Oleh: Arif Muzayin Shofwan
“Banyak orang yang bingung dan
mempertanyakan tentang Sunan Pandanaran berasal dari mana, silsilahnya
bagaimana, dan semacamnya. Tulisan ini ingin sedikit mengupas tentang TIGA
GELAR SUNAN PANDANARAN, yakni: Sunan Pandanaran I (Satu), Sunan Pandanaran II
(Dua), dan Sunan Pandanaran III (Tiga). Saya pribadi sebagai generasi trah
keturunan Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat ingin mengungkap itu semua dalam
bentuk tulisan yang semoga bisa mencerahkan semua pihak yang
mempertanyakannnya. Semoga tercerahkan!!!.”
(Shofwan, 2018)
Hingga kini, masih banyak yang mempertanyakan SUNAN
PANDANARAN itu siapa, dari mana beliau berasal dan lain sebagainya. Perlu
diketahui bahwa gelar SUNAN PANDANARAN itu dipakai oleh tiga orang yang
berbeda, tetapi memiliki pertalian famili kekeluargaan yang sangat erat dan
dekat sekali. Oleh karena itulah, saya selaku generasi trah keturunan dari
Sunan Pandanaran II (Sunan Tembayat atau Susuhunan Ing Tembayat) ingin
menuliskan dan menjelaskan tiga gelar/julukan SUNAN PANDANARAN itu satu-persatu
sebagaimana tersebut di bawah ini:
1.
SUNAN PANDANARAN I
Sunan Pandanaran I
(Satu) merupakan putra dari Prabu Brawijaya V (Sang Raja Terakhir Kerajaan
Majapahit) dan bernama asli JOKO SUPENO. Beliau ini merupakan Pendiri Kota
Semarang. Haulnya selalu diperingati oleh para pejabat Kota Semarang setiap
tahun sebagai PENDIRI KOTA SEMARANG. Sunan Pandanaran I (Satu) ini dimakamkan
di Kelurahan Randusari, Mugasari, Semarang Selatan. Sunan Pandanaran I (Satu)
ini memiliki istri bernama Nyai Endang Sejanila dan memiliki beberapa anak
serta menantu. Salah satu menantu Sunan Pandanaran I (Satu)/ Joko Supeno Bin
Brawijaya V adalah Sunan Pandanaran II (Dua) atau yang lebih dikenal dengan
“SUNAN TEMBAYAT” sebab banyak mengajarkan patembayatan/ pirukunan/ gotong-royong
terhadap sesama manusia tanpa pandang bulu. Yakni, tanpa memandang agama, suku,
budaya, etnis dan semacamnya.
2.
SUNAN PANDANARAN II
Sunan Pandanaran
II (Dua) merupakan menantu dari Sunan Pandanaran I (Satu). Beliau inilah yang
akhirnya menjadi murid Sunan Kalijogo dan terkenal dengan sebutan “SUNAN
TEMBAYAT” yang makamnya berada di Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Sunan
Pandanaran II (Dua) atau yang lebih dikenal dengan Sunan Tembayat ini merupakan
putra Sayyid Maulana Hamzah (Pangeran Tumapel) Lamongan Bin Sunan Ampel
Surabaya, dan bernama asli SAYYID HASAN NAWAWI dan biasa disebut RADEN KAJI.
Dalam kehidupannya, Sunan Tembayat ini pernah menikah sebanyak sembilan (9)
kali, termasuk menikahi putri tercantik dari Sunan Pandanaran I (Satu) Sang
Pendiri Kota Semarang. Dan ketika di Bayat-Klaten, Sunan Pandanaran II (Dua)
ini memiliki dua istri, yaitu: (1) Nyai Ageng Kaliwungu Binti Bathoro Kathong,
dan (2) Nyai Ageng Krakitan. Dan saya termasuk memiliki darah dari Sunan
Pandanaran II/Sunan Tembayat dengan istrinya yang bernama Nyai Ageng Kaliwungu
Binti Bathoro Kathong tersebut (bisa dilihat silsilahnya di bawah nanti). Dan
perlu diketahui bahwa Sunan Pandanaran II (Sunan Tembayat) ini masih merupakan
keponakan Sunan Kalijogo dari jalur istrinya Sayyid Maulana Hamzah (Pangeran
Tumapel) Lamongan.
3.
SUNAN PANDANARAN III
Sunan Pandanaran
III (Tiga) ini merupakan pengganti jabatan Adipati Semarang setelah ditinggal
Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat yang rela melepaskan semua harta, wanita,
dan tahta untuk menyusul dan berguru kepada Sunan Kalijaga di Puncak Jabalkat
Gunung Cokro Kembang Klaten-Jateng. Sunan Pandanaran III (Tiga) sering disebut
PANGERAN MANGKUBUMI ini merupakan putra dari Sunan Pandanaran II Bin Brawijaya
V dan dimakamkan di IMOGIRI. Jadi, setelah Kadipaten Semarang ditinggal Sunan
Pandanaran II/Sunan Tembayat, lalu jabatan Adipati Semarang dipegang oleh SUNAN
PANDANARAN III (PANGERAN MANGKUBUMI) yang merupakan adik ipar dari Sunan
Pandanaran II/Sunan Tembayat.
Sebagaimana janji saya menyajikan silsilah saya,
maka berikut ini merupakan silsilah saya (Arif Muzayin Shofwan) yang merupakan trah
generasi keturunan Sunan Pandanaran II (Sunan Tembayat) Klaten, Jawa Tengah
dari dua jalur keturunan. Yakni, dari jalur Mbah Kyai Raden Taklim (Kauman, Srengat,
Blitar) menempati generasi ke-15 dari Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat.
Sedangkan dari jalur Mbah Kyai Raden Witono/Syaikh Hasan Ghozali (Kauman, Kalangbret,
Tulungagung) menempati generasi ke-16 dari Sunan Pandanaran II/Sunan Tembayat.
Silsilah dari jalur
Mbah Kyai Raden Taklim Srengat Blitar
1.
Sunan
Pandanaran II (Sunan Tembayat) + Nyai Ageng Kaliwungu Binti Bathoro Kathong,
berputra:
2.
Raden
Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
3.
Panembahan
Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
4.
Pangeran
Ragil Kuning (Raden Ragil Sumendi), Wonokerto, Ponorogo, berputra:
5.
Pangeran
Wongsodriyo/Pangeran Wongsopuro, berputra:
6.
Kyai
Ageng Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
7.
Kyai
Ageng Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I
Ponorogo), berputra:
8.
Mbah
Kyai Raden Taklim (penghulu Srengat), berputra:
9.
Mbah
Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman), Pendiri Masjid Agung Kota Blitar,
berputra:
10.
Mbah
Kyai Muhammad Syakban atau biasa dikenal dengan sebutan “Mbah Syakban Gembrang
Serang” atau “Mbah Syakban Tumbu” (makamnya berada di Makam Mbrebesmili
Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar), berputra:
11.
Mbah
Kyai Muhammad Asrori, yakni pendiri dan cikal-bakal “Masjid Al-Asror”
Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar, berputra:
12.
Mbah
Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Imam Muhtar atau Kyai Hasan Muhtar,
Kerjen, Srengat, Blitar), berputra:
13.
Mbah
Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi) dan bermukim di
Kerjen, Srengat, Blitar, berputra;
14.
Mbah
H. Tamam Thahir (suami dari Nyai Hj. Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
15.
Dr.
Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.
Silsilah dari jalur Mbah Kyai Raden Witono Tulungagung
1.
Sunan
Pandanaran II (Sunan Tembayat) + Nyai Ageng Kaliwungu Binti Bathoro Kathong,
berputra:
2.
Raden
Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
3.
Panembahan
Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
4.
Pangeran
Ragil Kuning (Raden Ragil Sumendi) Wonokerto, Ponorogo, berputra:
5.
Pangeran
Wongsodriyo/Pangeran Wongsopuro, berputra:
6.
Kyai
Ageng Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
7.
Kyai
Ageng Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I
Ponorogo), berputra:
8.
Mbah
Kyai Mangun Witono/ Sayyid Hasan Ghozali, makamnya berada di belakang “Masjid
Tiban Al-Istimrar” Kauman, Kalangbret, Tulungagung, berputra:
9.
Mbah
Kyai Nur Ali Rahmatullah, berputra:
10.
Mbah
Kyai Ali Muntoho (cikal-bakal desa Jarakan, Gondang, Tulungagung), berputra:
11.
Nyai
Mursiyah (istri dari Mbah Kyai Muhammad Syakban/ Mbah Syakban Gembrang Serang/
Mbah Syakban Tumbu bin Kyai Muhammad Qosim Penghulu Pertama Blitar), berputra:
12.
Mbah
Kyai Muhammad Asrori pendiri “Masjid Al-Asror” Kedungcangkring, Pakisrejo,
Srengat, Blitar (suami dari Nyai Haditsah Binti Muhammad Yunus Srengat. Nyai
Haditsah ini juga masih trah keturunan Sunan Tembayat pula dari jalur yang
berbeda), berputra:
13.
Mbah
Nyai Tsamaniyyah (istri dari Mbah Kyai Hasan Muhtar, Kerjen, Srengat, Blitar),
berputra;
14.
Mbah
Nyai Artijah (istri dari Mbah Muhammad Thahir dari Wonodadi, Srengat, Blitar)
dan bermukim di Kerjen, Srengat, Blitar, berputra:
15.
Mbah
H. Tamam Thahir (suami dari Nyai Hj. Siti Rofiah Sekardangan, Kanigoro,
Blitar).
16.
Dr.
Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.
Keterangan Silsilah
Silsilah nasab
tersebut diadopsi dari berbagai sumber dengan pengurutan generasi ke generasi
seperlunya, di antaranya dari: (1) Lembaran Silsilah “Keluarga Kyai Raden
Muhammad Qosim/ Eyang Kasiman” yang tersimpan di Yayasan Kyai Raden
Muhammad Kasiman sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar; (2) Buku berjudul
“Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini” karya Abu
Naufal bin Tamam At-Thahir; (3) Buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV:
Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu Linawati dan disusun
oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (4) Buku berjudul “Silsilah
Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar” karya Arif Muzayin Shofwan dan Putu
Ari Sudana; serta Lembaran berjudul “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asror
Pakisrejo, Srengat” yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1984.
Demikianlah penjelasan tentang TIGA
GELAR SUNAN PANDANARAN yang dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Sunan
Pandanaran I / Joko Supeno Bin Brawijaya V dimakamkan di Mugasari, Semarang
Selatan; (2) Sunan Pandanaran II / Sayyid Hasan Nawawi Bin Maulana Hamzah Bin
Sunan Ampel yang terkenal dengan sebutan “Sunan Tembayat” dimakamkan di
Bayat-Klaten, dan (3) Sunan Pandanaran III Tiga Bin Sunan Pandanaran I Satu
yang sering disebut “Pangeran Mangkubumi” ini dimakamkan di Imogiri. Semoga
keterangan ini bisa mencerahkan semua masyarakat yang masih bertanya-tanya
tentang Sunan Pandanaran. Semoga semua keluarga dan keturunan SUNAN PANDANARAN,
baik Sunan Pandanaran I (Satu), Sunan Pandanaran II (Dua), dan Sunan Pandanaran
III (Tiga) selalu diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan di
dunia ini serta diberi limpahan rejeki yang tak terhingga dari Tuhan Yang Maha
Pemberi Rejeki. Amiiin. []
“If
you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Tiga Gelar Sunan Pandanaran I, II, III (Dokumentasi, 2018) |
Silsilah Trah Sunan Tembayat Kuno (Dokumentasi, 2018) |
Biografi Penulis
Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd merupakan Wakil
Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) PCNU Kabupaten Blitar. Dia
juga dosen di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar pada mata kuliah Aswaja
dan Ke-NU-an, Pendidikan Agama Islam, dan lainnya. Selain itu, dia merupakan
Anggota Tim Inti Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme (PUSAM) Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang, 2013-2016; Ketua Divisi Pluralisme dan
Multikulturalisme The Post Institute Blitar, 2012-sekarang; Pendiri Pusat Studi
Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) UNU Blitar, dan lainnya. Pria yang
punya hobi menulis ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT.
03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Kode Pos 66171, Jawa Timur. HP. 085649706399.
terimakasih pak atas sharing ilmunya.
BalasHapusMaaf, bolehkah saya menghubungi/berkomunikasi dg bapak via WA/telpon...?
Untuk ki ageng pandanarang 4 kok tdk ada njih.mhn penjelasanya.
BalasHapusada yang nama nya ndoro harto di bayat
BalasHapusmohon pencerahan apakah ada keturunan ki Ageng Pandanarang yg di kediri?
BalasHapusSaya ingin bertanya silsilah sunan tembayat sampai ke buyut saya sontodikromo...trims
BalasHapusMohon petunjuk silsilah dari Pangeran Sumendi - Panembahan R. Imanudin
BalasHapus