Jumat, 23 Maret 2018

MENELUSURI SEPERCIK KETURUNAN SUNAN AMPEL (HAJI BONG SWIE HO/ RADEN ALI RAHMATULLAH)


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Tulisan ini merupakan catatan waktu luang. Saya simpan di blog saya agar suatu hari mencarinya dapat digoogling dengan mudah. Tulisan ini dimaksudkan untuk menyimpan tulisan saya. Mohon dimaklumi, adanya media blogspot terkadang membuat saya nyaman untuk menyimpan tulidsan saya di dalamnya. Sebab di saat-saat tertentu, saya bisa langsung meng-googling-nya dengan cepat
(Shofwan, 2018)

Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Ia lahir 1401 M di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut sebagian riwayat, orang tua Raden Rahmat, nama lain Sunan Ampel, adalah Maulana Malik Ibrahim (menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati). Riwayat lain yang lebih kuat menisbahkan beliau, Sunan Ampel, sebagai putra Ibrahim Asmarakandi yang dimakamkan di Tuban. Ibrahhim Asmarakandi merupakan putrah Syekh Jumadil Kubro. Dalam catatan Kronik Cina dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Champa oleh Sam Po Bo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Cina di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Cina di Jiaotung (Bangil).

Dalam beberapa catatan yang saya dapatkan, Sunan Ampel (Haji Bong Swie Ho) pernah memiliki beberapa istri, antara lain:

1.    Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, berputera:

1.    Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang/Bong Ang
2.    Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Drajat
3.    Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
4.    Siti Muthmainnah
5.    Siti Hafsah

2.    Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera:

1.    Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri
2.    Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri Raden Fatah/Tan Jin Bun
3.    Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
4.    Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
5.    Pangeran Tumapel/ Pangeran Lamongan/ Sayyid Maulana Hamzah, ayah dari Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat
6.    Raden Faqih (Sunan Ampel II)

Berikut saya sajikan sekedar silsilah keturunan Sunan Ampel (Haji Bong Swie Ho/ Raden Ali Rahmatulloh) yang berada di Sekardangan, Kanigoro, Blitar, dari jalur Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman), salah satu cikal bakal Masjid Agung Kota Blitar dan dimakamkan di lereng Gunung Pegat berdekatan dengan Tumenggung Ndoro Tedjo dan Asisten Wedono Lodoyo:

1.    Sunan Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Dewi Karimah binti Ki Ageng Kembang Kuning Surabaya, berputra;
2.    Pangeran Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra:
3.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Jaka Supang/ Jaka Pameling/ Pangeran Mangkubumi/ Ki Ageng Padang Aran II/ Raden Wahyu Widayat/ Empu Windu Jati/ Pangeran Pamungkas/ Sunan Pamungkas/ Sunan Gunung Jabalkat) + Nyai Kaliwungu binti Bathoro Kathong, berputra:
4.    Raden Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6.    Pangeran Ragil Kuning, Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7.    Pangeran Wongsodriyo, berputra:
8.    Kyai Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
9.    Kyai Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo), berputra:
10. Mbah Kyai Raden Taklim (penghulu Srengat), berputra:
11. Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman), makam di Puncak Gunung Pegat Srengat dekat dengan Tumenggung Ndoro Tedjo dan merupakan Penghulu Blitar Pertama, berputra:
12.  Mbah Kyai Muhammad Syakban atau biasa dikenal dengan sebutan “Mbah Syakban Gembrang Serang” atau “Mbah Syakban Tumbu” (makamnya berada di Makam Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar), berputra:
13. Mbah Kyai Muhammad Asrori, yakni pendiri dan cikal-bakal “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar, berputra:
14. Mbah Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Imam Muhtar atau Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar), berputra:
15. Mbah Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi) dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra;
16. Mbah Haji Tamam Thahir + Hj. Siti Rofiah (Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
17. Mbah Jalal/Mbah Pasarean (Muhammad Jalaluddin Az-Zubaidi)

Sementara itu, silsilah nasab dari jalur Mbah Nyai Nyai Mursiyah (istri Mbah Kyai Muhammad Syakban Jarakan kemudian hijrah ke Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar), juga bertemu pula. Berikut silsilah nasab dari jalur Mbah Nyai Mursiyah (istri Mbah Kyai Muhammad Syakban Jarakan/ Mbah Syakban Gembrang Serang/ Mbah Syakban Tumbu) yang makamnya berada di Pemakaman Umum desa Jarakan, Gondang, Tulungagung. Ini juga merupakan silsilah jalur Mbah Kyai Ageng Witono (Syaikh Hasan Ghozali), Sang Cikal-Bakal Masjid Tiban Al-Istimrar, Kauman, Kalangbret, Tulungagung:

1.    Sunan Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Dewi Karimah binti Ki Ageng Kembang Kuning Surabaya, berputra:
2.    Pangeran Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra:
3.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Jaka Supang/ Jaka Pameling/ Pangeran Mangkubumi/ Ki Ageng Padang Aran II/ Raden Wahyu Widayat/ Empu Windu Jati/ Pangeran Pamungkas/ Sunan Pamungkas/ Sunan Gunung Jabalkat) + Nyai Kaliwungu binti Bathoro Kathong, berputra:
4.    Raden Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6.    Pangeran Ragil Kuning, Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7.    Pangeran Wongsodriyo, berputra:
8.    Kyai Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
9.    Kyai Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo), berputra:
10. Mbah Kyai Mangun Witono/ Sayyid Hasan Ghozali di belakang “Masjid Tiban Al-Istimrar” Kauman, Kalangbret, Tulungagung, berputra:
11. Mbah Kyai Nur Ali Rahmatullah, berputra:
12. Mbah Kyai Ali Muntoho (cikal-bakal desa Jarakan, Gondang, Tulungagung), berputra:
13. Mbah Nyai Mursiyah Syakban makamnya berada di Pemakaman Jarakan, Gondang, Tulungagung (istri dari Mbah Kyai Muhammad Syakban/ Mbah Syakban Gembrang Serang/ Mbah Syakban Tumbu bin Kyai Muhammad Qosim Penghulu Pertama Blitar), berputra:
14. Mbah Kyai Muhammad Asrori pendiri “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar (suami dari Nyai Haditsah Binti Muhammad Yunus Srengat), berputra:
15. Mbah Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar), berputra;
16. Mbah Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi, Srengat, Blitar) dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra:
17. Mbah Haji Tamam Thahir + Hj. Siti Rofiah (Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
18. Mbah Jalal/Mbah Pasarean (Muhammad Jalaluddin Az-Zubaidi)

Silsilah nasab tersebut diadopsi dari berbagai sumber dengan pengurutan generasi ke generasi seperlunya, di antaranya dari: (1) Lembaran Silsilah “Keluarga Kyai Raden Muhammad Qosim/ Eyang Kasiman” yang tersimpan di Yayasan Kyai Raden Muhammad Kasiman sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar; (2) Buku berjudul “Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini” karya Abu Naufal bin Tamam At-Thahir; (3) Buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV: Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu Linawati dan disusun oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (4) Buku berjudul “Silsilah Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar” karya Arif Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana; serta Lembaran berjudul “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asror Pakisrejo, Srengat” yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1984.

          Akhir kata, mungkin hanya ini catatan harian (cahar) saya kali ini. Cahar ini hanya sebagai pengisi waktu di kala tidak ada kegiatan-kegiatan yang lebih penting difokuskan. Jadi, karena sifatnya hanya sebagai catatan harian berdasarkan hobi saya dalam mengkaji apapun yang bisa dikaji, apapun yang bisa ditulis, dan semacamnya, maka bila ada yang kurang komplit, kurang sesuai dengan siapapun dalam hal ini, saya minta maaf yang sebesar-besarnya khususnya kepada diri saya pribadi. Jadi, “SAYA MEMINTA MAAF KEPADA DIRI SAYA PRIBADI. DAN ALHAMDULILLAH DIRI SAYA PRIBADI MEMAAFKAN KESALAHAN SAYA”. Yah, suatu nikmat yang luar biasa apabila diri kita sendiri bisa memaafkan diri kita. Diri saya sendiri bisa memaafkan diri saya sendiri. Yah, mudah-mudahan selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Ranji Silsilah Sunan Tembayat/Syaikh Kasan Nawawi bin Maulana Hamzah (Dari Nyai Raden Ayu Linawati cucu Prof. Dr. Hoessein Djojodiningrat)
 
Ranji Silsilah Pangeran Kajoran yang merupakan menantu Sunan Tembayat/Syaikh Kasan Nawawi (Dari Nyai Raden Ayu Linawati, cucu Prof. Dr. Hoessein Djojodiningrat)
 
Ranji Silsilah Sunan Bayat: Sunan Tembayat/ Sunan Pandanaran II (Klaten) ini putra dari Pangeran Lamongan/Pangeran Tumapel/Sayyid Maulana Hamzah. Dna Sunan Pandanaran II ini merupakan menantu dari Sunan Pandanaran I bin Brawijaya V (Semarang) dan Bathoro Kathong Ponorogo

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean” atau “Mbah Kuburan” (karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean/kuburan-kuburan untuk mengkaji sejarah tokoh yang dimakamkan) atau “Mbah Dhanyangan” (sebab seringnya mengkaji danyangan-danyangan di desa-desa) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399. Selain itu, pria bernama Arif Muzayin Shofwan tersebut kalau di Pondok Pesantren Al-Falah Trenceng, Sumbergempol, Tulungagung sering disebut dengan nama “Mbah Jalal” (Muhammad Jalaluddin Az-Zubaidi). Demikian sekilas tentang penulis dibuat. Wassalam.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar