Oleh: Arif Muzayin
Shofwan
Kata saya:
“Sejak tahun
1992-1993 saya ikut sebagai anggota shalawatan ISHARI di Kerjen, Srengat,
Blitar. Tahun 1994-1999 saya ikut sebagai anggota ISHARI di Sekardangan,
Kanigoro, Blitar, dan sering latihan lagu di KH. Masykur Muhammad Tawangsari,
Garum, Blitar. Setelah tahun 2000-hingga sekarang, saya sudah tidak aktif di
ISHARI karena kegiatan-kegiatan lainnya. Mudah-mudahan ISHARI selalu membawa
pencerahan. Amin, amin, amin, Ya Rabbal Alamin.”
(Arif Muzayin
Shofwan)
Setiap
tahun di bulan Rajab, Kyai Muhammad Yasin Faqih, salah satu pewaris dan
pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Sekardangan, Kanigoro, Blitar, selalu
istiqamah mengadakan Haul KH. Muhammad bin KH. Abdurrochim dan Ulama
Sekardangan di Masjid Baitul Makmur Sekardangan. Haul tersebut biasanya
dimeriahkan dengan shalawatan ISHARI (Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia).
Dan biasamya, para pengikut ISHARI ini datang dari Blitar, Malang, Kediri,
Tulungagung, dan lainnya. Acara haul ini bermula ketika Kyai Muhammad Yasin
Faqih berguru kepada KH. Masykur Muhammad (tokoh ISHARI) Tawangsari, Garum,
Blitar. KH. Masykur Muhammad memberi amanah kepada Kyai Muhammad Yasin Faqih
agar setiap tahun mengadakan haul KH. Muhammad bin KH. Abdurrochim Pasuruan dan
Ulama Sekardangan. Perlu diketahui bahwa baik KH. Muhammad dan ayahnya KH.
Abdurrochim tersebut merupakan tokoh ISHARI di Indonesia.
ISHARI
(Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia) merupakan organisasi sosial keagamaan
yang menjalankan thariqah mahabbaturrasul
atau biasa disingkat thariqah mahabbah saja,
dengan melalui pembacaan Kitab Maulid
Syaraf al-Anam[1]
dengan tambahan shalawat hadrah yang berfungsi sebagai jawaban yang saling
bersahutan, diiringi rebana (ad-duff)
dan dengan tarian roddat serta tepuk
tangan (tashfiq) sebagai ekspresi
rasa cinta dan bangga terhadap Rasulullah saw.[2] Sementara kitab Maulid Syaraf al- Anam sendiri, menurut
keterangan dalam Kitab Fath al-Shomad
karya Syaikh Nawawi al-Bantani sebagaimana dinukil Muhammad Nuruddin
al-Fasuruwani merupakan karya Syaikh Ibnu Jauzi atau yang lebih dikenal dengan
al-Imam Ibnu Qasim al-Hariri.[3]
Sementara
itu, makna “hadrah” yang terdapat dalam singkatan ISHARI secara bahasa, menurut
Nuruddin mempunyai dua makna yaitu: Pertama,
hadrah dengan makna hadir atau datang ke majelis hadrah dengan membaca shalawat
Nabi Muhammad saw dan bertujuan untuk menghadirkan secara maknawi sifat-sifat
dan akhlak Rasulullah saw, agar ia bisa melaksanakan sifat-sifat & akhlak
Rasulullah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, hadrah dengan makna hadir atau datang ke majelis hadrah
dengan membaca shalawat Nabi dan bertujuan untuk merefleksikan diri sebagai
rasa syukurnya menjadi umat Muhammad (khaira
ummah) di dunia dan akhirat.[4] Sedangkan secara istilah
menurut Habib Taufiq bin Abdul Qadir as-Seqqaf Pasuruan sebagaimana dinukil
Nuruddin berarti kumpulan bait-bait syair yang memuat pujian dan sanjungan
terhadap Nabi Muhammad saw, dan kata “hadrah” mempunyai kesinoniman dengan
“Qasidah” dan “Nasyid”.[5]
Sejarah
ISHARI tidak bisa lepas dari peran Habib Syaikh bin Ahmad bin Abdullah bin Ali
Bafaqih yang lebih terkenal dengan sebutan “Habib
Syaikh Boto Putih Surabaya”. Beliau adalah seorang ulama kelahiran kota
Syihr, Yaman pada tahun 1212 H /1812 M yang datang ke Surabaya pada tahun 1251
H/1830 M. Ketika Habib Syaikh bin Ahmad Bafaqih datang ke Surabaya, saat itu
beliau masih berusia 39 tahun. Di Surabaya, selain beliau sebagai mursyid
thariqah (guru thariqah), ahli fiqih, ahli ilmu tauhid, dan tasawuf, beliau
juga mengajar para santri dengan melalui “thariqah mahabbaturrasul” (metode
cinta Rasul) dalam dakwahnya.[6]Tercatat dalam Kitab Iqdat al-Farid Fi Jawahir al-Asanid
karya Syaikh Yasin al-Fadani, sebagaimana dikutip Nuruddin bahwa Habib Syaikh
bin Ahmad Bafaqih merupakan salah satu sanad ilmu fiqih & ilmu hadist di
Indonesia. Ia juga guru berbagai aliran thariqah seperti: al-Naqsyabandiyah,
al-Qadiriyah, al-Syadziliyah, al-Samaniyah, dan lain-lainnya.[7]Habib Syaikh bin Ahmad
Bafaqih wafat pada bulan Syawal 1289 H/ 1888 M, dalam usia 77 tahun dan
dimakamkan di Boto Putih, Surabaya.
Secara
khusus, dalam lingkungan ISHARI dikatakan bahwa thariqah mahabbaturrasul adalah
sebuah amalan bacaan shalawat yang bersifat khusus dan dilaksanakan
bersama-sama, serta tidak perlu berbaiat kepada seorang guru mursyid
sebagaimana lazimnya thariqah-thariqah yang ada.[8] Dalam hal ini, thariqah-thariqah
yang ada seperti; thariqah Qadiriyyah, thariqah Naqsyabandiyah, thariqah
Sadziliyyah, thariqah Satthariyah, thariqah Shiddiqiyah, dan lain-lainnya,
dimana untuk memasuki dan mengamalkan amalan thariqah tersebut harus berbaiat
terlebih dahulu kepada seorang guru mursyid dalam komunitas tersebut. Sementara
untuk memasuki dan mengamalkan amalan sebuah “thariqah mahabbah” yang dimaksud ISHARI, tidak memerlukan baiat terlebih dahulu kepada seorang
guru mursyid didalamnya.
Thariqah
mahabbaturrasul (metode cinta Rasul) berupa bacaan-bacaan shalawat yang
diajarkan Habib Syaikh bin Ahmad Bafaqih, Boto Putih, Surabaya tersebut,
sepeninggal beliau tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh santri-santrinya
antara lain: 1) Habib Abdullah bin Muhammad Bafaqih, yang wafat di Boto Putih,
Surabaya; 2) Habib Ling Bang Nahsan yang wafat di Pegirian, Surabaya; 3) Habib
Seqqaf as-Seqqaf yang wafat di Pegirian, Surabaya; 4) KH. Abdurrahman yang
lahir di Pegadangan, Sidoarjo dan wafat di Makkah; 5) Syaikh Ubaidah[9]; 6) Syaikh Abdul Aziz
al-Bimawi, Nusa Tenggara Barat; 7) Habib Umar bin Thoha, Sindang Laut,
Indramyu, Cirebon; 8) Syaikh Abdurrahman al-Baweani, Gresik.[10]
Bermula
dari KH. Abdurrahman inilah, maka thariqah mahabbah diturunkan kepada putranya
yang bernama KH. Abdul Hadi. Selanjutnya, KH. Abdul Hadi menurunkan “thariqah
mahabbah” ini kepada putranya yang bernama KH. Abdurrahim Pasuruan.[11] Pada masa KH. Abdurrahim
Pasuruhan inilah mulai dibentuk sebuah organisasi sebagai wadah para pengikut
tharikah mahabbah, yang diberi nama ISHARI (Ikatan Seni Hadrah Republik
Indonesia) tanggal 15 Rajab 1378/ 23 Januari 1959 M. Adapun tokoh ulama dari
Nahdlatul Ulama sebagai pemrakarsa berdirinya ISHARI adalah; 1) KH. Abdul
Wahhab Hasbullah (Rais Am PBNU); 2) KH. Bisri Syamsuri (Rais PBNU); 3) KH.
Idham Khalid (Ketua Tanfidz PBNU); 4) KH. Saifuddin Zuhri; 5) KH. Ahmad Syaiku;
dan 6) KH. Muhammad (putra KH. Abdurrahim) Pasuruan.[12]
Pada
tanggal 09 September 1961 M, para tokoh Nahdlatul Ulama dan ISHARI mengadakan
rapat pembentukan struktur kepengurusan ISHARI di Jl. Ronggolawe No. 23
Surabaya. Dalam rapat tersebut terbentuklah struktur kepengurusan ISHARI
sebagai ketua kehormatan ada tiga orang yaitu; 1) KH. Abdul Wahab Hasbullah
(Tambakberas, Jombang); 2) KH. Bisri Syamsuri (Denanyar, Jombang); dan 3) KH.
Idham Khalid (Jakarta). Selain sebagai ketua kehormatan, KH. Abdul Wahab
Hasbullah juga ditetapkan sebagai penasehat dan pelindung bersama sembilan kiai
yang lain. Sedangkan sebagai ketua umum ISHARI adalah KH. Muhammad, putra KH.
Abdurrahim, Pasuruan, Jawa Timur.[13]
Yah, sebenarnya
masih banyak sekali penjelasan tentang ISHARI dan ketokohan KH. Muhammad bin
KH. Abdurrochim Pasuruan. Namun, mungkin hanya sampai di sini saja catatan
harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu
memberkati kami semua. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu
mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu
mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini.
Mudah-mudahan segala kegiatan mahabbah Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia
(ISHARI) selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat.
Mudah-mudahan ISHARI selalu jaya dan memberi pencerahan kepada banyak manusia. Amin,
amin, amin. Yaa Rabbal Alamiin.
“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat
bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo
rogo”
(Semoga dalam
situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni,
selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Banner Haul KH. Muhammad KH. Abdurrachman Pasuruan dan Ulama Sekardangan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur di Masjid Baitul Makmur Sekardangan (Dokumentasi, 2017) |
Para anggota ISHARI Malang sedang rodat di Serambi Masjid Baitul Makmur Sekardangan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur (Dokumentasi, 2017) |
Para anggota ISHARI Blitar dan Tulungagung sedang melakukan Srokal di Serambi Masjid Baitul Makmur Sekardangan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur (Dokumentasi, 2017) |
Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang ini beralamatkan
di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro,
Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama
kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana
Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul
Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim
Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar
dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam;
(2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4)
Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas
pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas
Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti
berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik
lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
[1] Lihat tentang shalawat Maulid Syaraf al-Anam dalam Rahmatullah
(khat), Maj’muah Maulid wa Ad’iyyah,
(Semarang: Maktabah Thoha Putra, t.t), hal. 98-163.
[2] Muhammad Nuruddin Al-Fasuruwani, Al-Iqdu Al-Durar Fii Tarjamati al-Shalawati
ala an-Nabi li al-Ishari, (Surabaya: Pimpinan Wilayah ISHARI Jawa Timur,
2015), hal. 2
[3] Ibid, hal. 2
[4] Ibid hal. 2.
[5] M. Nuruddin, Hadrah Dalam Ishari, Seni Atau Ibadah: Sebuah Refleksi yang Menyingkap
Tirani Kejumudan Tradisi dalam Bingkai Religi, (Pasuruan: Muswil Jatim,
2013), hal. 2-3.
[6] Muhammad Nuruddin Al-Fasuruwani, Al-Iqdu Al-Durar ..., hal. 3
[7] M. Nuruddin, Hadrah Dalam Ishari..., hal. 5-6.
[8] Lihat Muhammad Nuruddin
Al-Fasuruwani, Al-Iqdu Al-Durar ...,
hal. 3
[9] Beliau adalah salah satu sanad thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyah
dari Habib Luthfi Pekalongan, dengan urutan Habib Luthfi dari Habib Malik, dari
Habib Ilyas, dari Syaikh Ubaidah.
[10] Muhammad Nuruddin Al-Fasuruwani, Al-Iqdu Al-Durar ..., hal. 3-4.
[11] Bermula dari KH. Abdurrahim ini,
selanjutnya “thariqah mahabbah” diteruskan dan disebarkan oleh putra-putri
beliau antara lain: KH. Muhammad (Pasuruan), KH. Abdurrahman (Malang), KH.
Abdul Madjid (Lumajang), KH. Sami’ (Gresik), KH. Abdul Hadi (Jombang), KH.
Masykur Muhammad (Blitar), KH. Abdussalam (Lumajang).
[12] Muhammad Nuruddin Al-Fasuruwani, Al-Iqdu Al-Durar ..., hal. 11
[13] Salinan Lembaran Putjuk Pimpinan
ISHARI, Surabaya 9 September 1961.
BalasHapusAwalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'