Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Ini
merupakan catatan harian saya ketika berziarah bersama Mbah Jawoko Jatimalang ke
makam Mbah Tamam Thahir di Pemakaman Umum dusun Sekardangan, desa Papungan,
kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar.”
(Shofwan,
2017)
Pada
hari Kamis, 23 Mei 2017, saya berziarah ke makam Mbah Tamam Thahir di
“Pemakaman Umum” dusun Sekardangan bersama Mbah Jawoko. Mbah Tamam Thahir
merupakan putra ke-2 dari Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir),
Kerjen, Srengat, Blitar. Adapun saudara-saudara Mbah Tamam Thahir secara
berurutan adalah: (1) Mbah Kusdi Thahir makamnya berada di Lereng Gunung Pegat
bagian Utara, Ponggok, Blitar; (2) Mbah Tamam Thahir, makamnya berada di
Pemakaman Umum dusun Sekardangan, Papungan, Kanigoro, Blitar; (3) Mbah Syafii
Thahir, makamnya berada di Pemakaman Umum desa Kerjen, Srengat, Blitar; (4)
Mbok Srikin Thahir, makamnya berada di Pemakaman Umum desa Kerjen, Srengat,
Blitar; (5) Mbah Hajjah Masfu’ah Kerjen; dan (6) Mbah Kamsir Thahir.
Ada
banyak yang saya pelajari dari perilaku baik Mbah Tamam Thahir, yaitu beliau
senang bersilaturrahmi kepada sanak keluarganya di manapun berada. Yakni,
keluarga dari keturunan paman-pamannya berikut, di antaranya: (1) Mbah Mustaham
Pare, Kediri; (2) Mbah Mulkan Dermojayan, Srengat, Blitar; (3) Mbah Artijah
Thahir, yakni ibu dari Mbah Tamam Thahir; (4) Mbah Rahmat Hadi, Pare, Kediri;
(5) Mbah Muskimah, Pare, Kediri; (6) Mbah Tasringah, Candirejo, Ponggok,
Blitar; (7) Mbah Ibrahim Gempolkenceng, Wonorejo, Srengat, Blitar; dan (8) Mbah
Makinah, Kerjen, Srengat, Blitar. Selain itu, beliau juga dulu sering berziarah
ke Makam Mbah Kyai Raden Mangun Witono (Sayyid Hasan Ghozali) berada di
belakang Masjid Timban Al-Istimrar, Kauman, Kalangbret, Tulungagung.
Tak
berhenti silaturrahmi ke saudara-saudara dari pamannya saja, Mbah Tamam Thahir
juga sering silaturrahmi ke berbagai saudara kakek-nya, di antaranya dari
keluarga besar: (1) Mbah Nyai Hafidloh, di Gempolkenceng, Wonorejo, Srengat,
Blitar; (2) Mbah Nyai Murtosinah, di Pikatan, Srengat, Blitar; (3) Mbah Nyai
Muntokinah, di Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar; (4) Mbah Kyai Abu
Darda’, di Kedungcangkring, Srengat, Blitar; (5) Mbah Kyai Kasturi, di Nglangkapan,
Srengat, Blitar; (6) Mbah Kyai Haji Romli, di Pakisrejo, Srengat, Blitar; (7)
Mbah Nyai Turunsih, di Nglangkapan, Wonorejo, Srengat, Blitar; dan (8) Nyai
Tsamaniyah Imam Muhtar, yang merupakan nenek dan kakek Mbah Tamam Thahir.
Mbah
Tamam Thahir juga bersilaturrahmi ke saudara-saudaranya dari jalur Mbah Munawar
Wonodadi, Blitar, di antaranya dari keluarga besar: (1) Mbah Abdullah Syahid
Pikatan, Wonodadi, Blitar; (2) Mbah Kayudi Wonodadi Blitar; (3) Mbah Thahir,
ayahnya sendiri yang berada di Kerjen, Srengat, Blitar; (4) Mbah Sarini di
Judeg, Srikaton; (5) Mbah Siras di Rejosari; (6) Mbah Mini di Tawangrejo,
Srengat, Blitar; (7) Mbah Slamet Abdul Basyar di Wonodadi, Blitar yang memiliki
anak bernama Mbah Supiyan Wonodadi.
Dari
garis keluarga Mbah Kyai Muhammad Asrori yakni pendiri dan cikal-bakal “Masjid
Jami Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar, Mbah Tamam
Thahir masih merupakan buyut dari: “Mbah Kyai Muhammad Asrori bin Mbah Kyai
Muhammad Syakban bin Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman) Gunung
Pegat, Srengat, Blitar”. Selain itu, Mbah Tamam Thahir juga masih keturunan
dari Mbah Kyai Mangun Witono (Sayyid Hasan Ghozali), Kauman, Kalangbret,
Tulungagung, yakni dari jalur: “Mbah Nyai Syakban binti Mbah Kyai Ali
Muntoho (cikal bakal desa Jarakan, Gondang, Tulungagung) bin Mbah Kyai Nur Ali
Rahmatullah bin Mbah Kyai Mangun Witono (Sayyid Hasan Ghozali) bin Kyai Ageng
Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari Ponorogo)”.
Dalam
hidupnya, Mbah Tamam Thahir menjadi pengikut aliran Tharikah Qadiriyyah dan
Naqsyabandiyyah serta pengamal “Wirid Basmallah” yang beliau peroleh
dari Mbah Kyai Muhammad Danisuryo, Jeding, Sanankulon, Blitar. Ya, hanya
sebagai pengikut, bukan sebagai tokoh sentral. Ya, hanya sebagai pengamal “Wirid
Basmallah” dan diperkenankan mengijazahkan. Berikut saya sajikan sekedar
silsilah Mbah Tamam Thahir Sekardangan, Kanigoro, Blitar, yang mungkin bisa
dipakai acuan bagi keluarga atau sanak saudara di manapun berada:
1. Sunan
Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Dewi Karimah binti Ki Ageng Kembang
Kuning Surabaya, berputra;
2. Pangeran
Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra:
3. Sunan
Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Jaka Supang/ Jaka Pameling/ Pangeran Mangkubumi/
Ki Ageng Padang Aran II/ Raden Wahyu Widayat/ Empu Windu Jati/ Pangeran
Pamungkas/ Sunan Pamungkas/ Sunan Gunung Jabalkat) + Nyai Kaliwungu binti
Bathoro Kathong, berputra:
4. Raden
Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5. Panembahan
Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6. Pangeran
Ragil Kuning, Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7. Pangeran
Wongsodriyo, berputra:
8. Kyai
Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
9. Kyai
Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo),
berputra:
10. Mbah
Kyai Raden Taklim (penghulu Srengat), berputra:
11. Mbah
Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman), makam di Puncak Gunung Pegat Srengat
dekat dengan Ndoro Tedjo dan merupakan Penghulu Blitar Pertama, berputra:
12. Mbah Kyai Muhammad Syakban atau biasa dikenal
dengan sebutan “Mbah Syakban Gembrang Serang” atau “Mbah Syakban Tumbu”
(makamnya berada di Makam Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat,
Blitar), berputra:
13. Mbah
Kyai Muhammad Asrori, yakni pendiri dan cikal-bakal “Masjid Al-Asror”
Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar, berputra:
14. Mbah
Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Imam Muhtar atau Kyai Hasan Muhtar,
Kerjen, Srengat, Blitar), berputra:
15. Mbah
Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi) dan bermukim di
Kerjen, Srengat, Blitar, berputra;
16. Mbah
Tamam Thahir (suami dari Nyai Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
Sementara
itu, silsilah nasab Mbah Tamam Thahir dari jalur Mbah Nyai Syakban Jarakan,
juga bertemu saudara pula. Berikut silsilah nasab Mbah Tamam Thahir dari jalur Mbah
Nyai Syakban Jarakan (yakni; istri Mbah Kyai Muhammad Syakban/ Mbah Syakban
Gembrang Serang/ Mbah Syakban Tumbu) yang makamnya berada di Pemakaman Umum
desa Jarakan, Gondang, Tulungagung:
1. Sunan
Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Dewi Karimah binti Ki Ageng Kembang
Kuning Surabaya, berputra:
2. Pangeran
Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra:
3. Sunan
Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Jaka Supang/ Jaka Pameling/ Pangeran Mangkubumi/
Ki Ageng Padang Aran II/ Raden Wahyu Widayat/ Empu Windu Jati/ Pangeran
Pamungkas/ Sunan Pamungkas/ Sunan Gunung Jabalkat) + Nyai Kaliwungu binti
Bathoro Kathong, berputra:
4. Raden
Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5. Panembahan
Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6. Pangeran
Ragil Kuning, Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7. Pangeran
Wongsodriyo, berputra:
8. Kyai
Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
9. Kyai
Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I Ponorogo),
berputra:
10. Mbah
Kyai Mangun Witono/ Sayyid Hasan Ghozali, makamnya berada di belakang “Masjid
Tiban Al-Istimrar” Kauman, Kalangbret, Tulungagung, berputra:
11. Mbah
Kyai Nur Ali Rahmatullah, berputra:
12. Mbah
Kyai Ali Muntoho (cikal-bakal desa Jarakan, Gondang, Tulungagung), berputra:
13. Nyai
Syakban makamnya berada di Pemakaman Jarakan, Gondang, Tulungagung (istri dari Mbah
Kyai Muhammad Syakban/ Mbah Syakban Gembrang Serang/ Mbah Syakban Tumbu bin
Kyai Muhammad Qosim Penghulu Pertama Blitar), berputra:
14. Mbah
Kyai Muhammad Asrori pendiri “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo,
Srengat, Blitar (suami dari Nyai Haditsah Binti Muhammad Yunus Srengat), berputra:
15. Mbah
Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar),
berputra;
16. Mbah
Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi, Srengat, Blitar)
dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra:
17. Mbah
Tamam Thahir (suami dari Nyai Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
Silsilah
nasab tersebut diadopsi dari berbagai sumber dengan pengurutan generasi ke
generasi seperlunya, di antaranya dari: (1) Lembaran Silsilah “Keluarga Kyai
Raden Muhammad Qosim/ Eyang Kasiman” yang tersimpan di Yayasan Kyai Raden
Muhammad Kasiman sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar; (2) Buku berjudul
“Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini” karya Abu
Naufal bin Tamam At-Thahir; (3) Buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV:
Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu Linawati dan disusun
oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (4) Buku berjudul “Silsilah
Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar” karya Arif Muzayin Shofwan dan Putu
Ari Sudana; serta Lembaran berjudul “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asror
Pakisrejo, Srengat” yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1984.
Akhir kata, mungkin hanya ini catatan harian (cahar) saya
kali ini. Cahar ini hanya sebagai pengisi waktu di kala tidak ada
kegiatan-kegiatan yang lebih penting difokuskan. Jadi, karena sifatnya hanya
sebagai catatan harian berdasarkan hobi saya dalam mengkaji sejarah berbagai
orang tua, maka bila ada yang kurang komplit dalam hal ini, saya minta maaf
yang sebesar-besarnya khususnya kepada diri saya pribadi. Jadi, “SAYA MEMINTA
MAAF KEPADA DIRI SAYA PRIBADI. DAN ALHAMDULILLAH DIRI SAYA PRIBADI MEMAAFKAN
KESALAHAN SAYA”. Yah, suatu nikmat yang luar biasa apabila diri kita sendiri bisa
memaafkan diri kita. Diri saya sendiri bisa memaafkan diri saya sendiri. Yah, Semoga
dusun Sekardangan, sebuah tempat bersejarah yang telah melahirkan manusia
seperti saya, selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin.
“If
you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Arif Muzayin Shofwan ketika ziarah ke makam Mbah Tamam Thahir lagi dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017) |
Arif Muzayin Shofwan ketika bertahlil di makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017) |
Arif Muzayin Shofwan ketika bertahlil di pusara makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017) |
Arif Muzayin Shofwan sedang bertahlil di pusara makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017) |
Arif Muzayin Shofwan sedang bertahlil di makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017) |
Arif Muzayin Shofwan sedang bertahlil di pusara makam Mbah Tamam Thahir dan dipotret oleh Mbah Jawoko (Dokumentasi, 2017) |
Makam Mbah Umi Kulsum binti Kyai Haji Ahmad Dasuqi (Dokumentasi, 2017) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl.
Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa
Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama
kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana
Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul
Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim
Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar
dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam;
(2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4)
Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas
pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas
Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering
mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama
baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Assalamuakum
BalasHapus