Minggu, 04 Juni 2017

BERZIARAH KE MAKAM MBAH TAMAM THAHIR SEKARDANGAN, PAPUNGAN, KANIGORO, BLITAR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Ini merupakan catatan harian saya ketika berziarah bersama Mbah Jawoko Jatimalang ke makam Mbah Tamam Thahir di Pemakaman Umum dusun Sekardangan, desa Papungan, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar.”
(Shofwan, 2017)

Pada hari Kamis, 23 Mei 2017, saya berziarah ke makam Mbah Tamam Thahir di “Pemakaman Umum” dusun Sekardangan bersama Mbah Jawoko. Mbah Tamam Thahir merupakan putra ke-2 dari Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir), Kerjen, Srengat, Blitar. Adapun saudara-saudara Mbah Tamam Thahir secara berurutan adalah: (1) Mbah Kusdi Thahir makamnya berada di Lereng Gunung Pegat bagian Utara, Ponggok, Blitar; (2) Mbah Tamam Thahir, makamnya berada di Pemakaman Umum dusun Sekardangan, Papungan, Kanigoro, Blitar; (3) Mbah Syafii Thahir, makamnya berada di Pemakaman Umum desa Kerjen, Srengat, Blitar; (4) Mbok Srikin Thahir, makamnya berada di Pemakaman Umum desa Kerjen, Srengat, Blitar; (5) Mbah Hajjah Masfu’ah Kerjen; dan (6) Mbah Kamsir Thahir.

Ada banyak yang saya pelajari dari perilaku baik Mbah Tamam Thahir, yaitu beliau senang bersilaturrahmi kepada sanak keluarganya di manapun berada. Yakni, keluarga dari keturunan paman-pamannya berikut, di antaranya: (1) Mbah Mustaham Pare, Kediri; (2) Mbah Mulkan Dermojayan, Srengat, Blitar; (3) Mbah Artijah Thahir, yakni ibu dari Mbah Tamam Thahir; (4) Mbah Rahmat Hadi, Pare, Kediri; (5) Mbah Muskimah, Pare, Kediri; (6) Mbah Tasringah, Candirejo, Ponggok, Blitar; (7) Mbah Ibrahim Gempolkenceng, Wonorejo, Srengat, Blitar; dan (8) Mbah Makinah, Kerjen, Srengat, Blitar. Selain itu, beliau juga dulu sering berziarah ke Makam Mbah Kyai Raden Mangun Witono (Sayyid Hasan Ghozali) berada di belakang Masjid Timban Al-Istimrar, Kauman, Kalangbret, Tulungagung. 

Tak berhenti silaturrahmi ke saudara-saudara dari pamannya saja, Mbah Tamam Thahir juga sering silaturrahmi ke berbagai saudara kakek-nya, di antaranya dari keluarga besar: (1) Mbah Nyai Hafidloh, di Gempolkenceng, Wonorejo, Srengat, Blitar; (2) Mbah Nyai Murtosinah, di Pikatan, Srengat, Blitar; (3) Mbah Nyai Muntokinah, di Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar; (4) Mbah Kyai Abu Darda’, di Kedungcangkring, Srengat, Blitar; (5) Mbah Kyai Kasturi, di Nglangkapan, Srengat, Blitar; (6) Mbah Kyai Haji Romli, di Pakisrejo, Srengat, Blitar; (7) Mbah Nyai Turunsih, di Nglangkapan, Wonorejo, Srengat, Blitar; dan (8) Nyai Tsamaniyah Imam Muhtar, yang merupakan nenek dan kakek Mbah Tamam Thahir.

Mbah Tamam Thahir juga bersilaturrahmi ke saudara-saudaranya dari jalur Mbah Munawar Wonodadi, Blitar, di antaranya dari keluarga besar: (1) Mbah Abdullah Syahid Pikatan, Wonodadi, Blitar; (2) Mbah Kayudi Wonodadi Blitar; (3) Mbah Thahir, ayahnya sendiri yang berada di Kerjen, Srengat, Blitar; (4) Mbah Sarini di Judeg, Srikaton; (5) Mbah Siras di Rejosari; (6) Mbah Mini di Tawangrejo, Srengat, Blitar; (7) Mbah Slamet Abdul Basyar di Wonodadi, Blitar yang memiliki anak bernama Mbah Supiyan Wonodadi.

Dari garis keluarga Mbah Kyai Muhammad Asrori yakni pendiri dan cikal-bakal “Masjid Jami Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar, Mbah Tamam Thahir masih merupakan buyut dari: “Mbah Kyai Muhammad Asrori bin Mbah Kyai Muhammad Syakban bin Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman) Gunung Pegat, Srengat, Blitar”. Selain itu, Mbah Tamam Thahir juga masih keturunan dari Mbah Kyai Mangun Witono (Sayyid Hasan Ghozali), Kauman, Kalangbret, Tulungagung, yakni dari jalur: “Mbah Nyai Syakban binti Mbah Kyai Ali Muntoho (cikal bakal desa Jarakan, Gondang, Tulungagung) bin Mbah Kyai Nur Ali Rahmatullah bin Mbah Kyai Mangun Witono (Sayyid Hasan Ghozali) bin Kyai Ageng Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari Ponorogo)”. 

Dalam hidupnya, Mbah Tamam Thahir menjadi pengikut aliran Tharikah Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah serta pengamal “Wirid Basmallah” yang beliau peroleh dari Mbah Kyai Muhammad Danisuryo, Jeding, Sanankulon, Blitar. Ya, hanya sebagai pengikut, bukan sebagai tokoh sentral. Ya, hanya sebagai pengamal “Wirid Basmallah” dan diperkenankan mengijazahkan. Berikut saya sajikan sekedar silsilah Mbah Tamam Thahir Sekardangan, Kanigoro, Blitar, yang mungkin bisa dipakai acuan bagi keluarga atau sanak saudara di manapun berada:

1.    Sunan Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Dewi Karimah binti Ki Ageng Kembang Kuning Surabaya, berputra;
2.    Pangeran Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra:
3.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Jaka Supang/ Jaka Pameling/ Pangeran Mangkubumi/ Ki Ageng Padang Aran II/ Raden Wahyu Widayat/ Empu Windu Jati/ Pangeran Pamungkas/ Sunan Pamungkas/ Sunan Gunung Jabalkat) + Nyai Kaliwungu binti Bathoro Kathong, berputra:
4.    Raden Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6.    Pangeran Ragil Kuning, Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7.    Pangeran Wongsodriyo, berputra:
8.    Kyai Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
9.    Kyai Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo), berputra:
10. Mbah Kyai Raden Taklim (penghulu Srengat), berputra:
11. Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman), makam di Puncak Gunung Pegat Srengat dekat dengan Ndoro Tedjo dan merupakan Penghulu Blitar Pertama, berputra:
12.  Mbah Kyai Muhammad Syakban atau biasa dikenal dengan sebutan “Mbah Syakban Gembrang Serang” atau “Mbah Syakban Tumbu” (makamnya berada di Makam Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar), berputra:
13. Mbah Kyai Muhammad Asrori, yakni pendiri dan cikal-bakal “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar, berputra:
14. Mbah Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Imam Muhtar atau Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar), berputra:
15. Mbah Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi) dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra;
16. Mbah Tamam Thahir (suami dari Nyai Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro, Blitar).

Sementara itu, silsilah nasab Mbah Tamam Thahir dari jalur Mbah Nyai Syakban Jarakan, juga bertemu saudara pula. Berikut silsilah nasab Mbah Tamam Thahir dari jalur Mbah Nyai Syakban Jarakan (yakni; istri Mbah Kyai Muhammad Syakban/ Mbah Syakban Gembrang Serang/ Mbah Syakban Tumbu) yang makamnya berada di Pemakaman Umum desa Jarakan, Gondang, Tulungagung:

1.    Sunan Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Dewi Karimah binti Ki Ageng Kembang Kuning Surabaya, berputra:
2.    Pangeran Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra:
3.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Jaka Supang/ Jaka Pameling/ Pangeran Mangkubumi/ Ki Ageng Padang Aran II/ Raden Wahyu Widayat/ Empu Windu Jati/ Pangeran Pamungkas/ Sunan Pamungkas/ Sunan Gunung Jabalkat) + Nyai Kaliwungu binti Bathoro Kathong, berputra:
4.    Raden Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6.    Pangeran Ragil Kuning, Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7.    Pangeran Wongsodriyo, berputra:
8.    Kyai Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
9.    Kyai Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo), berputra:
10. Mbah Kyai Mangun Witono/ Sayyid Hasan Ghozali, makamnya berada di belakang “Masjid Tiban Al-Istimrar” Kauman, Kalangbret, Tulungagung, berputra:
11. Mbah Kyai Nur Ali Rahmatullah, berputra:
12. Mbah Kyai Ali Muntoho (cikal-bakal desa Jarakan, Gondang, Tulungagung), berputra:
13. Nyai Syakban makamnya berada di Pemakaman Jarakan, Gondang, Tulungagung (istri dari Mbah Kyai Muhammad Syakban/ Mbah Syakban Gembrang Serang/ Mbah Syakban Tumbu bin Kyai Muhammad Qosim Penghulu Pertama Blitar), berputra:
14. Mbah Kyai Muhammad Asrori pendiri “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar (suami dari Nyai Haditsah Binti Muhammad Yunus Srengat), berputra:
15. Mbah Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar), berputra;
16. Mbah Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi, Srengat, Blitar) dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra:
17. Mbah Tamam Thahir (suami dari Nyai Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro, Blitar).

Silsilah nasab tersebut diadopsi dari berbagai sumber dengan pengurutan generasi ke generasi seperlunya, di antaranya dari: (1) Lembaran Silsilah “Keluarga Kyai Raden Muhammad Qosim/ Eyang Kasiman” yang tersimpan di Yayasan Kyai Raden Muhammad Kasiman sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar; (2) Buku berjudul “Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini” karya Abu Naufal bin Tamam At-Thahir; (3) Buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV: Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu Linawati dan disusun oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (4) Buku berjudul “Silsilah Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar” karya Arif Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana; serta Lembaran berjudul “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asror Pakisrejo, Srengat” yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1984.

          Akhir kata, mungkin hanya ini catatan harian (cahar) saya kali ini. Cahar ini hanya sebagai pengisi waktu di kala tidak ada kegiatan-kegiatan yang lebih penting difokuskan. Jadi, karena sifatnya hanya sebagai catatan harian berdasarkan hobi saya dalam mengkaji sejarah berbagai orang tua, maka bila ada yang kurang komplit dalam hal ini, saya minta maaf yang sebesar-besarnya khususnya kepada diri saya pribadi. Jadi, “SAYA MEMINTA MAAF KEPADA DIRI SAYA PRIBADI. DAN ALHAMDULILLAH DIRI SAYA PRIBADI MEMAAFKAN KESALAHAN SAYA”. Yah, suatu nikmat yang luar biasa apabila diri kita sendiri bisa memaafkan diri kita. Diri saya sendiri bisa memaafkan diri saya sendiri. Yah, Semoga dusun Sekardangan, sebuah tempat bersejarah yang telah melahirkan manusia seperti saya, selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Arif Muzayin Shofwan ketika ziarah ke makam Mbah Tamam Thahir lagi dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017)
 
Arif Muzayin Shofwan ketika bertahlil di makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017)
 
Arif Muzayin Shofwan ketika bertahlil di pusara makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017)
Arif Muzayin Shofwan sedang bertahlil di pusara makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017)
Arif Muzayin Shofwan sedang bertahlil di makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017)
 
Arif Muzayin Shofwan sedang bertahlil di pusara makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017)
Makam Mbah Umi Kulsum binti Kyai Haji Ahmad Dasuqi (Dokumentasi, 2017)
 

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

1 komentar: