Oleh: Arif Muzayin
Shofwan
“Ini merupakan sebuah catatan ketika
Komunitas BALITARA mengadakan Syukuran Jemuk’an atas penempuhan Jeng Yuni dalam
laku spiritualnya. Mudah-mudahan penempuhan tersebut membawa berkah melimpah
bagi semuanya. Amin Ya Rabbal Alamin”. (Shofwan, 2020)
Pada
hari Kamis, 2 Juli 2020 (malam Jum’at, usai Maghrib), warga Komunitas BALITARA Blitar
berkumpul di Pesanggrahan Tapel Wates untuk memenuhi undangan syukuran jemuka’an
Jeng Yuni yang baru saja menempuh laku spiritualnya. Jeng Yuni yang selama tiga
hari telah melakukan puasa tersebut, diakhiri dengan syukuran yang dihadiri
oleh warga Komunitas BALITARA. Acara syukuran Jeng Yuni malam ini juga bisa
disebut dengan “Syukuran Jemuk’an”. Namun sayang, acara malam ini tak
dihadiri oleh Mbah Jawoko, sebab beliau ternyata juga ada acara di Pesanggrahan
Sadranan Eyang Wirogati Jatimalang.
Dalam pemaknaan
saya, istilah “Syukuran Jemuk’an” berasal dari dua kata yaitu “Syukuran”
dan “Jemuk’an”. Kata “Syukuran” berasal dari Bahasa Arab “Syukur”
yang artinya terima kasih, lalu ditambah akhiran “an” menjadi “Syukuran”
yang bisa diartikan atau dialihkan istilahnya sebagai “Terima kasih-an”.
Mungkin bila di-Jawa-kan bisa diartikan sebagai “Matur nuwun-an”.
Mungkin bila di-Inggriskan bisa dialihkan istilahnya menjadi acara “Thaks-an”.
Sedangkan kata “Jemuk’an” juga berasal dari Bahasa Arab “Jamak”
atau “Jam’un” yang artinya kumpul, gandeng, ditambah akhiran “an”
menjadi “Jamak’an” (orang Jawa melafadzkan “Jemuk’an”) yang
artinya dikumpulkan.
Lalu
apa yang dikumpulkan?. Yang dikumpulkan adalah Lahir dan Batin.
Yang artinya antara lahir dan batinnya yang diselamati (dalam hal ini adalah
Jeng Yuni) itu bisa klop bersama, bisa bergandengan bersama, bisa patembayatan
atau pirukunan bersama dalam penempuhan laku-laku spiritual selanjutanya.
Intinya, bila perjalanan lahir dan batin bisa klop, bisa gandeng atau kumpul
bersama, bisa manunggal tekad, lahir dan batin bisa pirukunan/patembayatan,
bisa berjalan bersama-seirama, maka akan menjadikan beragam lelaku spiritual
itu mudah dan membawa banyak manfaat, berkah bagi dirinya sendiri dan orang
lain. Bisa dikatakan bahwa “Jemuk’an” itu sebagai sinkronisasi lahir
dan batin.
Ada
beberapa ungkapan dalam istilah ilmu Jawa yang setidaknya mirip-mirip dengan
tujuan “Jemuk’an”, misalnya: istilah “Nikah Lahir dan Batin”,
artinya lahir kita dinikahkan dengan batin kita agar bisa berjalan seirama
dalam menempuh laku spiritual. Ada lagi istilah “Patembayatan Lahir dan
Batin” artinya agar lahir kita bisa pirukunan atau patembayatan dengan
batin, begitu juga sebaliknya agar batin kita bisa pirukunan atau patembayatan
dengan lahir kita. Jika antara lahir kita dan batin kita tercipta keserasian,
kebersamaan, pirukunan, patembayatan, maka hidup ini tentu akan terasa tentram
dan membahagiakan.
Mungkin ini
saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati
apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu
mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu
mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini.
Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini selalu membawa berkah
sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal
Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.
“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat
bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo
rogo”
(Semoga dalam
situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni,
selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Acara syukuran jemuk'an Jeng Yuni di Pesanggrahan Tapel Wates (Dokumentasi Balitara, 2020) |
Mbah Jawoko yang tak bisa hadir dalam acara ini karena ada acara di Pesanggrahan Sadranan Eyang Wirogati Jatimalang (Dokumentasi Balitara, 2020) |
Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di
Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar,
Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates
dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki
hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai
kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia
sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh
agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan
rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar