Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Hampir
setiap malam hari, Warkop Gus Kunting selalu dibanjiri oleh para penggemar
wedang kopi, jahe, teh, kopi-susu, dan semacamnya. Saya pun kalau malam nggak
ada kesibukan juga ikut ngopi di warkop tersebut. Dan suatu malam aku pas ngopi
bersama Mbah Kyai Syuhadak Sekardangan Lor, beliau sedikit menceritakan tentang Sunan Tembayat dan ziarahnya ke Batu Ampar dan Syaikona Kholil Bangkalan.”
(Shofwan,
2017)
Pada
hari Rabo malam Kamis, 02 Mei 2018 setelah saya ada semacam seminar di rumah
Kamituwo Febri Firmansyah tentang “Menuju Papungan Yang Sehat dan Bersih” yang
disampaikan oleh Bapak Mujiono, seperti biasanya saya lalu nyangkruk dan ngopi
di WARKOP GUS KUNTING Sekardangan Tengah. Malam itu, saya sama Gus Kunting
dibuatkan Wedang Kopi Putih panas yang nikmat. Dengan ditemani “Rokok Lintingan
Khas Mbah Kyai Syuhadak” terasa lebih nikmat. Yah, seperti biasanya, Mbah Kyai
Syuhadak kalau pas cangkruk atau jagongan selalu menawarkan rokok lintingan
khas-nya yang menurut sebagian orang lebih nikmat dari rokok pabrikan seperti:
Surya, Djarum Super, Dji Sam Soe, dan lainnya.
Mbah
Haji Agung Jl. Riau, Sananwetan Kota Blitar (Mantan Kabag BNI Kota Blitar)
pernah mengatakan: “Wah, rokok yang dilinting
Mbah Kyai Syuhadak itu sangat enak, melebihi enaknya Rokok Surya, Djarum Super,
Dji Sam Soe, dan lainnya. Nggak tau kok lintingan Mbah Kyai Syuhadak itu kok
enak sekali. Apakah waktu nglinting di-ASMA’i, atau di beri JAPA-JAPA MANTRA,
pokok rokok lintingan Mbah Kyai Syuhadak ini enak sekali”. Perlu diketahui
bahwa Mbah Haji Agung ini merupakan orang yang dulunya NGEFANS sama nikmatnya
rokok lintingan Mbah Kyai Syuhadak. Bahkan saking NGEFANS-nya, rokok lintingan
yang dibuat Mbah Kyai Syuhadak tersebut sering ditawarkan kepada kawan-kawannya
Komunitas Pengajian Al-Hikam dan Hakikatul Makrifat setiap malam Jum’at di
rumah beliau.
Dalam
perbincangan di WARKOP GUS KUNTING Sekardangan tersebut, Mbah Kyai Syuhadak
menanyakan tentang perjalanan Wisata Spiritual Komunitas Pecinta Bumi
Sekardangan (KPBS) yang kami selenggarakan pada tanggal 28-29 April yang lalu. Saya
lalu menceritakan kepada Mbah Kyai Syuhadak, bahwa rombongan kami yang
berjumlah 19 berziarah ke beberapa makam berikut, antara lain:
1. Syaikh
Abu Naim Fathullah (Raden Sutro Menggolo), Lodoyo, Blitar.
2. Sunan
Kuning (Macanbang, Tulungagung)
3. Sunan
Tembayat/Sunan Pandanaran II (Bayat, Klaten, Jateng)
4. Kyai
Purwoto Sidik/Ki Kebo Kanigoro (Sukoharjo-Solo Raya)
5. Bathoro
Kathong (Sentono, Ponorogo)
6. Kyai
Ageng Muhammad Besari (Tegalsari, Jetis, Ponorogo)
7. Syaikh
Basyaruddin Bin Abdurrohman (Srigading, Kauman, Tulungagung)
Selain
itu, Mbah Kyai Syuhadak juga bertanya tentang makam Ki Juru Mertani yang di
Tulungagung itu apa jauh dengan makam Sunan Kuning. Ah, dalam hal ini saya tak
bisa menjawab. Sebab saya juga belum pernah berziarah ke makam Ki Juru Mertani
(Tulungagung) tersebut. Hehe, bincang-bincang malam ini sangat gayeng sebab
ditemani Krupuk Gurih renyah yang diambil Gus Kunting dari dalam rumahnya. Dalam
bincang-bincang itu ada Saya, Mbah Kyai Syuhadak, Gus Kunting, Burhanuddin (Gus
Bogang), Ahmad Mansuri (Gus Komeng), Sulaiman (kadang saya tambahi “Nabi”
menjadi “Nabi Sulaiman”), Gus Kulli Syaiin Jalil, dan lainnya.
Tak
jauh dari hal di atas, Mbah Kyai Syuhadak juga menceritakan bahwa dulu juga
pernah berziarah ke makam Syaikona Muhammad Kholil Bangkalan (guru Pendiri NU,
KH. Hasyim Asy’ari) dan juga makam “BATU AMPAR” seperti Mbah Kyai Abu
Syamsuddin dan lainnya. Saya juga menyahut tentang makam-makam yang ada di
Madura tersebut. Saya juga pernah ke makam “BATU AMPAR” dan setahun sekali
mungkin juga ke makam Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan. Bahkan kadang ke dua
makam tersebut setahun dua kali. Yakni, bersama rombongan MIDASAPA JAYA dan
bersama sebagian PENGURUS RANTING NU Papungan, Kanigoro, Blitar.
Membicarakan
Sunan Tembayat, maka Mbah Kyai Syuhadak juga menceritakan bahwa Sunan Tembayat
itu berguru pada Sunan Kalijogo. Adapun syarat-syarat yang ditawarkan Sunan
Kalijogo untuk bisa menjadi guru Sunan Tembayat adalah: “UNTUK MENJADI MURID SUNAN KALIJOGO, MAKA SUNAN TEMBAYAT HARUS
MENINGGALKAN SELURUH HARTA, WANITA, TAHTA (SAAT ITU JADI ADIPATI SEMARANG II
BERBELAR SUNAN PANDANARAN II) SERTA MENEMUI SUNAN KALIJOGO DI PUNCAK GUNUNG
JABALKAT” Di Puncak Jabalkat inilah Sunan Kalijogo memberi wejangan ilmu
syariat, tharikat, hakikat, dan makrifat kepada Sunan Tembayat. Sewaktu ziarah,
saya sering naik ke Puncak Jabalkat ini untuk napak tilas perjalanan Sunan
Tembayat.
Akhir kata, mungkin hanya ini catatan harian (cahar) saya
kali ini. Cahar sifatnya hanya sebagai catatan harian berdasarkan hobi saya menulis
apa yang saya ingin tuliskan, maka bila ada yang kurang komplit dalam hal ini,
saya minta maaf yang sebesar-besarnya khususnya kepada diri saya pribadi. Jadi,
“SAYA MEMINTA MAAF KEPADA DIRI SAYA PRIBADI. DAN ALHAMDULILLAH DIRI SAYA
PRIBADI MEMAAFKAN KESALAHAN SAYA”. Yah, lanjutnya adalah suatu nikmat yang luar
biasa apabila diri kita sendiri bisa memaafkan diri kita. Diri saya sendiri
bisa memaafkan diri saya sendiri. Yah, saya dan teman-teman saya selalu
diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin. Amiin. Amiin. Ya Rabbal Alamin.
“If
you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Mbah Kyai Syuhadak saat nyangkruk dan ngopi di Warkop Gus Kunting Sekardangan Tengah (Dokumentasi, 2018) |
Mbah Haji Agung saat bersemedi di makam Sunan Tembayat/Sayyid Kasan Nawawi/Sunan Pandanaran II Gunung Cokrokembang, Klaten, Jawa Tengah (Dokumentasi, 2018) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang biasa disebut “Mbah Sambang Kuburan” ini beralamatkan
di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro,
Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama
kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana
Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul
Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim
Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar
dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam;
(2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4)
Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas
pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas
Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering
mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama
baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar