Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Ini merupakan sebuah catatan ketika saya,
Mbah Tatok Aminuddin Kalipucung, Mbah Jawoko Jatimalang, dan Mas Lukie Gaprang melakukan
perjalanan ziarah makam, mulai dari Makam Auliya Gunung Pegat Srengat, Mbah
Maling Aguno Srengat, Eyang Singomoro Maron, dan hingga ke Makam Auliya’
Mbrebesmili Santren Purwokerto, Srengat, Blitar.” (Shofwan, 2017)
Pada
hari Minggu, 11 Juni 2017, saya, Mbah Tatok Aminuddin, Mbah Jawoko, Mas Lukie
mengadakan perjalanan ziarah makam Auliya’. Pertama-tama, Mas Lukie datang ke
rumah saya pada pukul 09.00 WIB. Kemudian saya dan Mas Lukie segera menuju
rumah Mbah Tatok Aminuddin Kalipucung, Sanankulon, Blitar. Kurang lebih delapan
menit, saya dan Mas Lukie berbincang-bincang di rumah Mbah Tatok Aminuddin,
tiba-tiba Mbah Jawoko menghubungi saya. Mbah Jawoko mengatakan bahwa dia baru
saja mengecat rumah dan mau ikut acara ziarah ini. Kami bertiga menunggu
kedatangan Mbah Jawoko sekitar sepuluh menit-an. Sesampai Mbah Jawoko ke rumah
Mbah Tatok Aminuddin Kaalipucung, kemudian kami berempat berkesepakatan untuk
segera berangkat melakukan perjalanan ziarah makam bulan Ramadhan kali ini
sebagai rangkaian “Ngabuburit Golek Maghrib”, artinya ngabuburit ritual ziarah makam
Auliya’ untuk mendapatkan waktu Maghrib.
Namun,
sebelum berziarah ke makam-makam Auliya, kami berempat berkesepakatan menuju
rumah Gus Hairi Mustofa Pengasuh Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat yang berada
di selatan Pasar Srengat. Di rumah Gus Hairi, kami hanya ingin ngobrol-ngobrol
mengenai berbagai makam Auliya’ Gunung Pegat Srengat. Terutama sekali Mbah
Tatok Aminuddin mendiskusikan dengan Gus Hairi Mustofa terkait dengan rencana
peletakan batu nisan di pusara makam Mbah
Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman (Yakni, cikal-bakal Masjid Agung
Kota Blitar dan Penghulu Pertama Blitar) yang saat itu keberadaan batu
nisan-nya sudah hilang. Di rumah Gus Hairi Mustofa tersebut, Mbah Tatok
Aminuddin mendiskusikan pusara makam Mbah Kyai Raden Muhammad Kasiman yang
berada di antara makam Tumenggung Ndoro Tedjo dan Asisten Wedono Lodoyo. Yah,
segera saya sebutkan beberapa makam Auliya yang kami ziarahi, antara lain:
1. Makam Auliya’ Gunung Pegat Srengat-Blitar, di
antaranya: (1) Makam Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman. Beliau
merupakan Penghulu Pertama Blitar. Namun bila dilihat dari kepenghuluan ayahnya
bernama Mbah Kyai Raden Taklim, beliau menempati generasi ke-2 dalam
kepenghuluan dalam sejarah Srengat-Blitar. Sebab bila Mbah Kyai Raden Taklim
itu merupakan Penghulu Pertama Srengat masa lalu, maka Mbah Kyai Raden Muhammad
Qosim merupakan Penghulu Pertama Blitar. Nama Kyai Raden Muhammad Qosim (Kyai
Raden Muhammad Kasiman) diabadikan menjadi sebuah yayasan yang berada di situs
kuno Pandopo Pangulon yang berada di Utara Masjid Agung Kota Blitar. Mengapa?.
Sebab beliau merupakan cikal-bakal adanya Masjid Agung tersebut, yang di masa
Kyai Raden Muhammad Kasiman keberadaan Masjid Agung Kota Blitar masih berupa
sebuah surau. Dan keberadaan Masjid Agung hingga di tembok dengan megah, itu
dimulai dari Mbah Kyai Raden Imam Burhan (Eyang Burhan) yang merupakan cucu
dari Mbah Kyai Raden Muhammad Kasiman, yang makam cucunya ini berada di
belakang Masjid Agung Kota Blitar dan generasi berikutnya. Bila dilihat dari
catatan silsilah nasab, Mbah Kyai Raden Muhammad Kasiman merupakan trah
keturunan dari Sunan Tembayat-Klaten sekaligus Sunan Ampel-Surabaya. Di lokasi
makam Mbah Kyai Raden Muhammad Kasiman, kami berempat juga sempat berziarah ke
beberapa makam, di antaranya: Makam Eyang Ndoro Tedjo, Makam Asisten Wedono
Lodoyo, Makam Kyai Raden Imampuro, Makam Kyai Ronopuro, dan lain sebagainya.
(2) Makam
Mbah Maling Aguno. Setelah berziarah ke makam di atas, kami berempat
berziarah ke Makam Mbah Maling Aguno, yang jaraknya kurang lebih lima kilometer
ke Timur dari keberadaan makam di atas. Mbah Jawoko mengatakan bahwa Mbah
Maling Aguno hidup pada masa Sunan Kalijogo/Berandal Lokajaya. Disebut “Maling
Aguno” sebab dia merupakan maling/pencuri yang berguna. Beliau selalu mencuri
barang-barang milik orang-orang kaya zaman itu, lalu dibagi-bagikan kepada
fakir-miskin. Menurut Mbah Jawoko, konon Raden Trunojoyo dulu juga pernah berziarah
ke makam Mbah Maling Aguno tersebut. Setelah berziarah ke makam ini, kami
bertiga juga berziarah ke makam dan situs Ki Ajar Mleri, yang jaraknya juga
sekitar lima kilometeran dari makam Mbah Maling Aguno.
2. Makam Eyang Singomoro Maron, Srengat, Blitar. Keberadaan
makam Eyang Singomoro ini berada di tengah-tengah sawah desa Maron, Srengat,
Blitar, tepatnya berada di sebelah Selatan Pemakaman desa Maron. Di areal makam
ini, Mbah Jawoko menjelaskan beberapa saudara Eyang Singomoro yang berjumlah
lima. Namun saya tidak hafal siapa saja kelima saudara dari Eyang Singomoro
tersebut. Kata Mbah Jawoko, sebenarnya letak makam Eyang Singomoro yang berada
di tengah sawah ini bisa dipakai tempat wisata ritual dinamakan “Kampung Tani”.
Misalnya, ketika metik padi diadakan dulu ritual di makam tokoh tersebut. Ah,
banyak sekali ide-ide Mbah Jawoko saat itu yang saya sendiri kurang begitu
paham.
3. Makam Auliya’ Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto,
Srengat, Blitar. Setelah berziarah ke makam-makam nomor 1 dan 2 di
atas, kemudian kami berempat meneruskan perjalanan ziarah ke “Makam Auliya’
Mbrebesmili Santren” di Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar. Dikisahkan bahwa
Gus Dur (KH. Abdurrohman Wahid, mantan Presiden Republik Indonesia) pernah
ziarah ke makam ini. Dimakam ini dimakamkan beberapa tokoh, antara lain; (1) Mbah
Kyai Raden Syakban Gembrang Serang/Mbah Kyai Syakban Tumbu, beliau
merupakan anak dari Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman dari istri
pertama. Mbah Kyai Syakban Gembrang Serang juga merupakan cucu menantu dari
Mbah Kyai Raden Witono/Sayyid Hasan Ghozali Pendiri Masjid Tiban Al-Istimrar
Kalangbret, Kauman, Tulungagung. (2) Mbah Kyai Raden Muhammad Asrori,
yakni beliau merupakan Pendiri dan Cikal Bakal Masjid dan Pesantren “Al-Asror”
yang berada di Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar. (3) Mbah
Kyai Hasan Mujahid, yakni beliau merupakan suami dari Mbah Nyai
Marfu’atun binti Mbah Kyai Raden Syakban Gembrang Serang. Berarti beliau
merupakan menantu dari Mbah Kyai Raden Syakban Gembrang Serang sekaligus
Cikal-Bakal Masjid “Baitul Hasanah” yang berada di Mbrebesmili Santren, Bedali,
Purwokerto, Srengat, Blitar. Dan makam Mbah Nyai Mar’fuatun juga berada di
sebelah Timur makam Mbah Kyai Hasan Mujahid ini. (4) Mbah Sayyid Bukhori Mukmin/Eyang
Ponco Suwiryo, yakni beliau merupakan ayah angkat dari Pangeran Papak
Natapraja/R.M. Djojopernomo Pendiri Pirukunan Purwa Ayu Mardi Utama/PAMU. Dan
perlu diketahui bahwa Mbah Sayyid Bukhori Mukmin ini memiliki seorang saudara
bernama Sayyid Marsuki/Eyang Suryo Kusumo yang dimakamkan di desa
Banyakan-Kediri. (5) Dan ada beberapa makam lagi di areal Makam Auliya
Mbrebesmili Santren tersebut, di antaranya: Mbah Sayyid Abdulloh, yakni seorang tokoh yang sering disebut-sebut
oleh Mbah Kyai Imam Hambali Arifin Sang Pendiri Majelis Dzikrul Fatihin; Mbah Kyai Abdurrahman, yakni seorang
tokoh yang sering disebut-sebut oleh Mbah Gatot Wisnu Wardana; Mbah Kyai Kembang Arum; Mbah Kyai Imam
Kastawi, Mbah Kyai Imam Nawawi, Mbah Banjir, dan lainnya.
Sesudah
berziarah ke berbagai makam di atas, saya berempat (yakni; saya Arif Muzayin
Shofwan, Mbah Tatok Aminuddin, Mbah Jawoko, dan Mas Lukie) tidak meneruskan
berziarah ke makam-makam lainnya. Sebab hari itu sudah hampir Maghrib, waktunya
melakukan berbuka Puasa Ramadhan. Kemudian kami berempat langsung tancap gas.
Dan kira-kira perjalanan berjarak lima kilo meteran, datanglah waktu Maghrib
dan saatnya berbuka puasa Ramadhan. Kami berempat mampir di sebuat warung soto
Lamongan di pinggir jalan dan berbuka puasa Ramadhan. Setelah itu, kami
berempat langsung pulang menuju rumah masing-masing. Begitulah kiranya, dan mungkin
ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar)
saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, semuanya saja, selalu membawa berkah
sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.
“If you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Arif Muzayin Shofwan berfoto di samping barang-barang antik milik Gus Hairi Mustofa Srengat (Dokumentasi, 2017) |
Arif Muzayin Shofwan dan Mbah Jawoko di samping pusara makam Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman Penghulu Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Mbah Jawoko, Arif Muzayin Shofwan, dan Mas Lukie berada di makam Eyang Singomoro, Maron, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Mbah Tatok Aminuddin dan Arif Muzayin Shofwan berada di samping makam Mbah Imampuro dan Mbah Kyai Ronopuro (Dokumentasi, 2017) |
Tulisan makam R. Ngt. Ronopuro di Gunung Pegat, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Tulisan makam H. Moh. Imampoero di Gunung Pegat, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Mbah Jawoko sedang tafakur di Makam Mbah Maling Aguno Gunung Pegat, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Mas Lukie, Mbah Tatok Aminuddin, dan Mbah Jawoko berada di makam Mbah Maling Aguno Gunung Pegat, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Situs makam Ki Ajar Mleri di Jl. Ranggawuni, Bagelenan, Ponggok, Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Makam Sayyid Bukhori Mukmin/Mbah Kyai Ponco Suwiryo dalam areal makam Auliya' Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl.
Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa
Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama
kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana
Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul
Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim
Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar
dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam;
(2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4)
Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas
pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas
Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti
berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik
lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Terimakasih informasinya Hal Gunung Pegat di Srengat Blitar Mas.... Kalau boleh saya mohon informasi Hal BENDORO RADEN AYU MERTOKUSUMO YANG MENIKAH DENGAN KANJENG ADIPATI MERTOKUSUMO yang makamnya dibawah Gunung Pegat, Ponggok Srengat Blitar .Terima Kasih.
BalasHapusSaya pernah mendengar katanya diatas bukit/gunung pegat ada makam simbah Robiatun (nyai ndodok) yg merupakan salah satu anak dr mbah Kyai Syakban, saya masih keturunannya... mohon infonya 🙏
BalasHapus