Oleh: Arif Muzayin
Shofwan
“Ini merupakan sebuah catatan ketika saya dan
Gus Lukie Abdullah berziarah ke pusara makam ayah saya di Sekardangan , dan sebagian
makam guru-guru saya di beberapa tempat. Acara dan kegiatan saya hari ini
bertepatan pula dengan kegiatan sebagian warga BALITARA yang berziarah dan
kemah ke Pasetran Gondo Mayit Pantai Blitar Selatan”. (Shofwan, 2020)
Pada hari Minggu, 28 Juni 2020, pukul
05.01 pagi, saya dihubungi melalui whatsapp oleh Gus Lukie Abdullah Gaprang.
Whatsapp itu intinya berisi tentang apabila hari ini saya mau ziarah ke
makam-makam, dia ingin ikut. Tepat pukul 07.06, whatsapp Gus Lukie aku balas: “Iyo,
reneo” (Iya, kesinilah). Jawab Gus Lukie Abdullah: “Okay, jam 08.00 saya
kesitu”. Tepat sekitar pukul 08.00 WIB, Gus Lukie Abdullah sudah sampai di depan
rumah saya. Namun saya tidak tahu kalau dia sudah sampai di depan rumah saya,
sebab saya menikmati Rokok Gudang Garam Surya di Sanggar Patembayatan Balitara sebelah
timur. Gus Lukie Abdullah lalu menelpon saya: “Sampeyan ning ndi?. Aku wis
ket maeng ning ngarep omah pean”. Aku jawab: “Sampeyan ngetan, aku ning
sanggar etan”.
Setelah telpon singkat di atas, lalu
Gus Lukie Abdullah mendatangi saya yang lagi menikmati Rokok Gudang Garam Surya
di sanggar. Kami lalu ngobrol-ngobrol sebentar, setelah itu saya pamit mandi
sebentar. Usai saya mandi, kemudian kami berdua berangkat menuju Toko Bangunan
Dwi Putra Mandiri Sekardangan untuk pesan semen 5 sak yang akan digunakan untuk
merabat (ngrabat: Jw) sanggar. Setelah itu, kami berdua lalu ziarah dulu
ke makam ayah saya, Mbah Haji Tamam Thahir, lalu berziarah ke makam-makam guru-guru
saya berikut, antara lain:
1. Mbah
Haji Tamam Thahir (Sekardangan)
Beliau ini adalah ayah saya. Makamnya berada
di Pemakaman Umum Dusun Sekardangan, Desa Papungan, Kec. Kanigoro, Kab. Blitar.
Makamnya berada di tengah-tengah areal pemakaman tersebut, tak jauh dari lampu
penerangan yang di tengah. Dari beliau ini, ketika kecil saya belajar
A-B-C-D-dst, ALIF-BA’-TA’dst, dan lainnya. Saya juga mendapat ijazah “Amalan
Basmallah” dari beliau. Dan beliau menerima “Amalan Basmallah” tersebut dari
Mbah Kyai Muhammad Danisuryo Jeding, Sanankulon, Kota Blitar. Yakni, seorang
kyai murid dari Mbah Kyai Mustaqim Bin Husain Tulungagung dan murid dari Mbah
Kyai Abu Naim Kandangan-Srengat.
2. Mbah
Kyai Haji Muhammad Hafidz Syafii (Tlogo)
Beliau merupakan Pendiri Pondok Pesantren
Mambaul Hidayah Tlogo, Kanigoro, Blitar. Kyai alumni dari Pondok Pesantren
Lirboyo Kediri. Pada beliau inilah saya ikut ngaji “Kitab Ihya’ Ulumiddin”
karya Syaikh Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali. Dari beliau ini pula, saya mendapat
ijazah “Amalan Basmallah” 786x untuk beragam hajat. Dan dari madrasah diniyah
di pesantren beliau ini, saya sejak kecil hingga dewasa mendapat ilmu-ilmu
agama dan lainnya.
3. Mbah
Kyai Ali Amir (Gaprang)
Beliau ini merupakan putra dari Mbah Kyai
Ali Mukmin Sang Pendiri Masjid Darussalam Gaprang, Kanigoro, Blitar. Ketika
usai ngaji pagi hari waktu subuh, saya menjadi langganan untuk “ngideg-ngideg”
(nginjak-nginjak) Mbah Kyai Ali Amir ini. Perlu diketahui bahwa Mbah Kyai Ali
Amir ini merupakan ulama yang ahli mengobati orang yang terkena gangguan jin,
kesurupan, menumbali tanah angker, dan semacamnya. Dari beliau ini, saya
mendapat ijazah “Shalawat Dalailul Khairat”, Hizib Nashor, Hizib Bahri,
Shalawat Badawi Kubra, Asma’ul Husna, dan lainnya. Dari Mbah Kyai Ali Amir
inilah saya mendapat “Ijazah Mutlak” diijinkan untuk mengamalkan berbagai
amalan-amalan apapun. Makam beliau berada di barat Masjid Darussalam Gaprang.
4. Mbah
Kyai Haji Nur Ali Bin Thahir (Kebonsari)
Beliau ini merupakan kyai yang ahli pencak
silat dan ilmu-ilmu lainnya. Ada yang unik dari beliau, yakni beliau kalau mengecek
apakah benda jimat itu ada penghuninya atau tidak, itu dengan cara mendekatkan
benda tersebut ke telinganya. Dari beliau inilah saya mendapat ijazah “Amalan
Surat Al-Fatikah”, “Amalan Surat Al-Fil”, “Asmaul Husna (Ya Badi’as Samawati
Wal Ardhi)”, dan lainnya. Makam beliau berada di barat mushalla dan pesantren
tempatnya mengajarkan ilmu-ilmu agama di Desa Kebonsari, Garum, Blitar.
5. Mbah
Kyai Haji Nasroddin (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli tasawuf, alumni
dari Pesantren Kedunglo Kediri, santri dari Mbah Kyai Haji Muhammad Ma’ruf
Kedunglo dan Mbah Kyai Haji Abdul Madjid Ma’ruf Kedunglo (Sang Muallif Shalawat
Wahidiyah). Pada beliau ini saya ngaji “Kitab Al-Hikam” karya Syaikh Ahmad Bin
Athaillah As-Sakandari secara privat. Dari beliau ini saya juga mendapat
shalawat tersebut, juga amalan-amalan wirid lainnya. Beberapa kali dan
seringkali saya juga mencukur rambut beliau ini. Makam beliau berada di barat
Masjid Baitul Makmur Sekardangan.
6. Mbah
Kyai Haji Ahmad Mahdi (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli tauhid penerus
ketiga dari Mbah Kyai Haji Muhammad Sholeh Kuningan (Sang Penyusun Kitab Tauhid
Nata’ijul Afkar). Ketika beliau sakit beberapa tahun, saya lah yang selalu
mencukur rambut beliau. Beliau merupakan pendiri Haul Muallif Shalawat Dalailul
Khairat di Pondok Pesantren Miftahul Huda Sekardangan yang dipimpinnya. Dari beliau
saya juga banyak mendapat amalan-amalan wirid, seperti: Shalawat Ridho,
Shalawat Munjiyat, dan lainnya.
7. Mbah
Kyai Haji Muhammad Hamzah (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli fikih dan ushul
fikih. Pada beliau saya ngaji “Kitab Risalatul Muawanah” karya Habib Abdullah
Bin Alwi Al-Haddad, dan bermacam-macam kitab pesantren lainnya. Ketika beliau
mendapat undangan pengajian umum, saya dulu sering diajak beliau ini. Makam
beliau berada di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan.
8.
Mbah Kyai Haji Abbas
Abdul Halim (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli menumbali tanah
angker, orang sakit guna-guna, kesurupan, dan semacamnya. Saya ketika kecil
waktu duduk di sekolah tingkat SD/MI sering “ngideg-ngideg”
(nginjak-nginjak) beliau. Dari beliau saya mendapatkan ijazah “Amalan Shalawat
Nuri Dzati” karya Syaikh Abul Hasan As-Syadzili. Makam beliau berada di barat
Masjid Baitul Makmur Sekardangan.
9.
Mbah Kyai Muhtar
Fauzi (Sekardangan)
Beliau merupakan ulama ahli tauhid dan hizib
para waliyullah. Pada beliau inilah saya ngaji “Kitab Ad-Dasuqi Ummul Barohin”;
ngaji Hizib-Hizib para Waliyullah; ngaji Kitab Shalawat Dala’ilul Khairat, dan
lainnya. Dari beliau, saya juga mendapat amalan-amalan wirid. Beliau dulu
pernah mondok di Pesantren Watucongol Magelang. Beliau juga ahli melihat
makhluk-makhluk gaib. Makam beliau berada di barat Masjid Baitul Makmur
Sekardangan.
Mungkin ini
saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu
memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih
selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun
selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini.
Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini selalu membawa berkah
sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal
Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.
“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat
bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo
rogo”
(Semoga dalam
situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni,
selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Ziarah makam ayah saya, Mbah Haji Tamam Thahir di Pemakaman Umum Dusun Sekardangan (Dokumentasi, 2020) |
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Muhammad Hafidz Syafii Sang Pendiri Pondok Pesantren Mamba'ul Hidayah Tlogo (Dokumentasi, 2020) |
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Nur Ali Bin Thahir di barat mushalla dan pesantrennya, Kebonsari, Garum, Blitar (Dokumentasi, 2020) |
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Nasruddin di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi, 2020) |
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Ahmad Mahdi di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi 2020) |
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Muhammad Hamzah di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi, 2020) |
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Haji Abbas Abdul Halim di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi, 2020) |
Ziarah makam guru saya, Mbah Kyai Muhtar Fauzi di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi, 2020) |
Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di
Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar,
Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates
dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki
hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai
kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia
sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh
agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan
rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar