Oleh: Arif
Muzayin Shofwan
Malam ini,
yakni hari Jum’at malam Sabtu, ketika saya berada di rumah Pak Ekbal Santosa,
saya di SMS oleh Pak Syahrul Hujjat (asal Sekardangan, hijrah ke Tulungsari,
Garum). Isi SMS tersebut adalah “Riff, tan enteni ning omahe Wahib”, dan SMS
tersebut tidak saya jawab dengan sepatah katapun. Namun usai dari rumah Pak
Ekbal Santosa, saya langsung menuju rumah Pak Syamsul Wahib yang jaraknya
kurang lebih 150 meter dari rumah Pak Ekbal Santosa.
Tampak Pak
Syahrul Hujjat dan istrinya sedang meneguk wedang kopi yang dihidangkan oleh
Pak Syamsul Wahib. Dan seperti biasanya, Pak Syahrul Hujjat menikmati Rokok Pas
atau Rokok Cahaya kesukaannya, yang konon harganya perbungkus hanya Rp. 5000,00
(Lima Ribu Rupiah). Hehehe.
Usut punya
usut, setelah saya duduk di depan Pak Syahrul Hujjat, ia lalu menceritakan baru
saja mendapat SMS yang kurang mengenakkan dari kawannya. Ahh, biasalah, masalah
ketidakcocokan pendapat sering menyebabkan begitu. Tentu saja, masalah seperti
itu sudah lumrah dalam sebuah kehidupan.
Tak lama
kemudian, datanglah Pak Nuruddin dan ikut nimbrung ngobrol ngalor-ngidul. Oleh
karena kedatangan Pak Nuruddin, lalu Pak Syamsul Wahib keluar rumah untuk
membeli GORENGAN (yakni; ote-ote, gedang goreng, tahu goreng, tape goreng, dan
tempe goreng). Saya bertanya: “Kang Wahib, gorengan-e kok guedi-gedi, regane
siji piroan?”. Jawab Pak Syamsul Wahib: “Sewu”. Dalam batinku, layak kok
gedi-gedi men.
Hehehe. Tulisan
ini saya tulis ketika pulang dari rumah Pak Syamsul Wahib. Rencana kirim
artikel ke sebuah jurnal, namun karena jaringan internet terus saja error untuk
hal tersebut, akhirnya saya menulis sekenanya. Semoga walaupun tulisan ini
sekenanya, tetap saja membuat hati lega-lila. Amiiin. Termasuk tulisan di bawah
ini juga saya ambil sekenanya dari hasil kontemplasi saya:
JIWA
TERANG (PADANG JIWO) DARI DALAM
“Jiwa
yang terang (padange jiwo) dimulai
dari dalam DIRI KITA masing-masing. Terutama DIRI KITA hendaknya bisa
memberikan penerangan (aweh pepadanging
jiwo) pada DIRI KITA SENDIRI. Dengan demikian, bila DIRI KITA sudah bisa memberikan
penerangan pada DIRI KITA SENDIRI, barulah kita bisa memberikan penerangan
kepada sesama. Tidaklah mungkin bila hati/jiwa kita saja dipenuhi kegelapan,
kemudian berniat memberi penerangan pada orang lain. Terangilah DIRIMU SENDIRI
terlebih dulu!. Terangilah DIRIMU SENDIRI terlebih dulu!. Terangilah DIRIMU
SENDIRI terlebih dulu!.”
(DR.
ARIF MUZAYIN SHOFWAN, M.PD)
PATEMBAYATAN
(PIRUKUNAN) DARI DALAM
“Patembayatan
atau pirukunan dimulai dari dalam DIRI KITA masing-masing. Terutama DIRI KITA
hendaknya bisa mengadakan patembayatan atau pirukunan dengan DIRI KITA SENDIRI.
Dengan demikian, bila DIRI KITA sudah bisa mengadakan patembayatan atau
pirukunan dengan DIRI KITA SENDIRI secara harmonis, maka kita akan selalu damai
dan bahagia.”
(Dr.
Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.)
TENTANG
PENULIS
Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd. adalah lelaki kelahiran Blitar, Jawa
Timur. Dia pernah menuntut ilmu secara formal di TK Al-Hidayah Papungan 01
(1984); MI Miftahul Huda Papungan 01 (1991); MTsN Kunir, Wonodadi, Blitar,
(1993); kemudian meneruskan di MAN Tlogo, Kanigoro, Blitar (1996). Setelah
singgah di beberapa pesantren, dia kemudian menempuh kuliah di Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Al-Muslihuun Tlogo, Kanigoro, Blitar jurusan Sarjana Pendidikan
Agama Islam (PAI), lulus 2004. Dia pernah kuliah pada Program Diploma II
jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Terbuka Negeri
UPBJJ Malang (2007). Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) diraih
di Universitas Terbuka Negeri UPBJJ Malang (2009). Berbekal ijazah S1/PAI yang
dimilikinya, dia kemudian kuliah pada Program Magister (S2) jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) di Universitas Kanjuruhan Malang (UNIKAMA),
lulus 2009. Selanjutnya, dia menempuh Program Studi Doktor (S3) jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Universitas Muhammadiyah Malang (2016) dengan predikat
kelulusan cumlaude.
Pendidikan nonformal yang pernah
digeluti pria tersebut, antara lain: Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Sekardangan, Kanigoro, Blitar (saat sekolah di MI Miftahul Huda
01, yakni tahun 1989-1990); Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal Kunir Wonodadi
Blitar (1991-1993), saat sekolah di MTsN Kunir; Pondok Pesantren Al-Falah
Trenceng, Sumbergempol, Tulungagung (1997-1998); Pondok Pesantren Darussalam
Gaprang, Kanigoro, Blitar (1998-1999); Pondok Pesantren Mambaul Hidayah Tlogo,
Kanigoro, Blitar (1994-1996; 2000-2004); Pondok Pesulukan Tharikah Agung (PETA)
Kauman, Tulungagung (2003); Pondok Pesantren Baiturahmah Blimbing, Malang (2005);
Pondok Pesantren Bahrul Ulum Kedungbajul, Trenggalek (1999); Pondok Pesulukan
Tharikah al-Naqsyabandiyah Bandung, Tlogo, Kanigoro, Blitar (1999); Pendidikan
Guru Pengajar al-Qur’an (PGPQ) Metode Qiro’ati di Pondok Pesantren Bustanul
Mutaalimat Dawuhan, Blitar (2005-2006); dan pernah bergabung dan belajar
berbagai tradisi tharikah, di antaranya: thariqah Sathariyah, Wahidiyah,
Akmaliyah, Maulawiyah, Shiddiqiyah, dan beberapa thariqah lainnya.
Sementara itu, beberapa organisasi
yang pernah dilalui pria tersebut, antara lain: Anggota Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama (IPNU), 1993-1996; Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII), 2000-2004; Ketua Remaja Masjid Baitul Makmur (REMAS) Sekardangan,
Kanigoro, Blitar, 1997-1998; Ketua Dewan Kepesantrenan Hidayatullah Blitar
(2005-2010); Ketua Bagian Kesiswaan Lembaga Pendidikan Dakwah Masjid Agung
(LPDMA) Kota Blitar (2013); Anggota Tim Inti Pusat Studi Agama dan
Multikulturalisme (PUSAM) Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang,
2013-sekarang; Anggota Pirukunan Purwa Ayu Mardi Utama (PAMU) Blitar,
2006-2010; Anggota Ikatan Santri Mutakharrijin Al-Falah (ISMA) Tulungagung,
2001-sekarang; Penasehat Majelis Shalawat Gondo Suwargo dan Riyadhul Jannah
Sekardangan, Kanigoro, Blitar, 2014-sekarang; dan pernah bergabung dengan
komunitas Lembaga Pecinta dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN), 2012. Selain
itu, dia juga pernah bergabung dalam Diskusi
Reboan dengan komunitas Kalifa Society Blitar (2011-2012), serta
diskusi-diskusi dengan Sitas Desa Blitar, Majelis Agama Buddha Theravada
Indonesia (Magabudhi) Blitar, dan lain sebagainya.
Beberapa penelitian ilmiah dan karya tulis yang pernah dipublikasikan pria pecinta
Bung Karno tersebut, di antaranya: Studi Manajemen Lembaga Pendidikan
Dakwah di Masjid Agung Kota Blitar, dalam Jurnal
Kajian & Pengembangan Manajemen Dakwah, Vol. 04, No. 01, Juni 2014,
(Penerbit STID Al-Hadid Surabaya, 2014); Dakwah Walisongo dan Konstruksi Sosial
Masyarakat Jawa, dalam Jurnal Kajian
& Pengembangan Manajemen Dakwah, Vol. 05, No. 01, Juni 2015, (Penerbit
STID Al-Hadid Surabaya, 2015); Character Building melalui Pendidikan Agama
Islam: Studi Kasus di MI Miftahul Huda Papungan 01 Blitar, dalam Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu
Keislaman, Vol. 10, No. 1, Juni 2015, (Penerbit Pascasarjana IAIN
Tulungagung, 2015); Merajut Kebebasan Beragama dan HAM, dalam The Most Significant Change, Suara Perubahan
Pembelajar Hak Asasi Manusia, (Penerbit Pusat Studi Agama dan
Multikulturalisme [PUSAM] Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang,
2016); Pandangan Hizbut Tahrir Terhadap Radikalisme Gerakan ISIS dalam
Menegakkan Daulah Khilafah, dalam Jurnal
Addin, Vol. 10, No. 1, Februari 2016 (Penerbit STAIN Kudus, 2016); Menggagas
Pengembangan Pendidikan Agama Islam Multikultural di Madrasah dan Sekolah Umum,
Jurnal Akademika, Edisi XI Juni 2016,
(Penerbit STAIN Bengkalis, Riau); dan lainnya.
Selain banyak meneliti bidang
pendidikan dan dakwah Islam, pria yang memiliki hobi minum wedang kopi, makan
martabak dan pisang goreng tersebut juga memiliki konsentrasi dalam meneliti
ajaran agama Buddha. Beberapa artikel yang membahas ajaran agama Buddha dan
pernah dipublikasikan, di antaranya: Signifikansi Nilai-nilai Pendidikan
Multikultural dalam Ajaran Agama Buddha, dalam Majalah Dhammacakka, Edisi Asadha 2560 TB, No. 83, Vol. 23, Juli
2016, (Penerbit Yayasan Dhammacakka Jaya Jakarta, 2016); Sanghadana dalam
Pengertian yang Benar, dalam Majalah
Dhammacakka, Edisi Kathina 2560 TB, No. 84, Vol. 24, Oktober 2016,
(Penerbit Yayasan Dhammacakka Jaya Jakarta, 2016); dan Character Building
Melalui Ajaran Agama Buddha, dalam Majalah Dhammacakka, Edisi Magha Puja
2560 TB, No. 85, Vol. 25, Februari 2017, (Penerbit Yayasan Dhammacakka Jaya
Jakarta, 2017); dan lainnya. Hingga kini, pria yang tercatat sebagai dosen di
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar, Jawa Timur dan pernah mengajar di
beberapa lembaga pendidikan tersebut dapat dihubungi melalui surat elektronik: arifms78@yahoo.co.id.
HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar