Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Menulislah, siapa tahu bermanfaat bagi yang
membutuhkan.”
(Anonim)
Goa
Jedog terletak di desa Plosorejo, kecamatan Kademangan, kabupaten Blitar,
propinsi Jawa Timur. Goa tersebut berbentuk seperti sumur ukuran jumbo. Ukuran
stalaktit dan stalakmit dalam Goa Jedog tampak indah dengan beraneka ragam
ukuran. Kata Feryan Herma F: “Memang gua ini lebih terlihat sebagai sumur
yang menganga, sebab lokasinya berada di bawah. Jadi kalau mau masuk ya harus
turun secara vertikal. Meski tidak ada sarana apapun yang dapat digunakan untuk
menuruni gua, kami tetap mencoba. Turunnya sedikit merambati dinding, kemudian
hinggap ke pohon”. Rute menuju Gua Jedog sebagai berikut: Candi Simping (tempat
dimakamkannya Raden Wijaya Sang Tokoh Pendiri Kerajaan Majapahit) menuju ke
timur hingga melewati Gapura Desa Plosorejo – terus ke timur hingga menjumpai
sebuah gardu kecil di utara jalan. Di depan gardu tersebut terdapat jalan tanah
yang mengarah ke perbukitan – ikuti jalan tersebut hingga menjumpai jalan rabat
beton – susuri jalan rabat beton hingga tampak sebuah pohon beringin yang
menandai lokasi Goa Jedog (Feryan Herma F.).
Kata Buddhi Samana (2017) Ketika
saya masih kecil Goa Jedog, tidak ada pohon Berinģin-nya, hanya di dalamnya
banyak semak-semak. Dulu sekitar goa tidak ada pohon-pohonnya atau gunung
kapurnya, yakni: gundul sehingga dari jauh sudah kelihatan, kan tetapi sekarang
sudah dipenuhi hutan Jati. Lanjut Buddhi Samana (2017)
bahwa dulu banyak yang melihat ke dalam Goa Jedog
dan turun menggunakan tangga, namun jarang yang berani masuk sampai ke dalam,
paling dalam 50-100 meter dan belum ada yg berani menembus sampai ke dalam. Dan
menurut cerita orang-orang tua, bahwa Goa Jedog tembus Laut Selatan, dan di
dalamnya tersimpan harta karun namun bañyak sekali ularnya dan ada ularnya yang
sangat besar sekali.
Mbah Agung
Priyokusumo (2017)
atau yang bisa disebut dengan “Mbah Gung” menyatakan bahwa setelah lelah melakukan perjalanan, kini saatnya menyerap
Energy Alam Semesta di area Goa Jedog agar badan menjadi segar kembali.
Lanjut Mbah Gung, dalam acara tafakur (meditasi) di Goa Jedog menyatakan bahwa manusia
bukan penguasa 'Alam, manusia bukan pengatur
'Alam, tetapi manusia adalah bagian dari 'Alam.
Namun Ki Kusnan
berbeda dalam mengomentari Goa
Jedog ketika Mbah Sugeng (Mbah Geng) bersama Mbah Gung ke tempat tersebut: “Weleh... weleh... Pak Sugeng ki kokyo turut Guo Jedog, kamongko
kuwi akeh nyamuk-e” (Waduh, waduh, Pak Sugeng kok ya mau saja
berpetualang ke Goa Jedog, padahal banyak Nyamuk-nya).
Sementara itu, Cukup Miko Saja (dalam Akun Google + nya) menyatakan
bahwa di saat perjalanan mendekati Goa Jedog terdapat temuan berupa gundukan
bata kuno yang menanjang, dan di duga
memang goa ini pernah di huni, di dalam goa di temukan fragment batu Candi.
Makanya, dalam hal ini Cukup Miko Saja (dalam Akun Google + nya) menyatakan
bahwa Goa Jedog merupakan sebuah “Situs Purbakala”. Mungkin hanya ini yang bisa
saya tuliskan tentang Goa Jedog yang terletak di desa Plosorejo, kecamatan
Kademangan, kabupaten Blitar.
Tafakur (Meditasi) di Goa
Jedog
Mbah
Gung dan Mbah Geng, kedua orang spiritualis ini memang suka berpetualang dan
berziarah melaksanakan “TAFAKUR” (MEDITASI) di tempat-tempat yang udaranya
masih murni, termasuk di Goa Jedog, Plosorejo, Kademangan, Blitar. Tak hanya
pada tempat-tempat itu saja, kedua tokoh spiritualis ini juga sering melakukan “TAFAKUR”
(MEDITASI) di makam-makam yang dianggap keramat oleh sebagian masyarakat. Dalam
ritual “TAFAKUR” (MEDITASI) tersebut, keduanya selalu merenungkan ungkapan “DARI
TIADA MENUJU ADA – KEMUDIAN TIADA SETELAH ADA” yang dalam Bahasa Arab-nya “MINAL
ADAM ILAL WUJUD – TSUMMAL ADAM BA’DAL MAUJUD” atau dalam bahasa Agama
Buddha-nya adalah “SEGALA SESUATU SELALU MENGALAMI PERUBAHAN/TIDAK KEKAL” atau “SABBE
SANKARA ANICCA”. Ah ini saja catatan harian saya.
Akhir
kata, mudah-mudahan catatan harian (cahar) saya ini bermanfaat pada kehidupan
kini dan mendatang. Mudah-mudahan dua spiritualis (Mbah Gung dan Mbah Geng)
tersebut, selalu diberi kelancaran oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dalam menapaki
perjalanan spiritual-nya. Mudah-mudahan setelah mereka berdua (Mbah Gung dan
Mbah Geng) menemukan pencerahan dalam perjalanan spiritualnya, keduanya lalu
mau membagikan hasilnya demi kebutuhan semua manusia di bumi ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa memberkahi keduanya. Amin, amin.
“If you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Situs Batu Kuno di Goa Jedog Plosorejo, Kademangan, Blitar |
Goa Jedog Plosorejo, Kademangan, Blitar |
Goa Jedog (tampak dari bawah) di Plosorejo, Kademangan, Blitar |
"Akulah Alam" inilah perenungan Mbah Gung saat tafakur (meditasi) di Goa Jedog Plosorejo, Kademangan, Blitar |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing,
maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam
bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh
Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
(karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh
yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar