Minggu, 15 April 2018

BERZIARAH KE MAKAM SUNAN TEMBAYAT, SOWAN KE MBAH KYAI MAWARDI, ZIARAH MAKAM KYAI AGENG DONOPURO DAN KYAI AGENG MUHAMMAD BESARI PONOROGO


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Ini merupakan catatan harian saya ketika berziarah pada hari Jumat-Sabtu, 13-14 April 2018 bersama Keluarga Besar Laskar Wirogaten Jatimalang, Kota Blitar, yakni: Mas Ilham, Mas Putu Ari Sudana, Mas Junaid (sopir), Mbak Ika Kesamben, dan keponakan Mas Ilham.
(Shofwan, 2017)

Pada hari Jumat-Sabtu, 13-14 April 2018, saya bersama Keluarga Besar Laskar Wirogaten, Jatimalang, Kota Blitar mengadakan ziarah ke makam Eyang Sunan Tembayat/Sayyid Hasan Nawawi, sowan Mbah Kyai Mawardi (istri beliau ini merupakan adik dari Mbah Kyai Mufidz Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran), berziarah ke makam Mbah Kyai Ageng Donopuro (yakni guru dari Mbah Kyai Muhammad Besari, Tegalsari, Jetis, Ponorogo), sekaligus berziarah ke makam Mbah Kyai Muhammad Besari (Tegalsari, Jetis, Ponorogo).

Saya berangkat dalam acara ini pada Jum’at 13 April 2018, usai shalat Asyar. Dalam perjalanan ini, kami semua sempat beristirahat di Masjid Agung Ponorogo dekat alon-alon. Di tempat ini, saya dan Mas Junaid sempat menikmati Rokok Surya dan kemudian bersama-sama (Mas Ilham, Mas Putu Ari Sudana, Mbak Ika Kesamben, dan keponakan Mas Ilham) untuk menikmati wedang jahe, wedang kopi di warung pojok Masjid Agung Ponorogo sebelah timur. Kami semua menikmati perjalanan ini dengan senikmat-nikmatnya.

Usai itu, kami semua berangkat lagi melakukan perjalanan. Hingga akhirnnya, sekitar pukul 24.00 WIB (dua belas malam) kami sampai di Klaten, Jawa Tengah. Di sini kami semua “gletakan ria” di PASEBAN AGUNG SUNAN TEMBAYAT sambil menikmati wedang kopi dan mie rebus. Oh ya, hampir lupa, sesampai di Klaten, Mas Putu Ari Sudana langsung memberikan informasi kepada Mas Iman Widodo seorang tokoh Pencak Silat Pagar Nusa PCNU Bayat dan Pengasuh Padepokan Sunan Tembayat. Sesampai Mas Iman Widodo di paseban, lalu dia diajak makan mie bersama dan menikmati wedang kopi plus rokok yang disukainya.

Kira-kira pukul tiga malam, kami semua lalu naik untuk menuju makam Sunan Tembayat yang berada di Gunung Cokrokembang. Sesampai di atas, Mas Iman Widodo menerangkan makam tokoh Dampu Awang yang berada di luar makam Sunan Tembayat dan makam-makam lainnya, seperti makam Kyai Cinde Amoh, Panembahan Minang Kabul dan lain-lainnya. Malam ini, kami semua melakukan wirid dan tafakur di dalam bilik makam Sunan Tembayat cukup lama. Sebab malam ini alhamdulillah sepi dari pengunjung. Sehingga kami semua bisa “khusuk ria” dalam melakukan dzikir hingga Subuh sudah agak terang-benderang. Karena Subuh, kami semua lalu turun untuk melakukan shalat Subuh di Masjid Golo. Wah, subuh ini saya dipaksa jadi imam shalat Subuh oleh kawan-kawan.

Usai shalat Subuh, kami semua lalu berfoto-foto dan kemudian turun lagi ke PASEBAN AGUNG SUNAN TEMBAYAT bagian bawah. Usai itu, sekitar pukul 07.00 WIB, kami semua sowan ke rumah Mbah Kyai Mawardi (yakni salah satu tokoh PCNU Bayat dan juga masih trah keturunan Sunan Tembayat yang menjadi pengurus Masjid Golo). Mbah Kyai Mawardi ini juga merupakan adik ipar Mbah Kyai Mufidz Mas’ud Sang Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, yang juga termasuk trah keturunan Sunan Tembayat ke-14. Biografi Mbah Kyai Mufid Mas’ud yang ayahnya dimakamkan di barat Masjid Golo di areal makam Sunan Tembayat bisa dilihat di sini: http://zulfanioey.blogspot.co.id/2011/07/biografi-kh-mufid-masud-pendiri-pondok.html

Dalam acara sowan ini, Mbah Kyai Mawardi menceritakan panjang lebar tentang perjuangan Sunan Tembayat/Sunan Pandanaran II/Sayyid Hasan Nawawi yang dalam silsilahnya ke atas juga sampai kepada Rasulullah SAW. Beliau juga menyatakan bahwa nafas perjuangan agama Sunan Tembayat/Sayyid Hasan Nawawi adalah “PATEMBAYATAN” atau “PIRUKUNAN” atau “GOTONG-ROYONG”. Menurut beliau, Sunan Tembayat merupakan seorang waliyullah yang bisa mewadahi berbagai ilmu, baik ilmu syariat, tharikat, hakikat, dan makrifat.

Perbincangan kami dengan Mbah Kyai Mawardi hari ini memang cukup lama dan bercerita banyak tentang Sunan Tembayat. Namun kami semua harus mengakhiri percakapan/perbincangan sebab akan sowan pula ke rumah Mas Iman Widodo Sang Pengasuh Pencak Silat Pagar Nusa PCNU Bayat dan Sang Pengasuh Padepokan Sunan Tembayat. Di rumah Mas Iman Widodo ini kami diskusi panjang lebar tentang pencak silat, masa depan trah Bayat, membicarakan masalah keris pusaka, dan lainnya. Tak lupa, karena di atas meja tamu Mas Iman Widodo terdapat buku-buku susunan Raden Ayu Linawati Djojodiningrat, maka aku yang suka baca pun langsung membaca-baca buku tersebut walau tidak sampai mendalam.

Sekitar pukul 09.30 WIB kami semua harus ijin meneruskan perjalanan. Mas Iman Widodo pun hari ini pukul 10.00 WIB akan pula pergi ke Banyumas dalam acara Pagar Nusa-nya. Perjalanan kami selanjutnya adalah harus menuju makam Mbah Kyai Ageng Donopuro dan Mbah Kyai Muhammad Besari Ponorogo yang memakan waktu cukup lama, kira-kira tiga jam-lah kami sampai di makam kedua tokoh tersebut. Di tengah perjalanan, kami berhenti sebentar untuk menikmati sarapan dengan Soto Ayam dan minum Air Degan Gula Kambil/Kelapa. Ah, rasanya nikmat dan nikmat. Alhamdulillah.

Usai ritual makan dan minum, kami semua langsung menuju makam Mbah Kyai Ageng Donopuro di Sentono, Jetis, Ponorogo. Makam beliau berada di belakang Masjid Baiturrahman Sentono, Jetis, Ponorogo. Di utama makam ini juga terdapat makam Mbah Kyai Sumendi/Mbah Kyai Ragil Sumendi/Mbah Kyai Pangeran Ragil Kuning yang terlihat cukup lama. Adapun silsilah Mbah Kyai Ageng Donopuro dalam tulisan Raden Ayu Linawati Djojodiningrat adalah sebagai berikut:

1.    Sunan Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo), berputra;
2.    Pangeran Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra:
3.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Jaka Supang/ Jaka Pameling/ Pangeran Mangkubumi/ Ki Ageng Padang Aran II/ Raden Wahyu Widayat/ Empu Windu Jati/ Pangeran Pamungkas/ Sunan Pamungkas/ Sunan Gunung Jabalkat) + Nyai Kaliwungu binti Bathoro Kathong, berputra:
4.    Raden Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6.    Pangeran Ragil Kuning/Pangeran Ragil Sumendi, atau kadang disebut “Mbah Sumendi”, saja di Wonokerto, Sentono, Jetis, Ponorogo, berputra:
7.    Pangeran Wongsodriyo/Raden Wongso, berputra:
8.    Kyai Ageng Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
9.    Kyai Ageng Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo).

Silsilah nasab tersebut diadopsi dari berbagai sumber dengan pengurutan generasi ke generasi seperlunya, di antaranya dari: (1) Lembaran Silsilah “Keluarga Kyai Raden Muhammad Qosim/ Eyang Kasiman” yang tersimpan di Yayasan Kyai Raden Muhammad Kasiman sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar; (2) Buku berjudul “Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini” karya Abu Naufal bin Tamam At-Thahir; (3) Buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV: Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu Linawati dan disusun oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (4) Buku berjudul “Silsilah Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar” karya Arif Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana; serta Lembaran berjudul “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asror Pakisrejo, Srengat” yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1984.

          Akhir kata, mungkin hanya ini catatan harian (cahar) saya kali ini. Cahar sifatnya hanya sebagai catatan harian berdasarkan hobi saya dalam mengkaji sejarah berbagai para tokoh leluhur, maka bila ada yang kurang komplit dalam hal ini, saya minta maaf yang sebesar-besarnya khususnya kepada diri saya pribadi. Jadi, “SAYA MEMINTA MAAF KEPADA DIRI SAYA PRIBADI. DAN ALHAMDULILLAH DIRI SAYA PRIBADI MEMAAFKAN KESALAHAN SAYA”. Dan ketepatan Mbah Kyai Ageng Raden Donopuro ini merupakan leluhur saya. Yah, lanjutnya adalah suatu nikmat yang luar biasa apabila diri kita sendiri bisa memaafkan diri kita. Diri saya sendiri bisa memaafkan diri saya sendiri. Yah, saya dan teman-teman saya selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Di depan Masjid Golo Makam Sunan Tembayat: (1) Mas Junaid Jatimalang; (2) Mas Imam Widodo Pagar Nusa Klaten; (3) Mas Putu Ari Sudana; (4) Mas Ilham Rofii Jatimalang; (5) Mbak Ika Kesamben; dan (6) Arif Muzayin Shofwan Sekardangan. [Dokumentasi, 2018)
 
Sowan ke rumah Mbah Kyai Mawardi Trah Keturunan Sunan Tembayat yang menjadi Pengurus Masjid Golo dalam Areal Makam Sunan Tembayat (Dokumentasi, 2018)
 
Putu Ari Sudana dan Arif Muzayin Shofwan berfoto di depan Masjid Baiturrohman Sentono Jetis Ponorogo (Dokumentasi, 2018)
 
Arif Muzayin Shofwan, Putu Ari Sudana, Ilham Rofii berada dalam cungkup makam Pangeran Ragil Kuning/Raden Ragil Sumendi berada di belakang Masjid Baiturrohman Wonokreto, Sentono, Jetis, Ponorogo (Dokumentasi, 2018)
 
Arif Muzayin Shofwan berada di samping Makam Mbah Kyai Ageng Donopuro Sang Guru Mbah Kyai Muhammad Besari Tegalsari Ponorogo (Dokumentasi, 2018)
 
Arif Muzayin Shofwan berfoto di pintu gerbang Makam Mbah Kyai Pangeran Ragil Kuning/Raden Ragil Sumendi Wonokreto, Sentono, Jetis, Ponorogo bersama warga di lingkungan tersebut (Dokumentasi, 2018)
 
Leyeh-leyeh di serambi Masjid Baiturrohman Wonokreto, Sentono, Jetis, Ponorogo usai dari makam Pangeran Ragil Sumende, Mbah Donopuro, Mbah Noyopuro, dan Mbah Wongsopuro (Dokumentasi, 2018)
 
Berfoto di depan Astono Gedong Makam Kyai Muhammad Besari: Arif, Ilham, Junaid, Ika, dan Putu (Dokumentasi, 2018)
 
Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar