Minggu, 11 Juni 2017

ZIARAH DARI MAKAM AULIYA’ GUNUNG PEGAT SRENGAT HINGGA KE MAKAM AULIYA MBREBESMILI SANTREN PURWOKERTO-BLITAR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Ini merupakan sebuah catatan ketika saya, Mbah Tatok Aminuddin Kalipucung, Mbah Jawoko Jatimalang, dan Mas Lukie Gaprang melakukan perjalanan ziarah makam, mulai dari Makam Auliya Gunung Pegat Srengat, Mbah Maling Aguno Srengat, Eyang Singomoro Maron, dan hingga ke Makam Auliya’ Mbrebesmili Santren Purwokerto, Srengat, Blitar.” (Shofwan, 2017)


          Pada hari Minggu, 11 Juni 2017, saya, Mbah Tatok Aminuddin, Mbah Jawoko, Mas Lukie mengadakan perjalanan ziarah makam Auliya’. Pertama-tama, Mas Lukie datang ke rumah saya pada pukul 09.00 WIB. Kemudian saya dan Mas Lukie segera menuju rumah Mbah Tatok Aminuddin Kalipucung, Sanankulon, Blitar. Kurang lebih delapan menit, saya dan Mas Lukie berbincang-bincang di rumah Mbah Tatok Aminuddin, tiba-tiba Mbah Jawoko menghubungi saya. Mbah Jawoko mengatakan bahwa dia baru saja mengecat rumah dan mau ikut acara ziarah ini. Kami bertiga menunggu kedatangan Mbah Jawoko sekitar sepuluh menit-an. Sesampai Mbah Jawoko ke rumah Mbah Tatok Aminuddin Kaalipucung, kemudian kami berempat berkesepakatan untuk segera berangkat melakukan perjalanan ziarah makam bulan Ramadhan kali ini sebagai rangkaian “Ngabuburit Golek Maghrib”, artinya ngabuburit ritual ziarah makam Auliya’ untuk mendapatkan waktu Maghrib.

Namun, sebelum berziarah ke makam-makam Auliya, kami berempat berkesepakatan menuju rumah Gus Hairi Mustofa Pengasuh Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat yang berada di selatan Pasar Srengat. Di rumah Gus Hairi, kami hanya ingin ngobrol-ngobrol mengenai berbagai makam Auliya’ Gunung Pegat Srengat. Terutama sekali Mbah Tatok Aminuddin mendiskusikan dengan Gus Hairi Mustofa terkait dengan rencana peletakan batu nisan di pusara makam Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman (Yakni, cikal-bakal Masjid Agung Kota Blitar dan Penghulu Pertama Blitar) yang saat itu keberadaan batu nisan-nya sudah hilang. Di rumah Gus Hairi Mustofa tersebut, Mbah Tatok Aminuddin mendiskusikan pusara makam Mbah Kyai Raden Muhammad Kasiman yang berada di antara makam Tumenggung Ndoro Tedjo dan Asisten Wedono Lodoyo. Yah, segera saya sebutkan beberapa makam Auliya yang kami ziarahi, antara lain:

1.    Makam Auliya’ Gunung Pegat Srengat-Blitar, di antaranya: (1) Makam Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman. Beliau merupakan Penghulu Pertama Blitar. Namun bila dilihat dari kepenghuluan ayahnya bernama Mbah Kyai Raden Taklim, beliau menempati generasi ke-2 dalam kepenghuluan dalam sejarah Srengat-Blitar. Sebab bila Mbah Kyai Raden Taklim itu merupakan Penghulu Pertama Srengat masa lalu, maka Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim merupakan Penghulu Pertama Blitar. Nama Kyai Raden Muhammad Qosim (Kyai Raden Muhammad Kasiman) diabadikan menjadi sebuah yayasan yang berada di situs kuno Pandopo Pangulon yang berada di Utara Masjid Agung Kota Blitar. Mengapa?. Sebab beliau merupakan cikal-bakal adanya Masjid Agung tersebut, yang di masa Kyai Raden Muhammad Kasiman keberadaan Masjid Agung Kota Blitar masih berupa sebuah surau. Dan keberadaan Masjid Agung hingga di tembok dengan megah, itu dimulai dari Mbah Kyai Raden Imam Burhan (Eyang Burhan) yang merupakan cucu dari Mbah Kyai Raden Muhammad Kasiman, yang makam cucunya ini berada di belakang Masjid Agung Kota Blitar dan generasi berikutnya. Bila dilihat dari catatan silsilah nasab, Mbah Kyai Raden Muhammad Kasiman merupakan trah keturunan dari Sunan Tembayat-Klaten sekaligus Sunan Ampel-Surabaya. Di lokasi makam Mbah Kyai Raden Muhammad Kasiman, kami berempat juga sempat berziarah ke beberapa makam, di antaranya: Makam Eyang Ndoro Tedjo, Makam Asisten Wedono Lodoyo, Makam Kyai Raden Imampuro, Makam Kyai Ronopuro, dan lain sebagainya. (2) Makam Mbah Maling Aguno. Setelah berziarah ke makam di atas, kami berempat berziarah ke Makam Mbah Maling Aguno, yang jaraknya kurang lebih lima kilometer ke Timur dari keberadaan makam di atas. Mbah Jawoko mengatakan bahwa Mbah Maling Aguno hidup pada masa Sunan Kalijogo/Berandal Lokajaya. Disebut “Maling Aguno” sebab dia merupakan maling/pencuri yang berguna. Beliau selalu mencuri barang-barang milik orang-orang kaya zaman itu, lalu dibagi-bagikan kepada fakir-miskin. Menurut Mbah Jawoko, konon Raden Trunojoyo dulu juga pernah berziarah ke makam Mbah Maling Aguno tersebut. Setelah berziarah ke makam ini, kami bertiga juga berziarah ke makam dan situs Ki Ajar Mleri, yang jaraknya juga sekitar lima kilometeran dari makam Mbah Maling Aguno.

2.    Makam Eyang Singomoro Maron, Srengat, Blitar. Keberadaan makam Eyang Singomoro ini berada di tengah-tengah sawah desa Maron, Srengat, Blitar, tepatnya berada di sebelah Selatan Pemakaman desa Maron. Di areal makam ini, Mbah Jawoko menjelaskan beberapa saudara Eyang Singomoro yang berjumlah lima. Namun saya tidak hafal siapa saja kelima saudara dari Eyang Singomoro tersebut. Kata Mbah Jawoko, sebenarnya letak makam Eyang Singomoro yang berada di tengah sawah ini bisa dipakai tempat wisata ritual dinamakan “Kampung Tani”. Misalnya, ketika metik padi diadakan dulu ritual di makam tokoh tersebut. Ah, banyak sekali ide-ide Mbah Jawoko saat itu yang saya sendiri kurang begitu paham.

3.    Makam Auliya’ Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar. Setelah berziarah ke makam-makam nomor 1 dan 2 di atas, kemudian kami berempat meneruskan perjalanan ziarah ke “Makam Auliya’ Mbrebesmili Santren” di Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar. Dikisahkan bahwa Gus Dur (KH. Abdurrohman Wahid, mantan Presiden Republik Indonesia) pernah ziarah ke makam ini. Dimakam ini dimakamkan beberapa tokoh, antara lain; (1) Mbah Kyai Raden Syakban Gembrang Serang/Mbah Kyai Syakban Tumbu, beliau merupakan anak dari Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman dari istri pertama. Mbah Kyai Syakban Gembrang Serang juga merupakan cucu menantu dari Mbah Kyai Raden Witono/Sayyid Hasan Ghozali Pendiri Masjid Tiban Al-Istimrar Kalangbret, Kauman, Tulungagung. (2) Mbah Kyai Raden Muhammad Asrori, yakni beliau merupakan Pendiri dan Cikal Bakal Masjid dan Pesantren “Al-Asror” yang berada di Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar. (3) Mbah Kyai Hasan Mujahid, yakni beliau merupakan suami dari Mbah Nyai Marfu’atun binti Mbah Kyai Raden Syakban Gembrang Serang. Berarti beliau merupakan menantu dari Mbah Kyai Raden Syakban Gembrang Serang sekaligus Cikal-Bakal Masjid “Baitul Hasanah” yang berada di Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar. Dan makam Mbah Nyai Mar’fuatun juga berada di sebelah Timur makam Mbah Kyai Hasan Mujahid ini. (4) Mbah Sayyid Bukhori Mukmin/Eyang Ponco Suwiryo, yakni beliau merupakan ayah angkat dari Pangeran Papak Natapraja/R.M. Djojopernomo Pendiri Pirukunan Purwa Ayu Mardi Utama/PAMU. Dan perlu diketahui bahwa Mbah Sayyid Bukhori Mukmin ini memiliki seorang saudara bernama Sayyid Marsuki/Eyang Suryo Kusumo yang dimakamkan di desa Banyakan-Kediri. (5) Dan ada beberapa makam lagi di areal Makam Auliya Mbrebesmili Santren tersebut, di antaranya: Mbah Sayyid Abdulloh, yakni seorang tokoh yang sering disebut-sebut oleh Mbah Kyai Imam Hambali Arifin Sang Pendiri Majelis Dzikrul Fatihin; Mbah Kyai Abdurrahman, yakni seorang tokoh yang sering disebut-sebut oleh Mbah Gatot Wisnu Wardana; Mbah Kyai Kembang Arum; Mbah Kyai Imam Kastawi, Mbah Kyai Imam Nawawi, Mbah Banjir, dan lainnya.

Sesudah berziarah ke berbagai makam di atas, saya berempat (yakni; saya Arif Muzayin Shofwan, Mbah Tatok Aminuddin, Mbah Jawoko, dan Mas Lukie) tidak meneruskan berziarah ke makam-makam lainnya. Sebab hari itu sudah hampir Maghrib, waktunya melakukan berbuka Puasa Ramadhan. Kemudian kami berempat langsung tancap gas. Dan kira-kira perjalanan berjarak lima kilo meteran, datanglah waktu Maghrib dan saatnya berbuka puasa Ramadhan. Kami berempat mampir di sebuat warung soto Lamongan di pinggir jalan dan berbuka puasa Ramadhan. Setelah itu, kami berempat langsung pulang menuju rumah masing-masing. Begitulah kiranya, dan mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini, semuanya saja, selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Lokasi pusara makam Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman Cikal Bakal Masjid Agung Kota Blitar yang sudah hilang batu nisannya, atas petunjuk Drq. Mas Tranggono Selaku Ketua Yayasan Ky. Raden Muhammad Kasiman Pandopo Pangulon, Utara Masjid Agung Kota Blitar dan atas petunjuk Gus Hairi Mustofa Pengasuh Padhepoakan Pusaka Sunan Tembayat dan Mbah Jawoko, yang akan ditandai batu nisan oleh Mbah Tatok Aminuddin atas nama yayasan (Dokumentasi, 2017)
Arif Muzayin Shofwan berfoto di samping barang-barang antik milik Gus Hairi Mustofa Srengat (Dokumentasi, 2017)
 
Arif Muzayin Shofwan dan Mbah Jawoko di samping pusara makam Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman Penghulu Blitar (Dokumentasi, 2017)
Mbah Jawoko, Arif Muzayin Shofwan, dan Mas Lukie berada di makam Eyang Singomoro, Maron, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017)
Mbah Jawoko, Arif Muzayin Shofwan, dan Mbah Tatok Aminuddin berfoto di samping makam Tumenggung Ndoro Tedjo berada di barat makam Kyai Raden Muhammad Qosim/Eyang Kasiman di Gunung Pegat, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Mbah Tatok Aminuddin dan Arif Muzayin Shofwan berada di samping makam Mbah Imampuro dan Mbah Kyai Ronopuro (Dokumentasi, 2017)
Tulisan makam R. Ngt. Ronopuro di Gunung Pegat, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017)
Tulisan makam H. Moh. Imampoero di Gunung Pegat, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017)
Mbah Jawoko sedang tafakur di Makam Mbah Maling Aguno Gunung Pegat, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017)
Mas Lukie, Mbah Tatok Aminuddin, dan Mbah Jawoko berada di makam Mbah Maling Aguno Gunung Pegat, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017)
Situs makam Ki Ajar Mleri di Jl. Ranggawuni, Bagelenan, Ponggok, Blitar (Dokumentasi, 2017)
Makam Sayyid Bukhori Mukmin/Mbah Kyai Ponco Suwiryo dalam areal makam Auliya' Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar (Dokumentasi, 2017)
Areal makam Auliya Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar. Di sini dimakamkan jasad Mbah Kyai Raden Syakban Gembrang Serang, Mbah Kyai Muhammad Asrori, Mbah Kyai Kasan Mujahid, Sayyid Abdullah, Mbah Nyai Marfuatun, Mbah Kyai Kembang Arum, Mbah Kyai Abdurrahman, Mbah Kyai Imam Kastawi dan lainnya (Dokumentasi, 2017)
 

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

1 komentar:

  1. Terimakasih informasinya Hal Gunung Pegat di Srengat Blitar Mas.... Kalau boleh saya mohon informasi Hal BENDORO RADEN AYU MERTOKUSUMO YANG MENIKAH DENGAN KANJENG ADIPATI MERTOKUSUMO yang makamnya dibawah Gunung Pegat, Ponggok Srengat Blitar .Terima Kasih.

    BalasHapus