Jumat, 05 Mei 2017

ZIARAH KE PETILASAN RARA SARI ONCE, MBAH KYAI SYAMSURI (DOGONG, KANIGORO, BLITAR), PENDAK-2 BAPAK KOPRI SETYAWASANA (KELURAHAN BLITAR), DAN DISKUSI DI RUMAH SAYA



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Tulislah apapun yang bisa Anda tulis, siapa tahu bermanfaat bagi orang lain. Dan berdoalah mudah-mudahan tulisan Anda berkah.”
(Shofwan, 2017)

          Hari Jumat, 05 Mei 2017, usai shalat Ashar, saya diajak Mbah Jawoko berziarah ke Petilasan Rara Sekar Rinonce, Nyai Gadhung Melati, dan Ki Kebo Kanigoro di desa Dogong, Kanigoro, Blitar. Petilasan tersebut berada di areal makam Dogong dekat sungai Berantas. Mbah Jawoko berkata: “Kira-kira jaman ndisik wong telu sak balane iku liwat kidul kali Berantas, terus nyebrang ning kene iki. Tapi yen ning spiritualku, sakdurunge wong telu iku ning kene, kene wis ono uwong sing nulung deweke. Lan ora wong telu kuwi thok lho Gus pas mrene. Dadi wong akeh, sak punggawane. Wong yo nggawa gawan-gawan oakeh kok. Lha iki, wong sing nulung rombongan tiga tokoh tersebut, makame yo ning kene kok. Manggene ning sisih kidul...” Lanjut Mbah Jawoko bahwa yang namanya Rara Sari Once (Rara Sekar Rinonce/Rara Tenggok/Endang Widuri) kuwi wonge pawakane cilik duwur, rambute lurus, jan oayu kok. Oya, petilasan Dogong itu dulu ditandai dengan Pohon Jati, namun saat ini pohon tersebut telah mati dan diganti dengan sebuah monumen untuk mengenang ketiganya.

          Tak hanya itu saja, Mbah Jawoko juga menyatakan bahwa di sebelah Selatan desa Dogong (Selatan Sungai Berantas) juga terdapat petilasan ketiga tokoh tersebut yang juga dirawat oleh masyarakat desa Parakan, kecamatan Kademangan. Berdasarkan hal inilah Mbah Jawoko menyimpulkan bahwa ketiga tokoh tersebut dulu nyebrang sungai Berantas dari desa Parakan, kecamatan Kademangan, hingga sampai ke desa Dogong, kecamatan Kanigoro. Terus ketiga tokoh tersebut sampailah ke berbagai daerah di antaranya “Petilasan Jatikurung” yang berada tepat di tengah kecamatan Kanigoro, dekat POM Bensin. Dan nama kecamatan “Kanigoro” ini diambil dari nama Ki Kebo Kanigoro tersebut. Dan “Petilasan Jatikurung” tersebut dulu merupakan rumah joglo sebagai tempat kediaman ketiga tokoh tersebut. Dan para punggawanya banyak tersebar di wilayah kecamatan Kanigoro dan sekitaranya. Bahkan ada yang di luar kecamatan Kanigoro.

          Usai berziarah ke petilasan tersebut, saya dan Mbah Jawoko berziarah ke makam Mbah Kyai Syamsuri yang juga berada di areal makam Dogong tersebut. Selain itu, kami berdua saya juga berziarah ke makam sesepuh desa Dogong yang berada di cungkup paling besar. Saya katakan kepada Mbah Jawoko bahwa makam-makam sesepuh yang dicungkup besar itu merupakan leluhur dari Mbah Bayan Mayar yang sejak dulu kala dari ayahnya Mbah Markalam yang telah merawat “Petilasan Eyang Sekardangan”, Kanigoro, Blitar. Dan sebenarnya, yang disebut “Eyang Sekardangan” adalah iya ketiga tokoh tersebut. Dan rata-rata, petilasan ketiga tokoh tersebut dulu selalu ditandai dengan Pohon Jati, termasuk di antaranya: Petilasan Jatigerot (Maliran, Ponggok, Blitar); Petilasan Jatikucur (Sumberkucur, Selokajang, Srengat, Blitar); Petilasan Jati Bedug (Samin, Jateng); dan makamnya juga berada di desa Jatingarang, kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo-Solo. Semuanya kebanyakan ditandai Pohon Jati.

Setelah berziarah, Mbah Jawoko lalu mengajak saya pergi ke rumah kawannya yang pada hari tersebut pendakan ke-2. Kawan tersebut bernama Kopri Setyawasana (alm) yang berada di kelurahan Blitar, kota Blitar. Pukul 17.00 WIB, kami berdua sampai ke rumah Bapak Kopri Setyawasana (alm), lalu Mbah Jawoko bersama keluarga mendiang nyekar ke makam Bapak Kopri. Saya tidak ikut acara nyekar tersebut. Saat Magrib tiba, mereka sudah pulang dari nyekar. Saya dipersilahkan makan oleh pihak keluarga di dapurnya. Setelah makan, saya lalu menuju Mushalla Al-Hidayah, yakni sebuah mushalla yang didirikan oleh Keluarga Besar Eyang Amat Ngulomo di Jl. Joko Kandung, yah sekitar 50 meter dari rumah mendiang. Di mushalla tersebut saya melakukan shalat Maghrib, dan setelah itu saya kembali lagi untuk melakukan tahlil bersama undangan warga sekitar sebagai rangkaian acara dari Pendak-2 Bapak Kopri Setyawasana.

Usai tahlilan, kira-kira pukul 20.00 WIB, saya bincang-bincang dengan adik ipar Bapak Kopri Setyawasana dari Surabaya. Sedangkan Mbah Jawoko masih sibuk dengan ibunya Bapak Kopri di dapur untuk mengemas brekat yang hendak dibagikan pada sanak saudaranya. Kira-kira pukul 20.30 WIB, saya dan Mbah Jawoko pamit pulang sekaligus menghantar brekat yang sudah dikemas tersebut kepada sanak saudara Bapak Kopri Setyawasana (alm) yang berada di Blitar, Sentul, Tanggungsantren, Jatimalang, dan kemudian pulang ke rumah. Mbah Jawoko menghantar saya pulang ke rumah, sebab perginya hanya pakai satu motor. Sesampai di rumah, Mbah Jawoko ngebel Bapak Nurdin dan Mas Burhanuddin untuk diajak ngobrol-ngobrol, diskusi di rumah saya. Keduanya merupakan tetangga saya yang sudah kenal Mbah Jawoko. Kami berempat (Saya, Mbah Jawoko, Bapak Nurdin, dan Mas Burhanuddin) ngobrol ngalor-ngidul, diskusi apa saja di rumah saya sampai pukul satu malam. Setelah itu kami bubaran dan ketiganya pulang ke rumah masing-masing. (Catatan: Maaf, saya tidak menceritakan obrolan atau diskusi malam ini. Bukan karena rahasia. Tapi karena saya memang mencukupkan cahar ini dengan tanpa menceritakan diskusi malam itu.)

Yah, mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati pertemuan ini semua. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya hari ini (mulai dari berziarah ke Petilasan Rara Sari Once/ Rara Sekar Rinonce/ Rara Tenggok; Nyai Gadhung Melati; Ki Kebo Kanigoro; ziarah makam Mbah Kyai Syamsuri; ziarah makam sesepuh di desa Dogong, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar; menghadiri tahlilan pendak-2 Bapak Kopri Setyawasana di kelurahan Blitar; dan diskusi malam hari di rumah saya)  tersebut selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Cikal-Bakal Desa Dogong dan Lainnya
"Tiga tokoh yakni: (1) Rara Sari Once (Rara Sekar Rinonce/Rara Tenggok/Rara Endang Widuri), (2) Nyai Gadhung Melati (Nyai Sekardinah), (3) Ki Kebo Kanigoro (Kyai Purwoto Sidik) dan Para Bala-balanya inilah yang konon dianggap sebagai cikal-bakal/dhanyangan desa Dogong, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar, dan berbagai desa dan dusun di wilayah kecamatan Kanigoro dan lainnya"

 
Petilasan Rara Sari Once, Nyai Gadhung Melati, Ki Kebo Kanigoro dan para bala-balanya di areal Pemakaman desa Dogong, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Mbah Jawoko sedang tafakur/meditasi di Monumen Petilasan Rara Sari Once, Nyai Gadhung Melati, Ki Kebo Kanigoro, dan para bala-balanya dalam areal Pemakaman desa Dogong, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Monumen Petilasan Rara Sari Once, Nyai Gadhung Melati, Ki Kebo Kanigoro, dan para bala-balanya dalam areal Pemakaman Dogong, Kanigoro, Blitar, tampak dari dekat (Dokumentasi, 2017)
 
Tulisan Makam Pasarean Mbah Kyai Syamsuri di Pemakaman Dogong, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Makam Mbah Kyai Syamsuri berada di areal Pemakaman Dogong, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi, 2017)
 
Makam sesepuh desa Dogong, Kanigoro, Blitar. Tampak Mbah Jawoko sedang mempelajari situs-situs tersebut (Dokumentasi, 2017)
 
Tulisan yang terpampang di makam sesepuh desa Dogong, Kanigoro, Blitar: "YEN ONO RUSAKE UTOWO TAMBAL SULAM, ANAK PUTUKU UTOWO BUYUTKU SUPOYO ANDADANI MURIH BECIKE", dan di atasnya ada tulisan Jawa Hanacaraka (Dokumentasi, 2017)
 
Di pojokan Jl. Joko Kandung Gang 1, Kode Pos 66123 inilah rumah Bapak Kopri Setyawasana (alm) diadakan Pendak-2 acara tahlilan (Dokumentasi, 2017)
Di Mushalla Al-Hidayah yang didirikan oleh Keluarga Eyang Amat Ngulomo, Kelurahan Blitar, Jl. Joko Kandung Gang 1 inilah saya melakukan shalat Maghrib (Dokumentasi, 2017)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar