Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Ini
merupakan sebuah tulisan saya yang menjelaskan informasi dari Gus Lukie yang baru
saja berziarah ke makam Mbah Kyai Muhammad Yusuf Sang Tokoh Tharikah
Sathoriyyah di Blitar Selatan.” (Shofwan, 2017)
Pada
hari Rabo, 29 Agustus 2017, saya dihubungi oleh Gus Lukie melalui WA. Beliau
mengabarkan bahwa beliau baru saja berziarah ke makam Mbah Kyai Muhammad Yusuf Sang Tokoh Tharikah Sathoriyah di desa
Salamrejo, kecamatan Binangun, kabupaten Blitar. Dalam WA tersebut Gus Lukie
menyatakan bahwa beliau baru saja di makam Mbah Kyai Muhammad Yusuf sebagai
berikut: “.... Di makam Kyai Muhammad
Yusuf, beliau termasuk Waliyullah dalam bidang tasawuf... Tharikah
Sathoriyah... Beliau adalah gurunya Kyai Najib Siraman, Kesamben, Blitar, dulu
ketika mengaji tasawuf di mulai pukul 12 malam atau jam 1 dini hari.”
Itulah ungkapan Gus Lukie yang dikirimkan ke WA saya.
Selain
hal di atas, Gus Lukie menyatakan pula begini: “Lukie di sini Yi... di desa Salamrejo kecamatan Binangun, selatan
sungai Brantas...” Dia juga menunjukkan sebuah foto masjid atau surau yang
biasa digunakan oleh Mbah Kyai Muhammad
Yusuf. Tak hanya itu saja, Gus Lukie juga menunjukkan foto makam Mbah Kyai
Muhammad Yusuf dan ayahandanya dengan mengatakan begini: “Dan ini makam beliau beserta ayahandanya... yang merupakan asli dari
Pacitan, mereka adalah pendatang... penyebar dan pembawa Islam di Salamrejo,
Binangun...” Selanjutnya Gus Lukie juga menyatakan: “Termasuk peninggalan dan sebagai tandanya ada Pohon Sawo dan Pohon
Blimbing Wuluh... Oya, ini makamnya berada di puncak lahan bukit...” Yah
ucap saya, terima kasih atas infonya Gus Lukie.
Sekilas
tentang Tharikah Sathoriyah di Indonesia
Tarekat Syattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India pada abad ke-15.
Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang memopulerkan dan berjasa
mengembangkannya, yakni Abdullah asy-Syattar. Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah)
dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani,
tarekat ini disebut Bistamiyah.
Tarekat
Syatariyah di Cirebon berkembang pesat melalui Para Bangsawan Keraton dilingkungan
keraton. Para bangsawan ini kemudian meninggalkan keraton dan mendirikan
pesantren-pesantren di sekitar wilayah Cirebon, hal ini mereka lakukan karena
kebencian mereka terhadap penjajah yang pada saat itu telah menguasai seluruh
kerton Cirebon (Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman).
Pusat-pusat
Tarekat Syatariyah di Cirebon pada saat itu (masa Kolonial abad ke 17-19) yang
bermula di Keraton Cirebon kemudian beralih ke pesantren-pesantren yang berada
di wilayah Cirebon, seperti Pesantren Al-Jauhriyah, Pesantren Kempek, Pesantren
Buntet, Pesantren Darul Hikam, dan lain-lain.
Jejak-jejak
peninggalan Tarekat Syatariyah yang berkembang di Keraton Cirebon masih bisa
kita lihat dari Naskah Cirebon yang hingga kini masih terawat. Di antara Naskah
Cirebon yang memuat ajaran Tarekat Syatariyah ini adalah Naskah Cirebon yang
berjudul Tarekat Syatariyah Ratu Raja Fatimah Sami, Tarekat Syatariyah Pangeran
Raja Abdullah Ernawa, Tarekat Syatariyah Pangeran Raja Wikantadirja, dan
lain-lain. Keterangan ini telah dinukil
dari sumber internet dengan alamat berikut: https://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat_Syattariyah
Begitulah
kiranya, mungkin ini saja tulisan saya hari ini. Yakni menulis tentang sekilas
ziarah Gus Lukie berziarah ke makam Mbah Kyai Muhammad Yusuf Sang Tokoh
Sathoriyah di desa Salamrejo, kecamatan Binangun, kabupaten Blitar. Mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan
Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan ini
bila terdapat hal yang salah. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, kegiatan Gus
Lukie, dan semuanya saja, selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan
dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa
Rabbal Alamiin.
“If
you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Makam Mbah Kyai Muhammad Yusuf di Salamrejo, Binangun, Blitar (Dokumentasi dari Gus Lukie, 2017) |
Foto Mbah Kyai Muhammad Yusuf yang terpampang di Pusara Makam-nya (Dokumentasi dari Gus Lukie, 2017) |
Gus Lukie berada di Salamrejo, Binangun, Blitar (Dokumentasi dari Gus Lukie, 2017) |
Peninggalan Mbah Kyai Muhammad Yusuf dan terdapat Pohon Sawo dan Blimbing Wuluh (Dokumentasi dari Gus Lukie, 2017) |
Masjid atau Surau yang biasa digunakan oleh Mbah Kyai Muhammad Yusuf (Dokumentasi dari Gus Lukie, 2017) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl.
Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa
Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya
(seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd.,
Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad
Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama
Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi,
antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah;
(3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu,
pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar
bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian
kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun
nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar