Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Menulislah, siapa tahu bermanfaat bagi yang
membutuhkan.”
(Anonim)
Hari
Minggu, 5 Maret 2017, saya bersama Keluarga Besar Midasapa Jaya dan Sebagian
Pengurus Muslimat Nahdlatul Ulama Ranting Sekardangan berziarah ke Makam Sayyid
Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani di Talango, Sumenep, Jawa Timur. Untuk menuju
ke makam tokoh tersebut, kami semua harus melewati laut dengan naik perahu
bersama rombongan. Empat mobil rombongan yang kami pakai pun juga ikut dalam
perahu tersebut. Letak dari Asta/Makam Sayyid Yusuf berada di Pulau Talango
atau nama lainnya "Pulau Poteran". Secara administratif letaknya berada di Desa
Padike, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Pulau Talango
sendiri berada di sebelah tenggara kota Sumenep dan untuk menyebrang pulau
tersebut, harus menggunakkan alat transportasi laut.
Disebutkan
dalam http://www.kektape.com, bahwa Asta/Makam
Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani merupakan sebuah makam yang
diyakini milik dari seorang ulama yang memiliki karomah luar biasa. Pada
mulanya, kisah tempat ini bermula dari rombongan Sri Sultan Abdurrahman
Pangkutaningrat berangkat dari keraton menuju Pulau Bali untuk menyebarkan
agama Islam. Namun, tengah malam saat mereka bermalam di sekitar Kalianget, Sri
Sultan Abdurrahman melihat cahaya terang yang tampak jatuh dari langit menuju
sebelah timur kalianget, tepatnya di kawasan Pulau Talango. Karena penasaran,
usai solat subuh, beliau memerintahkan untuk mengubah jalur menuju Pulau
Talango. Setelah memasuki hutan, mereka menemukan makam baru dan saat Sri
Sultan Abdurrahman mengucap salam, terdengar jawaban dari sang penghuni kubur.
Lanjut
dalm situs tersebut bahwa kemudian, Sri Sultan Abdurrahman bermunajat kepada
Allah dan tak lama jatuhlah daun yang bertuliskan Hadza Maulana Sayyid Yusuf
Bin Ali Bin Abdullah Al Hasani. Akhirnya makam tersebut diberikan batu
nisan serta dibangunkan cungkup atau pendopo. Anehnya, makam malah berpindah ke
sebelah timur seperti menandakan tak ingin diberi cungkup agar lebih terbuka
dengan alam. Dan Setahun kemudian, Sri Sultan Abdurrahman kembali untuk
membangun pendopo bagi para peziarah dan membangun masjid jamik. Selain itu,
ada kisah yang mengatakan bahwa pohon yang berada di dekat Asta/Makam Sayyid
Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani tersebut merupakan tongkat yang
ditancapkan oleh Sri Sultan Abdurrahman. Catatan: Dari kisah tersebut
tampak jelas bahwa ada hubungan spesial antara para tokoh yang dimakamkan di
Asta/Makam Tinggi Sumenep, bil khusus Sri Sultan Abdurrahman dengan Sayyid
Yusuf di Talango, Sumenep.
Dalam
https://ensiklopedimadura.wordpress.com,
yang ditulis oleh Lailul Mufida disebutkan bahwa Bhindereh Saod (yakni:
Tumenggung Tirto Negoro/ Bindoro Saod) yang dimakamkan di Asta/Makam Tinggi
Sumenep sendiri adalah keturunan dari Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah
Al-Hasani (Talango). Dengan demikian, dalam hal ini, apabila Tumenggung Tirto
Negoro (Bindoro Saod atau Bhindareh Saod) sendiri juga masih trah keturunan
dari Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi bin Maulana Hamzah bin Rahmatullah/
Sunan Ampel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pertemuan jaring laba-laba yang
saling berkaitan dengan pertemuan nasab Tembayat dan Sayyid Yusuf Bin Ali Bin
Abdullah Al-Hasani yang lumayan banyak jaraknya tersebut. (Catatan: Dan
ini sebetulnya yang ingin saya kupas dan harus saya pelajari selanjutnya. Sebab
dua bulan sebelum saya ke tempat Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani ini,
saya telah mendapat firasat bahwa ada banyak trah Sunan Tembayat di areal
Asta/Makam Sayyid Yusuf bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani di Talango, Sumenep,
Madura) dan juga di Asta Tinggi tersebut.
Dalam
batin saya tersirat begini: “Mungkin hal tersebut di atas akan terasa lebih
jelas dan lebih mantap bila saya bertanya kepada Nyai Raden Ayu Linawati
Djojodiningrat Solo, Jateng. Atau setidaknya, saya telah membaca buku berjudul ‘BABAD
SUNAN TEMBAYAT TAHUN 1441 SAKA’ sebesar 700 halaman yang dimiliki oleh Nyai
Lina tersebut”. Akhir kata, mungkin hanya sampai disini dulu catatan harian
(cahar) dari saya. Ada kurang dan lebihnya saya minta maaf yang
sebesar-besarnya. Mudah-mudahan Keluarga Besar Midasapa Jaya Sekardangan selalu
mendapat rahmat atau kasih sayang Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan semoga Midasapa
Jaya Sekardangan semakin bertambah maju, baik lahir, batin, selalu optimis
sepanjang zaman. Tak lupa, mudah-mudahan pula Muslimat Ranting NU Sekardangan
selalu dapat menebar kebahagiaan dan kedamaian kepada masyarakat Sekardangan
dan sekitarnya. Amiiin.
“If you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Saya berfoto di samping Asta/Makam Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani di Talango, Sumenep, Madura. (Dokumentasi, 2017) |
Tulisan yang terpampang di Gapura Makam/Asta Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani di Talango, Sumenep, Madura. (Dokumentasi, 2017) |
Foto suasana alam yang sejuk dan nyaman untuk "tafakur" (meditasi) di Asta/Makam Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani di Talango, Sumenep, Madura (Dokumentasi, 2017). |
Mbah Haji Abdul Fatah bersama Keluarga Midasapa Jaya di Areal Makam/Asta Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani di Talango, Sumenep, Madura (Dokumentasi, 2017). |
Beberapa makam yang ada di Areal Asta/Makam Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani di Talango, Sumenep, Madura (Dokumentasi, 2017). |
Udara yang sejuk berhubungan dengan pohon-pohon yang besar di areal Asta/Makam Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani di Talango, Sumenep, Madura (Dokumentasi, 2017). |
Sri Sultan Abdurrahman yang diakui sebagai salah satu penemu Asta/Makam Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani di Talango, Sumenep, Madura (Dokumentasi, 2017). |
Untuk mengenag jasa tokoh, maka nama "SAYYID YUSUF" dijadikan sebagai nama sekolah MTs dan SMA Sayyid Yusuf di Talango, Sumenep, Jawa Timur (Dokumentasi, 2017). |
Salah satu batu nisan atau maesan di Areal Makam/Asta Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al-Hasani yang sempat saya potret (Dokumentasi, 2017). |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing,
maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam
bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh
Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
(karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh
yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar