Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
Kata
guru saya:
“Menulislah!
Sesederhana apapun tulisan itu.”
(Prof.
Dr. Syamsul Arifin, M.Si.)
Hari
Minggu, 9 April 2017, saya diajak Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo ke rumah
Suster Rosa Koesmiati di Kota Blitar, Jawa Timur. Di sana saya bertiga; Arif
Muzayin Shofwan, Mbah Haji Agung Priyokusumo, dan Suster Rosa Koesmiati
mengadakan diskusi di teras rumah Suster Rosa Koesmiati. Dengan demikian, saya
kasih judul “Diskusi Teras tentang Islam-Katholik di Kediaman Suster Rosa
Koesmiati Kota Blitar, Jawa Timur”. Istilah “Suster” merupakan sebuah
panggilan yang biasanya disematkan kepada biarawati. Dan Suster Rosa Koesmiati
ini merupakan salah satu biarawati/petapa Katholik dalam Madzhab Ursulin. Ada
banyak prestasi yang pernah diraih alumni Universitas Atmajaya tersebut. Beliau
juga pernah menjadi Kepala SMA Santa Angelina, Pastoral, Pembimbing Spiritual/Retret,
dan lainnya.
Sebelum
melakukan diskusi, saya bertanya kepada Suster Rosa Koesmiati tentang patung
wanita berdiri yang berada di dalam rumahnya. Suster Rosa Koesmiati lalu
menjelaskan bahwa patung wanita tersebut bernama Santa Angela Merici yang hidup
pada tahun 1474-1540 Masehi. Santa Angela Merici ini merupakan pendiri
Compagnia di S. Orsola, Brescia 25 November 1535. Selanjutnya, Suster Rosa
Koesmiati juga menjelaskan tentang lukisan/relief yang menjelaskan kelahiran
Yesus/Nabi Isa mulai lahir hingga diangkat ke langit. Nabi Isa/Yesus merupakan
anak dari Yusuf dan Maria. Beliau lahir di kandang domba. Nabi Yesus/Isa
memberitakan firman Tuhan selama tiga tahun. Dan masih banyak lagi keterangan
atau penjelasan tentang Yesus/Nabi Isa dari Suster Rosa Koesmiati. Usai itu,
saya kemudian berfoto di samping patung Santa Angela Merici (1474-1540).
Setelah
berfoto di samping patung Santa Angela Merici, kemudian kami bertiga berpindah
tempat di teras. Dan di teras rumah Suster Rosa Koesmiati inilah kami bertiga
mengadakan diskusi kecil mengenai Islam-Katholik, meditasi Buddha, dan semua
saja yang menyangkut masalah agama. Dalam diskusi tersebut Suster Rosa
Koesmiati menyatakan bahwa patung Yesus/Nabi Isa, Santa Angelina, dan
semacamnya itu bukan untuk disembah, namun hanya sebagai simbol saja. Yah,
ibarat seperti bendera kita merah putih. Sementara tentang meditasi, Mbah Haji
Muhammad Agung Priyokusumo menyatakan bahwa dengan meditasi hati akan menjadi
tenang dan tentram. Dengan meditasi, seseorang akan menyadari bahwa segala hal
yang ada ini selalu muncul dan tenggelam. Sementara saya menyatakan bahwa
dengan meditasi (tafakur), kita akan mendapatkan nilai-nilai baru,
seperti kebijaksanaan, kesabaran, kejujuran, dan semacamnya.
Selain
itu, ada banyak petikan dari buku-buku milik Suster Rosa Koesmiati yang kami
bertiga diskusikan pada hari ini. Di antara judul buku-buku yang sengaja
dikeluarkan oleh Suster Rosa Koesmiati di teras rumahnya tersebut adalah:
1. Selami Khasanah Rohani Tibet dan Reguk Misterinya: Mata
Ketiga, karya T. Lobsang Rampa.
2. Seri Spiritualitas Kristen: Mengubah Tanpa Kekerasan,
karya J. Darminto SJ.
3. Go in Peace Sebuah Persembahan Kasih Abadi,
karya Yohanes Paulus II.
4. Doa Sang Katak 2 Meditasi dengan Cerita,
karya Anthony de Mello SJ.
5. Aku Memilih Engkau, karya Philomena
Agudo FMM Ph.D.
6. Mata Air Bulan, karya Sidhunata.
7. Doa Mengetuk Hati Allah,
karya Muder Teresa dan Bruder Roger.
8. Buku Panduan Pekan Suci,
yang dikeluarkan oleh Gereja Katolik Paroki Santa Maria Blitar.
9. Dan
masih banyak buku-buku lainnya yang tak bisa saya sebutkan di sini.
Wal
khasil, diskusi teras hari ini sangat ganyeng dan saling melengkapi. Saya
tambah mengenal tentang ibadah Katholik, dan agama lainnya. Misalnya, dari buku
berjudul “Doa Mengetuk Hati Allah”, karya Muder Teresa dan Bruder Roger,
saya kemudian mengenak tentang pandangan kontemplatif. Tersebut dalam buku
tersebut: “Dalam keindahan sebuah doa yang umum, tersingkap rahasia tentang
apa yang dalam iman-kepercayaan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.”
Yah, bagi saya, kata-kata ini sangat indah sekali. Kata-kata ini terasa selaras
dengan ajaran Tao yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang sejati/kebenaran
itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Segala yang bisa diungkapkan
dengan kata-kata bukanlah yang sejati. Segala yang sejati melampaui semua
kata-kata.
Di
tengah-tengah diskusi tersebut Suster Rosa Koesmiati mengeluarkan nasi dan lauk
pauknya, air putih, dan ubo rampenya. Sepuluh menit kemudian, kami bertiga
memakan makanan yang telah disediakan oleh Suster Rosa Koesmiati tersebut. Sebelum
makan, kami bertiga merenungkan selama tiga menit tentang makanan yang akan
dimakan. Dalam perenungan tersebut Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo lalu
mengatakan: “Kita makan ini bertujuan untuk menjaga raga. Karena raga butuh
makan, maka kita harus makan secukupnya. Bukan makan untuk mengikuti nafsu
keinginan. Kalau raga kita sehat, maka kita akan bisa banyak melakukan
kebaikan-kebaikan. Inilah salah satu tujuan makan”. Sementara Suster Rosa
Koesmiati mengatakan: “Jasmani itu butuh makan. Dan rohani itu juga butuh
makan. Dalam Katholik, makanan rohani harus didahulukan daripada makanan
jasmani. Makanya, sembahyang Katholik itu pagi dilakukan sebelum makan pagi.
Sembahyang siang dilakukan sebelum makan siang. Dan sembahyang malam dilakukan
sebelum makan malam dan sebelum tidur.” Ah, pokoknya banyaklah isu diskusi
kami bertiga pada hari ini.
Usai
makan, kami bertiga meneruskan diskusi lagi. Kami bertiga juga mendiskusikan
berbagai tumbuhan yang diciptakan Tuhan di seputar rumah Suster Rosa Koesmiati.
Ada tanaman Sirih Merah yang bisa digunakan sebagai obat anti kanker. Ada
tanaman Blimbing Bintang yang bisa digunakan sebagai obat penurun darah tinggi.
Ada tanaman Mahkota Dewa yang bisa digunakan sebagai obat anti kanker pula. Ada
bunga Kuping Gajah yang bila ditanam di depan rumah konon bisa menyebabkan
rejeki kita lancar. Ada tanaman bunga Kenanga yang bila ditanam di depan atau
samping rumah bisa menolak sihir, tenung, santet, dan semacamnya. Wah, pokok
banyak sekali yang kami bertiga diskusikan tersebut. Kata Suster Rosa
Koesmiati: “Inilah kebesaran, kemurahan dan kasih sayang Tuhan yang harus
kita syukuri bersama.”
Yah, sebenarnya
masih banyak sekali hasil diskusi teras hari ini. Namun, mungkin hanya sampai
di sini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang
Maha Kuasa selalu memberkati kami bertiga. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar)
saya ini. Mudah-mudahan diskusi teras tentang Islam-Katholik dan apa saja yang
diperbincangkan dan didiskusikan tersebut selalu membawa berkah sepanjang zaman,
di kehidupan dunia dan akhirat. Mudah-mudahan agama-agama yang ada di dunia
selalu bisa hidup rukun serukun-rukunnya, tanpa ada perang dengan dalih agama
apapun. Amin, amin, amin. Yaa Rabbal Alamiin.
“If you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Berbagai buku bahan diskusi milik Suster Rosa Koesmiati (Dokumentasi, 2017) |
Saya berfoto di samping patung Santa Angela Merici yang ada di dalam rumah Suster Rosa Koesmiyati (Dokumentasi, 2017) |
Relief lukisan adiknya Suster Rosa Koesmiati yang terpampang di rumahnya di tembok bagian Timur (Dokumentasi, 2017) |
Salah satu patung dan salib yang terpampang di tembok rumah Suster Rosa Koesmiyati (Dokumentasi, 2017) |
Salah satu patung Yesus/Nabi Isa dan ayah ibunya yang dinaungi oleh para malaikat (Dokumentasi, 2017) |
Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo duduk di antara buku-buku bahan diskusi yang berserakan (Dokumentasi, 2017) |
Buku berjudul "Doa Mengetuk Hati Allah" karya Muder Teresa dan Bruder Roger (Dokumentasi, 2017) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang ini beralamatkan di Jl.
Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa
Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama
kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana
Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul
Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim
Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar
dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam;
(2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4)
Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas
pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas
Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti
berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik
lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar