra:
10. Mbah Kyai Raden Taklim (Penghulu Srengat I) makam di Gunung Pegat Srengat, berputra:
11. Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman), Cikal Bakal Pendiri Masjid Agung Kota Blitar, berputra:
12. Mbah Kyai Muhammad Syakban atau biasa dikenal dengan sebutan “Mbah Syakban Gembrang Serang” atau “Mbah Syakban Tumbu” (makamnya berada di “Makam Mbrebesmili Santren”, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar), berputra:
13. Mbah Kyai Muhammad Asrori, yakni pendiri dan cikal-bakal “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar, berputra:
14. Mbah Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Imam Muhtar atau Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar), berputra:
15. Mbah Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi) dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra;
16. Mbah Haji Tamam Thahir (suami dari Nyai Hj. Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
17. Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.

Silsilah Eyang Raden Batoro Katong Ponorogo dari jalur Nyai Ageng Kaliwungu sampai ke Mbah Kyai Raden Witono/Sayyid Hasan Nawawi Kalangbret Tulungagung

1.    Prabu Brawijaya V (Raden Joko Sesuruh) Raja Terakhir Majapahit + Putri Bupati Bagelenan, berputra:
2.    Raden Batoro Katong (Pendiri Ponorogo), berputra:
3.    Nyai Ageng Kaliwungu Binti Batoro Katong (istri Sunan Tembayat/ Sunan Pandanaran II/ Sayyid Hasan Nawawi Bin Maulana Hamzah Bin Ali Rahmatulloh Sunan Ampel), berputra:
4.    Raden Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6.    Pangeran Ragil Kuning (Raden Ragil Sumendi) Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7.    Pangeran Wongsodriyo/Raden Wongsopuro, berputra:
8.    Kyai Ageng Raden Nojo/Noyo Semanding/Raden Noyopuro, berputra:
9.    Kyai Ageng Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo), berputra:
10. Mbah Kyai Mangun Witono/ Sayyid Hasan Ghozali, makamnya berada di belakang “Masjid Tiban Al-Istimrar” Kauman, Kalangbret, Tulungagung, berputra:
11. Mbah Kyai Nur Ali Rahmatullah Jarakan Gondang Tulungagung, berputra:
12. Mbah Kyai Ali Muntoho (Cikal-bakal Desa Jarakan, Gondang, Tulungagung), berputra:
13. Nyai Mursiyah (istri dari Mbah Kyai Muhammad Syakban/ Mbah Syakban Gembrang Serang/ Mbah Syakban Tumbu bin Kyai Muhammad Qosim Penghulu Pertama Blitar), berputra:
14. Mbah Kyai Muhammad Asrori pendiri “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar (suami dari Nyai Haditsah Binti Muhammad Yunus Srengat), berputra:
15. Mbah Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar), berputra;
16. Mbah Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi, Srengat, Blitar) dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra:
17. Mbah Haji Tamam Thahir (suami dari Nyai Hj. Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
18. Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.

Keterangan Silsilah
Silsilah nasab penulis tersebut diadopsi dari berbagai sumber dengan pengurutan generasi ke generasi seperlunya, di antaranya dari: (1) Lembaran Silsilah “Keluarga Kyai Raden Muhammad Qosim/ Eyang Kasiman” yang tersimpan di Yayasan Kyai Raden Muhammad Kasiman sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar; (2) Buku berjudul “Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini” karya Abu Naufal bin Tamam At-Thahir; (3) Buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV: Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu Linawati dan disusun oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (4) Buku berjudul “Silsilah Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar” karya Arif Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana; serta Lembaran berjudul “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asror Pakisrejo, Srengat” yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1984. Perlu diketahui bahwa penulisan silsilah ini hanya sekedar dalam tataran penelitian sejarah, sehingga sejarah kisah nenek moyang Jawa tetap lestari dan langgeng, walaupun di dunia ini memang tak ada yang langgeng. Namun setidaknya, penulisan silsilah semacam ini menjadi sarana belajar dan belajar. []

 
Makam Eyang Bathoro Katong Ponorogo
 
Romo Dwi berada disamping makam putri Bathoro Katong yang dinikahi oleh Ki Kebo Kenongo/Sayyid Syihabuddin Bin Sri Makurung Handayaningrat
 
Gapura Pintu Masuk Makam Bathoro Katong Ponorogo
 
Kawan-kawan KOMUNITAS PECINTA BUMI SPIRITUAL (KPBS) Sekardangan, Kanigoro, Blitar berziarah ke Makam Eyang Bathoro Katong (Dokumentasi, 2018)
Ratu Syarifah Ambani Arusbaya (dari sisi lain merupakan trah keturunan Eyang Bathoro Katong Ponorogo dan Sunan Ampel Surabaya)

Sekelumit Biografi

Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd merupakan Wakil Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) PCNU Kabupaten Blitar. Pria generasi dari Sunan Tembayat, Sayyid Maulana Hamzah/Pangeran Lamongan, Sunan Ampel (Haji Bong Swie Hoo), Prabu Brawijaya V (Raja Terakhir Kerajaan Majapahit), Ronggolawe (Jaman Majapahit, dari jalur istri-nya Sayyid Maulana Hamzah/Pangeran Tumapel Lamongan), dan Raden Bathoro Katong (Adipati Pertama Ponorogo) ini juga merupakan dosen di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar pada mata kuliah Aswaja dan Ke-NU-an, Pendidikan Agama Islam, dan lainnya. Selain itu, dia merupakan Anggota Tim Inti Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme (PUSAM) Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang, 2013-2016; Ketua Divisi Pluralisme dan Multikulturalisme The Post Institute Blitar, 2012-sekarang; Pendiri Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) UNU Blitar; salah satu Pendiri Pusat Diklat Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDIKDEMAS) Blitar,  dan lainnya. Pria yang punya hobi menulis ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Kode Pos 66171, Jawa Timur. HP. 085649706399.