Minggu, 26 Februari 2017

TAFAKUR (MEDITASI) DI GOA JEDOG DESA PLOSOREJO KECAMATAN KADEMANGAN KABUPATEN BLITAR BERSAMA DUA TOKOH SPIRITUAL (MBAH GUNG DAN MBAH GENG)



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 “Menulislah, siapa tahu bermanfaat bagi yang membutuhkan.”
(Anonim)

Goa Jedog terletak di desa Plosorejo, kecamatan Kademangan, kabupaten Blitar, propinsi Jawa Timur. Goa tersebut berbentuk seperti sumur ukuran jumbo. Ukuran stalaktit dan stalakmit dalam Goa Jedog tampak indah dengan beraneka ragam ukuran. Kata Feryan Herma F: “Memang gua ini lebih terlihat sebagai sumur yang menganga, sebab lokasinya berada di bawah. Jadi kalau mau masuk ya harus turun secara vertikal. Meski tidak ada sarana apapun yang dapat digunakan untuk menuruni gua, kami tetap mencoba. Turunnya sedikit merambati dinding, kemudian hinggap ke pohon”. Rute menuju Gua Jedog sebagai berikut: Candi Simping (tempat dimakamkannya Raden Wijaya Sang Tokoh Pendiri Kerajaan Majapahit) menuju ke timur hingga melewati Gapura Desa Plosorejo – terus ke timur hingga menjumpai sebuah gardu kecil di utara jalan. Di depan gardu tersebut terdapat jalan tanah yang mengarah ke perbukitan – ikuti jalan tersebut hingga menjumpai jalan rabat beton – susuri jalan rabat beton hingga tampak sebuah pohon beringin yang menandai lokasi Goa Jedog (Feryan Herma F.). 

Kata Buddhi Samana (2017) Ketika saya masih kecil Goa Jedog, tidak ada pohon Berinģin-nya, hanya di dalamnya banyak semak-semak. Dulu sekitar goa tidak ada pohon-pohonnya atau gunung kapurnya, yakni: gundul sehingga dari jauh sudah kelihatan, kan tetapi sekarang sudah dipenuhi hutan Jati.  Lanjut Buddhi Samana (2017) bahwa dulu banyak yang melihat ke dalam Goa Jedog dan turun menggunakan tangga, namun jarang yang berani masuk sampai ke dalam, paling dalam 50-100 meter dan belum ada yg berani menembus sampai ke dalam. Dan menurut cerita orang-orang tua, bahwa Goa Jedog tembus Laut Selatan, dan di dalamnya tersimpan harta karun namun bañyak sekali ularnya dan ada ularnya yang sangat besar sekali.

Mbah Agung Priyokusumo (2017) atau yang bisa disebut dengan “Mbah Gung” menyatakan bahwa setelah lelah melakukan perjalanan, kini saatnya menyerap Energy Alam Semesta di area Goa Jedog agar badan menjadi segar kembali. Lanjut Mbah Gung, dalam acara tafakur (meditasi) di Goa Jedog menyatakan bahwa manusia bukan penguasa 'Alam, manusia bukan pengatur 'Alam, tetapi manusia adalah bagian dari 'Alam. Namun Ki Kusnan berbeda dalam mengomentari Goa Jedog ketika Mbah Sugeng (Mbah Geng) bersama Mbah Gung ke tempat tersebut: “Weleh... weleh... Pak Sugeng ki kokyo turut Guo Jedog, kamongko kuwi akeh nyamuk-e” (Waduh, waduh, Pak Sugeng kok ya mau saja berpetualang ke Goa Jedog, padahal banyak Nyamuk-nya).

Sementara itu,  Cukup Miko Saja (dalam Akun Google + nya) menyatakan bahwa di saat perjalanan mendekati Goa Jedog terdapat temuan berupa gundukan bata kuno yang menanjang, dan  di duga memang goa ini pernah di huni, di dalam goa di temukan fragment batu Candi. Makanya, dalam hal ini Cukup Miko Saja (dalam Akun Google + nya) menyatakan bahwa Goa Jedog merupakan sebuah “Situs Purbakala”. Mungkin hanya ini yang bisa saya tuliskan tentang Goa Jedog yang terletak di desa Plosorejo, kecamatan Kademangan, kabupaten Blitar.

Tafakur (Meditasi) di Goa Jedog

Mbah Gung dan Mbah Geng, kedua orang spiritualis ini memang suka berpetualang dan berziarah melaksanakan “TAFAKUR” (MEDITASI) di tempat-tempat yang udaranya masih murni, termasuk di Goa Jedog, Plosorejo, Kademangan, Blitar. Tak hanya pada tempat-tempat itu saja, kedua tokoh spiritualis ini juga sering melakukan “TAFAKUR” (MEDITASI) di makam-makam yang dianggap keramat oleh sebagian masyarakat. Dalam ritual “TAFAKUR” (MEDITASI) tersebut, keduanya selalu merenungkan ungkapan “DARI TIADA MENUJU ADA – KEMUDIAN TIADA SETELAH ADA” yang dalam Bahasa Arab-nya “MINAL ADAM ILAL WUJUD – TSUMMAL ADAM BA’DAL MAUJUD” atau dalam bahasa Agama Buddha-nya adalah “SEGALA SESUATU SELALU MENGALAMI PERUBAHAN/TIDAK KEKAL” atau “SABBE SANKARA ANICCA”. Ah ini saja catatan harian saya.

Akhir kata, mudah-mudahan catatan harian (cahar) saya ini bermanfaat pada kehidupan kini dan mendatang. Mudah-mudahan dua spiritualis (Mbah Gung dan Mbah Geng) tersebut, selalu diberi kelancaran oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dalam menapaki perjalanan spiritual-nya. Mudah-mudahan setelah mereka berdua (Mbah Gung dan Mbah Geng) menemukan pencerahan dalam perjalanan spiritualnya, keduanya lalu mau membagikan hasilnya demi kebutuhan semua manusia di bumi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkahi keduanya. Amin, amin.


 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Goa Jedog di Plosorejo, Kademangan, Blitar
 
Goa Jedog, Plosorejo, Kademangan, Blitar
 
Situs Batu Kuno di Goa Jedog, Plosorejo, Kademangan, Blitar
Situs Batu Kuno di Goa Jedog Plosorejo, Kademangan, Blitar
Goa Jedog Plosorejo, Kademangan, Blitar
Goa Jedog (tampak dari bawah) di Plosorejo, Kademangan, Blitar
 
Stalaktit di Goa Jedog Plosorejo, Kademangan, Blitar
"Akulah Alam" inilah perenungan Mbah Gung saat tafakur (meditasi) di Goa Jedog Plosorejo, Kademangan, Blitar
 
Mbah Gung saat tafakur (meditasi) di Goa Jedog, Plosorejo, Kademangan, Blitar.
 

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean” (karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar