Rabu, 03 Mei 2017

SARESEHAN DI JOGLO PETILASAN MBAH SAEUN+NYI ASMIRAH, KAUMAN, KOTA BLITAR, JAWA TIMUR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Hari Rabo, 03 Mei 2017, malam Kamis, pukul 19.41 WIB, saya ikut saresehan di Joglo Petilasan Mbah Saeun+Nyi Asmirah, Kauman, Kota Blitar.”
(Shofwan, 2017)

Hari Rabo, 03 Mei 2017, Mas Putu Ari Sudana melalui Group WA Keluarga Besar Sunan Tembayat mengundang pertemuan (kopi darat) di Joglo Petilasan Mbah Saeun+Nyi Asmirah yang beralamatkan di Jl. Semeru No.97 depan Apotik Puji Sentosa, Kauman, Kota Blitar. Waktunya adalah setelah shalat Isya. Namun pada hari ini, saya memang kudu/harus memimpin rapat RT 03 di dusun Sekardangan, sehingga saya bilang pada Mas Putu Ari Sudana begini: “Semoga saya nanti bisa hadir Mas. Tapi agak malam. Mudah-mudahan nanti malam ketemu sesepuh, pinisepuh, sehingga bisa ngangsu kaweruh.” Jawab Mas Putu Ari Sudana: “Ya mas.” Di lain pihak, Mas Hariyanto melalui group WA tersebut juga izin tidak bisa ikut saresehan sebab ada acara di Tulungagung. (Catatan: lihat foto kami ketika saresehan di Joglo Petilasan Mbah Saeun+Nyai Asmirah di bawah).

Usai saya memimpin rapat RT 03 di dusun Sekardangan, saya kemudian segera meluncur ke Joglo Petilasan Mbah Saeun+Nyi Asmirah yang dimaksud. Tampak di tempat tersebut sudah disediakan wedang kopi, teh, opak kebo beserta sambelnya, berbagai macam gorengan, air putih, kacang godog, dan semacamnya. Setelah bincang-bincang sebentar, saya disuguhi teh manis dan dipersilahkan menikmati hidangan dan rokok yang telah tersedia. Sambil mengawali perbincangan, kami memperbincangkan hal-hal yang ringan, mulai pekerjaan, keluarga, tempat tinggal dan semacamnya. Selanjutnya, saya juga bertanya apakah Mbah Saeun meninggalkan benda-benda antik. Ternyata, Mbah Saeun meninggalkan tombak luk tiga. Konon tombak luk tiga itu tangguh Mataram. Dan ada lagi, keris luk empat. Saya agak heran, keris kok luk genap, padahal biasanya keris itu luk-nya ganjil. (Catatan: hadir dalam acara saresehan tersebut, di antaranya: Saya, Mas Putu Ari Sudana, Mas Zaenal, Bapak Wahyono, Bapak Yanto, Mas Bowo, dan Mas Joko).

Selain membicarakan hal di atas kami juga membicarakan silsilah nasab ke atas, mulai dari trah Kyai Raden Muhammad Kasiman (Eyang Kasiman), Eyang Raden Ngabehi Wirogati, Mbah Soeroredjo (Mbah Imam Redjo) dan Nyai Muntinah istrinya, Mbah Kyai Raden Sya’ban Gembrang Serang Srengat, Mbah Saeun dan Nyai Asmirah istrinya, dan lain sebagainya. Dalam saresehan atau diskusi tersebut, dinyatakan kalau silsilah nasab Mbah Saeun ke atas masih belum bisa diketahui secara pasti. Namun kalau silsilah Nyai Asmirah (istrinya Mbah Saeun) sudah bisa diketahui bahwa beliau trah dari Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi), Klaten, Jawa Tengah dan Sunan Ampel (Haji Bong Swe Hoo) Surabaya. Yah, seputar inilah bincang-bincang saya dalam sarasehan tersebut. Berikut merupakan silsilah Nyai Asmirah (istri Mbah Saeun), Kauman, Kota Blitar:

1.    Raden Rahmatullah (Sunan Ampel/Haji Bong Swe Hoo), berputra:
2.    Raden Maulana Hamzah (Lamongan), berputra:
3.    Raden Hasan Nawawi (Sunan Tembayat/ Sunan Pandanaran II), berputra:
4.    Raden Ishaq Panembahan Jiwo, berputra:
5.    Raden Panembahan Minang Kabul, berputra:
6.    Pangeran Ragil Kuning Wonokerto Ponorogo, berputra:
7.    Kyai Pangeran Wongsodriyo, berputra:
8.    Kyai Raden Nojo Semanding, berputra:
9.    Kyai Raden Donopuro (guru Kyai Muhammad Besari), Sentono, Jetis, Ponorogo, berputra:
10. Kyai Raden Taklim Penghulu Srengat, Blitar, berputra:
11. Kyai Raden Kyai Muhammad Yahya Ponorogo, berputra:
12. Kyai Amir Kasim (Penghulu Kertosono), berputra:
13. Kyai Ali Mustofa (Jaksa Pertama Kota Blitar), berputra:
14. Nyai Hajjah Abdul Hadi (istri Kyai Haji Abdul Hadi), berputra:
15. Kyai Soeroredjo (Kyai Imam Redjo+ Nyai Muntinah), Kauman, Blitar, berputra:
16.  Nyai Asmirah (istri dari Mbah Saeun)

Jadi dalam sarasehan di Joglo Petilasan Mbah Saeun+Nyi Asmirah tersebut, saya sekaligus napak tilas nasab mereka, juga merekam sedikit jejak kehidupan mereka dan semacamnya. Konon Mbah Saeun ini dulu bekerja di bagian kereta api sebagai “tukang nyugokne geni” pada kereta api yang bahan bakarnya dari kayu perapian (Sepur Klutuk; bahasa Jawa-nya) jaman Belanda. Yah, mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati pertemuan ini semua. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini (mulai dari rapat RT. 03 dusun Sekardangan, serasehan di Joglo Petilasan Mbah Saeun+Nyi Asmirah, Kauman, Blitar dan yang saya sebutkan) tersebut selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Saresehan di Joglo Petilasan Mbah Saeun+Nyi Asmirah (Dokumentasi, 2017)
 
Saresehan di Joglo Petilasan Mbah Saeun+Nyi Asmirah (Dokumentasi, 2017)
 
Saya waktu menikmati opak kebo plus sambel pecel difoto Mas Putu Ari Sudana (Dokumentasi, 2017)
Joglo Petilasan Mbah Saeun+Nyi Asmirah di Kauman, Kota Blitar (Dokumentasi, 2017)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar