Jumat, 06 April 2018

DARI MAKELAR TANAH, HINGGA KENAL SEBUTAN DHANYANG DUSUN KORIPAN, DUA MAKAM LAS BERNAMA MBAH SUJOLAUT DAN MBAH BAJANG


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Ini merupakan sekelumit kisah saya ketika jadi makelar penjualan tanah, hingga mengenal sebutan nama Dhanyang Cikal Bakal Dusun Koripan, Banggle, Kanigoro, Blitar yang bernama Mbok Samirah dan dua makam las bernama Mbah Sujolaut dan Mbah Bajang. Yah, hanya sekedar kisah pengalaman.” (Shofwan, 2017)


          Pada hari Jumat, 30 Maret 2018 bertepatan dengan Hari Libur Nasional memperingati Wafatnya Yesus Kristus, saya semayanan dengan adik saya Nikmatin Lana Farida untuk melihat sebuah tanah yang dijual di dusun Koripan, desa Banggle, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar. Tanah tersebut milik kakak perempuan Mas Tantowi teman saya. Makanya, hari ini saya semayanan dengan dua orang sekaligus, yaitu: (1) Nikmatin Lana Farida adik saya; dan (2) Mas Tantowi, yakni teman saya dan adik pemilik tanah tersebut.

          Kami bertiga sepakat bertemu pada Jumat sore pukul 16.00 WIB. Dan sesampai kami di areal tanah yang dijual tersebut, kami melihat-lihat luas tanah yang katanya seluar 55 ru. Hingga akhirnya, tampak di tapal batas tanah bagian Timur seperti terdapat sebuah makam. Lha inilah yang akhirnya membuat saya dan adik saya penasaran. Makam sipakah itu?. Oh, makam siapakah itu?. Bahkan, adik saya bercerita bahwa dia sebelum itu ketika di malang seperti sering bermimpi melihat makam tersebut. Saya pun juga sering bermimpi demikian. Akhirnya karena rasa penasaran saya, saya akan tanya-tanyakan siapakah jasad yang dimakamkan di tempat tersebut bersama Mbah Jawoko Jatimalang. 

          Pada hari Jumat berikutnya bertepatan dengan tanggal 06 April 2018, yakni seminggu setelah itu, saya bersama Mbah Jawoko (Jatimalang, Sentul, Kota Blitar) berniat berkunjung ke dusun Koripan, Banggle, Kanigoro, Blitar tersebut hanya untuk menyelesaikan rasa penasaran kami berdua. Sesampai kami berdua di dusun Koripan, kami langsung menitipkan sepeda motor saya di rumah seorang warga Koripan yang berada di utara jalan, tepatnya berada di rumah warga depan tanah yang mau dijual tersebut. Mbah Jawoko sambil bertanya pada seorang ibu yang sedang menyapu di halaman rumah tersebut: “Itu makamnya siapa tho Bu?”. Jawab Sang Ibu: “Saya tidak tau. Makam itu sudah ada sejak dulu”. Sang Ibu lalu bertanya pada seorang pemuda yang mungkin anaknya; “Makamnya siapa tho Le?”. Jawab pemuda tersebut: “Makamnya Mbah Sujolaut”.

          Kemudian saya dan Mbah Jawoko pamit pada Sang Ibu itu untuk menuju makam yang jaraknya kurang lebih 100 meter ke Selatan, yang jalannya harus melalui pekarangan rumah warga tersebut. Sesampai di makam las Mbah Sujolaut, Mbah Jawoko kemudian nyumet atau menyalakan dupa sebagaimana tradisi nyekar masyarakat Jawa. Diapun saya ambil fotonya, dan akupun minta diambilkan fotoku. Setelah itu kami berdua ngobrol-ngobrol sebentar sekitar 10 menit di tempat tersebut, ngobrolkan ngalor-ngidul tentang makam Sentono Lodoyo, makam Petilasan Ki Kebo Kanigoro, yakni Petilasan Jati Kurung, dan lainnya.

          Usai tersebut, kami berdua kembali ke tempat penitipan sepeda. Di tempat penitipan sepeda tersebut sudah ada tiga orang sepuh yang berumuran 70 tahun sedang asyik ngobrol dan menikmati Rokok Apache Kretek. Mbah Jawoko kemudian bertanya pada salah satu orang tua tersebut tentang makam yang baru saya lihat. Orang tua itu menjawab bahwa makam itu adalah makam las Pakdhe-nya yang sudah hijrah ke Banyuwangi pada jaman penjajahan Belanda. Katanya lagi, makam itu dulu ada cungkupnya, namun cungkup itu sudah rusak dimakan usia. Makam las itu bernama makam Mbah Sujolaut. Beliau juga menceritakan bahwa ada makam las lagi yang berada di tengah sawah (sambil menunjuk ke areal persawahan Utara-nya kami berbincang-bincang). Nama las itu adalah Mbah Bajang. Aduh, hari ini aku belajar tentang las yang aku juga belum tahu detail apa itu las sebenarnya.

          Orang tua itu juga mengatakan bahwa Dhanyang Yang Cikal Bakal Akal Bakal Dusun Koripan bernama Mbok Samirah. Pedhanyangan itu terletak di pinggir sungai sebelah timur makam tersebut agak ke Selatan. Orang tua itu mengatakan: “Kalau Dhanyang Cikal Bakal Centong itu bernama Mbok Sri Penganti yang tempatnya berada di pemakaman tengah sawah, tapi kalau Dhanyang Cikal Bakal Dusun Koripan itu bernama Mbok Samirah yang berada di dekat sungai dan ditandai dengan Pohon Bendo”. Inilah info yang saya dapatkan dari orang tua warga dusun Koripan, Banggle, Kanigoro, Blitar tersebut. Usai ini, saya dan Mbah Jawoko pamit untuk pulang, sebelum sampai rumah kami berdua makan bakso Solo di selatan SDN Sawentar I, sebelah Timur jalan. Wallohu’alam.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, terutama pertemuan dengan Mbah Jawoko, dan tiga warga dusun Koripan (Banggle, Kanigoro, Blitar) selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu merahmati para cikal-bakal desa Kasim, kecamatan Selopuro, kabupaten Blitar, propinsi Jawa Timur. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Mbah Jawoko di makam las Mbah Sujolaut dusun Koripan (Dokumentasi, 2018)
 
Tampak banyak kembang boreh dan bekas dupa sebab tadi malamnya merupakan Malam Jumat Legi ada beberapa warga Koripan yang nyekar di situ (Dokumentasi, 2018)
 
Saya saat mengadakan sebuah riset penelitian tentang makam itu dan difoto oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2018)
  
Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang dalam komunitas Padepokan Padang Jiwo sering dijuluki “Ki Bagus Arief” atau “Ki Bagus Santri” atau “Ki Bagus Kupluk Putih” ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar