Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Hari ini saya diajak Mas Putu Ari Sudana
dan Mas Dio berziarah ke makam Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa, Mbah Kyai
Abdul Hadi (menantunya), dan Eyang Sri Tanjung (pendiri desa Tanjungsari, Kota
Blitar).”
(Shofwan,
02 Mei 2017)
Hari
ini, Senin, 02 Mei 2017 bertepatan dengan Hari Buruh Internasional, saya diajak
oleh Mas Putu Ari Sudana (dan Mas Dio) berkunjung ke rumah Bapak Hery Bintarto
yang berada di barat Pasar Legi Kota Blitar. Saya dan Mas Putu Ari Sudana
mengadakan kesepakatan bertemu di Yayasan Kyai Raden Mohammad Kasiman di
sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar. Sesampai di yayasan tersebut, tampak
Mas Dio sedang menikmati rokok di balai Yayasan. Sementara, Mas Putu Ari Sudana
sedang berada di kamar mandi Masjid Agung,dan kemudian melakukan shalat Asyar.
Sesaat saya dan Mas Dio berbincang-bincang, kemudian Mas Putu Ari Sudana tampak
sudah selesai melakukan shalat Asyar.
Selanjutnya,
kami bertiga (saya, Mas Dio, dan Mas Putu Ari Sudana) bincang-bincang sebentar,
kemudian meluncur menuju rumah Bapak Hery Bintarto di barat Pasar Legi Kota
Blitar. Sesampai di rumah Bapak Hery Bintarto, kami berbincang-bincang banyak
hal, mulai pendidikan, profesi, dan lain sebagainya. Mas Putu Ari Sudana yang
ingin tau banyak keberadaan makam Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa yang
merupakan jaksa pertama Kota Blitar dan leluhurnya. Bapak Hery Bintarto lalu
menunjukkan keberadaan makam tokoh yang dimaksud dan sedikit mengkisahkan
tentang ketokohan Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa.
Usai
bincang-bincang dengan Bapak Hery Bintarto tentang tokoh-tokoh Blitar masa
lalu, kami bertiga (saya, Mas Putu Ari Sudana, dan Mas Dio) kemudian izin diri
untuk berziarah ke makam Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa yang berada di
Dimoro, Kota Blitar. Sesampai di makam yang dituju, saya dan Mas Putu Ari
berkirim doa dan semacamnya. Setelah kirim doa kepada Mbah Kyai Raden Hasan Ali
Mustofa, kemudian saya dan Mas Putu Ari Sudana dipotret oleh Mas Dio beberapa
kali. Lihat foto-foto saya dan Mas Putu Ari Sudana di bawah.
Seperti
biasa, setiap saya menuliskan catatan harian (cahar), saya biasa melampirkan
silsilah tokoh yang diziarahi. Perlu diketahui bahwa Mbah Kyai Raden Hasan Ali
Mustofa (jaksa pertama kota Blitar) merupakan trah keturunan dari Sunan
Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Sunan Pandanaran II) sekaligus trah Sunan
Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) Surabaya. Berikut merupakan
silsilah nasab Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa:
1. Sunan
Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Dewi Karimah binti Ki Ageng
Kembang Kuning Surabaya, berputra;
2. Pangeran
Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra:
3. Sunan
Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Jaka Supang/ Jaka Pameling/ Pangeran Mangkubumi/
Ki Ageng Padang Aran II/ Raden Wahyu Widayat/ Empu Windu Jati/ Pangeran
Pamungkas/ Sunan Pamungkas/ Sunan Gunung Jabalkat) + Nyai Kaliwungu binti
Bathoro Kathong, berputra:
4. Raden
Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5. Panembahan
Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6. Pangeran
Ragil Kuning, Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7. Pangeran
Wongsodriyo, berputra:
8. Mbah
Kyai Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
9. Mbah
Kyai Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I
Ponorogo), berputra:
10. Mbah
Kyai Raden Taklim (penghulu Srengat), berputra:
11. Mbah
Kyai Raden Muhammad Yahya Ponorogo, berputra:
12. Mbah
Kyai Raden Amir Kasim (penghulu Kertosono), berputra:
13. Mbah
Kyai Raden Hasan Ali Mustofa, jaksa pertama Kota Blitar (makamnya berada di Pemakaman
Dimoro, Kota Blitar).
Silsilah
nasab tersebut diadopsi dari berbagai sumber dengan pengurutan generasi ke
generasi seperlunya, di antaranya dari: (1) Lembaran Silsilah “Keluarga Kyai
Raden Muhammad Qosim/ Eyang Kasiman” yang tersimpan di Yayasan Kyai Raden
Muhammad Kasiman sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar; (2) Buku berjudul “Silsilah
Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini” karya Abu Naufal
bin Tamam At-Thahir, sebagai rujukan pelengkap; (3) Buku berjudul “Ranji
Walisongo Jilid IV: Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu
Linawati dan disusun oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (4) Buku
berjudul “Silsilah Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar” karya Arif
Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana, sebagai buku rujukan kunci; (5) Lembaran kisah
berjudul “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asror Pakisrejo, Srengat” yang
dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1984, sebagai rujukan pelengkap; (7) Buku
berjudul “Napak Tilas Jejak-jejak Kaki Wong Blitar dari Masa ke Masa” karya Den B.I. Mardiono Gudel dan diedit oleh
BAPEDDA Kota Blitar, sebagai pelengkap.
Oya,
setelah berziarah ke makam Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa, kemudian kami
bertiga (saya, Mas Dio, dan Mas Putu Ari Sudana) melanjutkan berziarah ke Makam
Mbah Kyai Raden Hasan Syuhadak dan Kyai Raden Imam Moestari yang berada di
sebelah Selatan makam Eyang Sri Tanjung (seorang tokoh pendiri desa
Tanjungsari, Kota Blitar). Di makam ini, saya juga sempat berfoto dengan Mas
Putu Ari Sudana. Selain itu, saya juga berziarah ke makam Mbah Kyai Abdul Hadi (menantu
Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa) yakni cungkup yang berada di Timur mushalla
Eyang Sri Tanjung, namun tidak bisa masuk sebab dikunci alias digembok. Oya,
untuk berziarah ke Makam Mbah Kyai Hasan Syuhadak dan Mbah Kyai Raden Imam
Moestari akan saya tulis sendiri dalam catatan harian (cahar) dengan judul yang
lain.
Catatan: Ternyata, setelah saya pelajari, trah keturunan dari Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa banyak pula yang bertemu dalam pernikahan dengan para trah keturunan Mbah Kyai Raden Syakban Gembrang Serang yang dimakamkan di "Pemakaman Auliya Mbrebesmili Santren" Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar. Hal tersebut, saya pelajari dari trah keturunan Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa sekaligus trah keturunan Mbah Kyai Raden Sya'ban Gembrang Serang yang bertempat tinggal di Prambutan, Ponggok, Blitar, tepatnya keluarga besar Masjid Al-Falah Prambutan, Ponggok, Blitar. Dan bagaimana trah keturunan dua tokoh ini saling mengadakan ikatan perkawinan. (Dikisahkan bahwa Pemakaman Auliya Mbrebesmili Santren Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar, pernah dikunjungi oleh KH. Abdurrahman Wahid/ Gus Dur, Tebuireng, Jombang). Oya, hampir lupa, kata Bapak Hery Bintarto bahwa makanan kesukaan Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa semasa hidup adalah ketan juruh dan wedang kopi dengan gula Jawa.
Cukup ini dulu catatan harian (cahar) saya hari ini. Teriring doa, mudah-mudahan ritual saya bersama Mas Putu Ari Sudana dan Mas Dio berziarah ke makam Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa (Jaksa pertama Blitar) dan makam para sesepuh lainnya, selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga Tuhan Yang Maha Penyayang selalu memberikan kasih sayang-Nya kepada saya, keluarga, tetangga, sahabat, dan semua yang berhubungan dengan saya. Semoga Tuhan Yang Maha Pemberi Rizki selalu meluaskan rizki kepada saya, keluarga, sahabat, tetangga, kerabat, dan semacamnya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni dosa-dosa yang saya sengaja, maupun dosa-dosa yang tidak saya sengaja. Semoga demikian adanya. Amiin.
Cukup ini dulu catatan harian (cahar) saya hari ini. Teriring doa, mudah-mudahan ritual saya bersama Mas Putu Ari Sudana dan Mas Dio berziarah ke makam Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa (Jaksa pertama Blitar) dan makam para sesepuh lainnya, selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga Tuhan Yang Maha Penyayang selalu memberikan kasih sayang-Nya kepada saya, keluarga, tetangga, sahabat, dan semua yang berhubungan dengan saya. Semoga Tuhan Yang Maha Pemberi Rizki selalu meluaskan rizki kepada saya, keluarga, sahabat, tetangga, kerabat, dan semacamnya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni dosa-dosa yang saya sengaja, maupun dosa-dosa yang tidak saya sengaja. Semoga demikian adanya. Amiin.
“If
you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Makam Mbah Kyai Raden Hasan Ali Mustofa di Pemakaman Dimoro, Kota Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Mushalla Eyang Sri Tanjung, Sang Pendiri Desa Tanjungsari Kota Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Mas Dio berfoto di areal Pemakaman Dimoro, Kota Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Mas Dio berfoto di areal Pemakaman Dimoro Kota Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Arif Muzayin Shofwan, Bapak Hery Bintarto, dan Putu Ari Sudana saat berfoto di kediaman Bapak Hery Bintarto sebelah Barat Pasar Legi Kota Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing,
maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam
bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh
Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
(karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh
yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar