Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Menulislah, siapa tahu bermanfaat bagi yang
membutuhkan.”
(Anonim)
Hari
ini, Sabtu, 11 Maret 2017, saya berziarah ke makam Mbah Kyai Raden Imam
Burhan dan makam-makam tokoh yang berada di barat “Masjid Agung” Kota
Blitar, Jawa Timur. Disebutkan dalam buku berjudul “Napak Tilas
Jejak-jejak Kaki Wong Blitar dari Masa ke Masa” karya Den B.I. Mardiono
Gudel pada halaman 64 yang dicetak oleh Percetakan Surya Offset Jl. Tanjungsari
126 Blitar, disebutkan bahwa Mbah Kyai Raden Imam Burhan merupakan keturunan
dari Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman) yang pada tahun 1890
Masehi bersama masyarakat membangun “Masjid Agung Blitar” dengan tembok,
yang awalnya bangunan masjid tersebut terbuat dari bahan kayu. Dan
pembanguan masjid dengan tembok yang dipelopori oleh Mbah Kyai Imam Burhan
tersebut selesai pada Hari Kamis Kliwon tanggal 12 Oktober 1890
Masehi.
Disebutkan
pula dalam buku karya Den B.I. Mardiono Gudel bahwa Mbah Kyai Raden Muhammad
Qosim (Eyang Kasiman) merupakan penghulu Srengat ke-I dan cikal-bakal
Masjid Agung Kota Blitar dan kemudian diteruskan oleh para keturunannya. Bahkan
Den B.I. Mardiono Gudel selalu menanyakan begini: “Bagaimana peran Kyai
Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman), penghulu Srengat yang menjadi cikal-bakal
para pendiri Masjid Jami’ Blitar?”. Tentu saja, hal tersebut harus terus
saja digali terus oleh para kaum muda yang nantinya bisa digunakan sebagai arah
kebijakan dalam mengembangkan peradaban Islam Nusantara yang telah
diperjuangkan oleh para sesepuh masa lalu.
Perlu
diketahui, bahwa dari segi silsilah nasab ke atas, Mbah Kyai Imam Burhan (Penghulu
Blitar ke-VII) merupakan trah keturunan dari Sunan Tembayat (Sayyid
Hasan Nawawi/ Sunan Pandanaran II) sekaligus trah Sunan Ampel (Raden
Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) Surabaya, jalur Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim
(Eyang Kasiman) dari istri ke-3. Berikut merupakan silsilah nasab Mbah Kyai
Imam Burhan:
1. Sunan
Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Dewi Karimah binti Ki Ageng
Kembang Kuning Surabaya, berputra;
2. Pangeran
Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra:
3. Sunan
Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Jaka Supang/ Jaka Pameling/ Pangeran Mangkubumi/
Ki Ageng Padang Aran II/ Raden Wahyu Widayat/ Empu Windu Jati/ Pangeran
Pamungkas/ Sunan Pamungkas/ Sunan Gunung Jabalkat) + Nyai Kaliwungu binti
Bathoro Kathong, berputra:
4. Raden
Panembahan Djiwo (Sayyid Raden Ishaq) Ing Tembayat, berputra:
5. Panembahan
Minang Kabul Ing Tembayat, berputra:
6. Pangeran
Ragil Kuning, Wonokerto, Ponorogo, berputra:
7. Pangeran
Wongsodriyo, berputra:
8. Mbah
Kyai Raden Nojo/Noyo Semanding, berputra:
9. Mbah
Kyai Raden Donopuro (guru dari Kyai Ageng Muhammad Besari/ Kasan Besari I
Ponorogo), berputra:
10. Mbah
Kyai Raden Taklim (penghulu Srengat), berputra:
11. Mbah
Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman)+ Istri Ketiga, makam di Puncak Gunung
Pegat Srengat dekat dengan Ndoro Tedjo, berputra:
12. Mbah
Kyai Raden Imam Mustari (yang makamnya berada di Pemakaman Keluarga desa
Tanjungsari, barat Pasar Hewan Dimoro, sebelah Selatan Makam Eyang Sri Tanjung/
Pendiri desa Tanjungsari-Blitar), berputra:
13. Mbah
Kyai Raden Imam Burhan Penghulu Blitar ke-VII (makamnya berada di barat Masjid
Agung Kota Blitar dan “Pandopo Pangulon” Kota Blitar).
Silsilah
nasab tersebut diadopsi dari berbagai sumber dengan pengurutan generasi ke
generasi seperlunya, di antaranya dari: (1) Lembaran Silsilah “Keluarga Kyai
Raden Muhammad Qosim/ Eyang Kasiman” yang tersimpan di Yayasan Kyai Raden
Muhammad Kasiman sebelah Utara Masjid Agung Kota Blitar; (2) Buku berjudul “Silsilah
Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini” karya Abu Naufal
bin Tamam At-Thahir; (3) Buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV: Mengungkap
Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu Linawati dan disusun oleh Mas
Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (4) Buku berjudul “Silsilah Nasab
Kyai Soeroredjo Kauman Blitar” karya Arif Muzayin Shofwan dan Putu Ari
Sudana; (5) Lembaran kisah berjudul “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asror
Pakisrejo, Srengat” yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1984; (7) Buku
berjudul “Napak Tilas Jejak-jejak Kaki Wong Blitar dari Masa ke Masa”
karya Den B.I. Mardiono Gudel dan diedit oleh BAPEDDA Kota Blitar.
Oya,
di dalam judul tulisan ini saya menuliskan istilah “PENDOPO PENGULON”
yang artinya adalah pendapa tempat para penghulu atau ahli agama Islam dari
generasi ke generasi mulai dari Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang
Kasiman) yang makamnya berada di Puncak Gunung Pegat Srengat berdekatan
dengan Eyang Ndoro Tedjo, hingga ke generasi penghulu berikutnya sampai
Mbah Kyai Raden Imam Burhan dan seterusnya. Maka dari itu, bila kita mau
berfikir, dari “Pendopo Pengulon” (yakni; pendapa tempat para ahli agama)
itulah diakui atau tidak, merupakan lanjutan atau terusan dari sebuah lembaga
yang saat ini disebut Kementerian Agama (Kemenag).
Cukup
ini dulu catatan harian (cahar) saya hari ini. Teriring doa, mudah-mudahan
ritual saya berziarah ke makam Mbah Kyai Raden Imam Burhan (Penghulu
Blitar ke-VII) dan makam para sesepuh yang berada di barat “Masjid Agung” Kota
Blitar tersebut diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga Tuhan Yang Maha
Penyayang selalu memberikan kasih sayang-Nya kepada saya, keluarga, tetangga,
sahabat, dan semua yang berhubungan dengan saya. Semoga Tuhan Yang Maha Pemberi
Rizki selalu meluaskan rizki kepada saya, keluarga, sahabat, tetangga, kerabat,
dan semacamnya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni
dosa-dosa yang saya sengaja, maupun dosa-dosa yang tidak saya sengaja. Semoga
demikian adanya. Amiin.
“If
you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Pendopo Pangulon di Utara Masjid Agung Kota Blitar dilihat dari dekat (Dokumentasi, 2017) |
Terpampang di "Pendopo Pengulon" di Utara Masjid Agung Kota Blitar tertuliskan trah keturunan Mbah Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman) dari istri ke-3. (Dokumentasi, 2017) |
Salah satu papan nama Yayasan Ky. R. Moh. Kasiman (Penghulu Srengat/Blitar Pertama dan cikal-bakal Masjid Agung Kota Blitar) berada di Utara Masjid Agung Kota Blitar (Dokumentasi, 2017). |
Salah satu Makam Tokoh yang juga cikal-bakal Masjid Agung Kota Blitar berada di Barat Masjid tersebut (Dokumentasi, 2017). |
Cungkup Makam Mbah Kyai Raden Imam burhan yang berada di barat Masjid Agung Kota Blitar dan di barat Pendopo Pangulon Kota Blitar (Dokumentasi, 2017) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing,
maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam
bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh
Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
(karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh
yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar