Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Tulislah
apapun yang bisa Anda tulis, siapa tahu bermanfaat”
(Anonim)
Asal-usul
Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (1884 - 1929)
Mahaguru
Tan Tik Sioe Sian (“Sian” artinya Dewa) adalah putera ke - 8 anak ke - 11 dari Tan
Liong To, seorang pedagang beras dari Jalan Bunguran Surabaya. (Di belakang
toko dan gudang berasnya ada sebuah sungai dan di depannya terdapat sebuah rel
kereta api uap, dekat perempatan Jalan Kembang Jepun — Kapasan dan Jalan Dukuh —
Bunguran, termasuk daerah Cantikan).
Tan
Liong To kemudian menempati rumah di Jalan Gembong Surabaya (Sekarang Jl.
Gembong No. 58 - 60 bekas rumahnya) yang di bagian belakangnya dibuatkan pintu
tembusan sehingga dapat keluar masuk berhubungan dengan rumah yang ditempati
kakak kandung Tan Tik Sioe bernama Tan Tik Liang Jl. Gembong Ban Swie Surabaya,
seorang pengusaha perusahaan susu.
Ayah
Tan Liong To bernama Tan Poo (jadi embah/kakeknya Tan Tik Sioe) pertama kali
datang merantau ke Indonesia (menetap di Surabaya) dari Tiongkok Selatan
propinsi Hok Kian Karesidenan Ciang Ciu Kabupaten/Distrik Liong Khee desa Ciook
Bo pada permulaan abad sembilan belas. Tan Poo, embah/kakeknya Tan Tik Sioe,
kemudian beranak laki-laki yang pertama bernama Tan Liong To, bertempat tinggal
di Surabaya dan mempunyai putera yang kedua bernama Tan Liok Soen, bertempat
tinggal di Jakarta.
Tan
Liong To (ayah Tan Tik Sioe Sian/Romo Moorti) dengan isteri pertamanya
mempunyai seorang anak perempuan bernama Tan Kiauw Nio dan tujuh anak laki-laki
bernama: Tan Tik Heng, Tan Tik Hiang, Tan Tik Tjiauw, Tan Tik Liang, Tan Tik
Bing, Tan Tik Siang dan Tan Tik Tjay. Dengan isteri kedua (wanita Indonesia)
mempunyai seorang anak laki-laki bernama: Tan Tik Sioe dan dua orang anak
perempuan bernama Tan Bie Nio dan Tan Kwie Nio. Dengan isteri ketiga mempunyai
seorang anak laki-laki bernama Tan Tik Swie.
Serba-Serbi
Kisah Mahaguru Tan Tik Sioe Sian
Agung
Priyokusumo (2017) menyatakan bahwa “Goa
Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian” lokasinya berada di desa Sumberagung,
Rejotangan, Tulungagung (jarak dari Kota Blitar sekitar 15 KM). Mahaguru
Tan Tik Sioe dulu oleh penduduk sekitar Sumberagung
dikenal sebagai pendekar sakti dari Hokian Tiongkok, dia juga sebagai tabib sehingga
banyak menolong dengan tanpa/tidak mau menerima upah uang. Konon menurut cerita
bahwa Mahaguru Tan Tik Sioe dengan sebatang puntung rokok bisa menyumbat mata
air yang mengalir ke Rawa Remang. Ada pula yang menceritakan bahwa Mahaguru Tan
Tik Sioe Sian atau Romo Moorti De Java bisa terbang (sebenarnya itu merupakan
ilmu meringankan tubuh [Gin Kang] sehingga badannya ringan bagaikan kapas cepat
bagaikan angin).
Lanjut Agung Priyokusumo (2017) yang menyatakan pula bahwa
bagi anak muda/remaja yang ingin memiliki ilmu beladiri (Kun Thauw) banyak yang
ritual/meditasi di sini, yakni; di Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe,
Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung. Dengan meditasi dan ritual dia
mengharapkan bisa memanggil roh Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java)
sehingga dia bisa memainkan beladiri Kun Thauw seperti Mahaguru Tan Tik Sioe
Sian sendiri yang bermain (Silat Hadiran; bisa menirukan segala macam jurus,
kayak di Tai Chi dalam tradisi Cina dan Ilmu Karomah dalam Islam).
Agung
Priyokusumo (2017) menyatakan pula bahwa menurut
cerita almarhum guruku, Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti) selain sakti,
beliau juga dermawan suka menolong orang. Oleh karena itu, almarhum guruku
ketika masih kecil sempat belajar Kun Thauw ke Goa Pertapa Tan Tik Sioe. Almarhum
guruku tertarik karena mendengar kabar kesaktian dan kedermawanannya. Menurut
ceritera almarhum guruku, jika ada penduduk yang miskin atau kelaparan, maka
Mahaguru Tan Tik Sioe mengambil segenggam daun lamtoro (bahasa Jawanya: mlurut
godong lamtoro sak gegem) lalu disebar ke orang-orang miskin, daun-daun
lamtoro itu berubah menjadi kepingan-kepingan uang logam yang kemudian dapat diambil
orang-orang miskin untuk membeli bahan makanan.
Selain
itu, Agung
Priyokusumo (2017) menyatakan pula bahwa cerita
atau legenda tentang kesaktian pendekar-pendekar dari Tiongkok bukan omong kosong
atau bualan, tetapi sungguh-sungguh manakjubkan, ketika saya masih kecil
almarhum guruku mendemontrasikan cara menyabit/melempar senjata rahasia (Piauw)
sebuah benthel kecil ujungnya sebesar jarum disabitkan ke arah pintu Jati
menancap cukup dalam tanpa benthelnya patah dan setelah benthel dicabut ujung
benthel yang diberi kupluk beracun tertinggal di dalam pintu jati, dan racunpun
ada yg 5 menit mati, ada yang 1 jam mati, ada yang 24 jam mati, tinggal racun
mana yang hendak direndamkan ke kupluk/kepala benthel (benthel alat merajut
kain dengan memakai benang).
Lanjut Priyokusumo (2017) bahwa Mahaguru Tan Tik Sioe Sian
(Romo Moorti De Java) ujung jari kakinya kuat bisa menancap di pohon pisang
jika ditendangkan, dan hampir 4 jarinya papak bahkan mampu menjebol papan. Masih menurut
cerita almarhum guruku, guruku pernah berguru kepada orang China tua dan
pincang kalau jalan pakai teken/tongkat, tetapi kalau di kandang babi Empek tua
itu dari genting kandang babi yang satu dengan yang lain hanya meloncat loncat
(Ginkang).
Hendry
Goutama (2017) dalam
mengomentari Facebook Agung Priyokusumo (2017) menyatakan bahwa di Bandengan, Jakarta Barat ada klenteng tua Mak Co Po,
dan di sana juga ada altar Beliau Mahaguru Tan Tik Sioe (Romo Moorti). Kata
saya: “Wah, wah, wah, wah. Hadeeh, tambah mantaf sekali ini kalau mengadakan
ziarah dan napak tilas Mahaguru Tak Tik Sioe (Romo Moorti) yang berada di
berbagai pelosok Nusantara”. Dalam batin, semoga Mahaguru Tak Tik Sioe
selalu berbahagia dalam kehidupannya sekarang. Amiin, amiin, Ya Rabbal Alamin.
Agung Priyokusumo (2017) mengatakan bahwa karena di
sekitar “Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian” banyak pohon-pohon
dan ada beberapa pohon besar maka Energy Alam (Rei Ki)-nya sangat kuat dan
jernih, sehingga nyaman dan tenang untuk bermeditasi atau tafakur. suasananya
yang hening dan ridak bising cocok untuk latihan meditasi atau tafakur.
Selain itu, dikisahkan pula bahwa ketika disinggung
tentang agama apa yang dianut Mahaguru Tan Tik Sioe Sian, Agung
Priyokusumo (2017) menyatakan “saya tidak tahu, mungkin saja Tao”.
Bagi saya, apapun agamanya, Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java)
merupakan orang spiritualis yang hebat dan kaya raya akan sumber rujukan dalam
menempuh ajarannya. Bahkan Priyokusumo (2017) menyatakan bahwa masih ada ajaran
beliau yang tertulis pada Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian di
Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung.
Pertapaan
Mahaguru Tan Tik Sioe Sian di Gunung Wilis
Buddhi Samana (2017)
mengatakan bahwa selain di “Goa Pertapaan Mahaguru
Tan Tik Sioe Sian/ Romo Moorti De Java” di
desa Sumberagung Kecamatan Rejotangan, kabupaten Tulungagung, ada juga sempat
pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian di Gunung Wilis. (Bahkan, Buddhi Samana
akan mengajak saya bermeditasi dan bertafakur di pertapaan Mahaguru Tak Tik
Sioe Sian/ Romo Moorti yang ada di Gunung Wilis ini. Asyiiik. Alhamdulillah).
Lanjut
Buddhi Samana (2017) yang menyatakan bahwa menurut
ceritera Mbah Kasimun (sekarang berusia lebih dari 70 tahun) penjaga Goa
Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti) di lereng Gunung Wilis, pada
waktu pekerja-pekerja sedang menyelesaikan bangunan goa tersebut lebih dari
setengah abad yang lampau dan ketika itu pekerja-pekerja bangunan sangat haus,
kemudian Mahaguru Tan Tik Sioe Sian mengambil batu-batu di tanah, ternyata
baatu-batu yang diambil tadi berubah menjadi buah-buah jeruk. Oleh beliau
jeruk-jeruk tersebut diberikan kepada pekerja-pekerja tadi.
Selanjutnya, ketika salah seorang pekerja bangunan Goa tersebut
hendak merokok, berkali-kali telah menyalakan korek api, namun berkali-kali
juga nyala api-nya mati, karena tertiup angin kencang dari luar Goa yang sedang
dibangun itu. Kejadian tersebut terlihat oleh Mahaguru Tan Tik Sioe, yang
kemudian segera menolongnya dengan mengambil rumput alang-alang kering di
sekitar tempat itu, tanpa mempergunakan korek api, tetapi ternyata menyala-lah
rumput itu dan apinya oleh beliau diberikan kepada seorang pekerja yang hendak
merokok tadi.
Mahaguru Tan Tik Sioe (Romo Moorti) ketika itu
sebentar-sebentar masih kelihatan di sini, sebentar kemudian sudah nampak di seberang
jauh di puncak sebuah bukit yang lain seperti melayang saja sambil membawa
sehelai sapu-tangan. Kalau beliau kebetulan sedang mandi di sumber air yang
mengalir di bawah bukit terciumlah bau yang harum, maka banyak pula para pengunjung
yang ikut turun mandi di sekitar tempat arah datangnya aliranair sumber yang
bekas dipergunakan mandi beliau tadi. (Buddhi Samana, pada tahun 2017 cerita
dari Sang Juru kunci, Mbah Kasimun).
Cerita
Saya Pribadi
Saya pernah mendapatkan buku yang dikarang oleh Mahaguru
Tan Tik Sioe (Romo Moorti) dari Romo Djajang Kademangan. Setelah saya
mempelajari, ternyata ajaran Mahaguru Tan Tik Sioe (Romo Moorti) juga membahas
tentang ilmu tauhid (ilmu untuk meng-Esa-kan Tuhan). Dalam kitab tersebut
Mahaguru Tan Tik Sioe juga menjelaskan bahwa seseorang penempuh spiritual
hendaknya tidak terkecoh dengan kenikmatan duniawi dan semacamnya.
Oh, sayang. Buku dari Romo Djajang Kademangan itu hanya
satu buku. Alangkah indahnya bila ajaran Mahaguru Tan Tik Sioe (Romo Moorti De
Java) tersebut dapat saya peroleh semua. Sehingga, saya dalam mempelajari
ajaran Mahaguru Tan Tik Sioe bisa kaffah (lengkap dan sempurna). Akhir
kata, cukup inilah apa yang bisa saya ceritakan dalam tulisan ini.
Mudah-mudahan Mahaguru Tak Tik Sioe yang konon dimakamkan di Batam selalu
bahagia di alamnya. Amiin.
“If
you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Mbah Agung Priyokusumo di areal Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) di Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung. |
Mbah Agung Priyokusumo bermeditasi (tafakur) dalam areal Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) Sumberingin, Rejotangan, Tulungagung. |
Mbah Sugeng baru saja meditasi di Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian di Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung. |
Mbah Agung Priyokusumo bermeditasi (tafakur) di areal Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) di Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung. |
Foto lain ketika Mbah Agung Priyokusumo bermeditasi (tafakur) di Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) di Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung. |
Foto Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) di Goa Pertapaan-nya di Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung. |
Salah satu ajaran Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) di Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung. |
Mbah Agung Priyokusumo saat bermeditasi di areal Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung. |
Goa Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) |
Wajah Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) |
Mbah Muhayani bersama kawannya sedang bermeditasi di areal Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) |
Benda-benda di Pertapaan Mahaguru Tan Tik Sioe Sian (Romo Moorti De Java) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, merupakan pria keturunan ke-18 dari Haji Bong
Swie Ho Ngampeldenta, Surabaya, Jawa Timur. Seorang pria yang berbau kuburan,
kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala
macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03
RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil
oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
(karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh
yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Saya ucapkan Salam budaya Nusantara . Rahayu rahayu rahayu. utk semua saudara pecinta penghayat budaya Nusantara . Dari bumi Jenggala ka huripan .Sidoarjo.
BalasHapusApa Ada yang mau foto asli tan til sioux sian
BalasHapus