Kamis, 09 Maret 2017

KELUARGA BESAR MIDASAPA JAYA BERZIARAH KE MAKAM ENGKONG BONG SWIE HOO, SURABAYA, JAWA TIMUR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 “Menulislah, siapa tahu bermanfaat bagi yang membutuhkan.”
(Anonim)

Minggu, 5 Maret 2017, kira-kira pukul 09.00 WIB, saya dan Keluarga Besar Midasapa Jaya dan Sebagian Pengurus Muslimat NU Sekardangan berziarah ke makam Engkong Bong Swie Hoo. Perlu diketahui bahwa Engkong Bong Swie Hoo merupakan nama Chinese dari Raden Rahmatullah (Sunan Ampel) Surabaya. Istilah “Engkong” biasa dipakai orang China yang memiliki arti “Embah” atau “Eyang”. Jadi, dengan menyebut “Engkong Bong Swie Hoo” sama dengan menyebut “Mbah Bong Swie Hoo” atau “Eyang Bong Swie Hoo”. Dikisahkan bahwa Raden Rahmatullah alias Engkong Bong Swie Hoo lahir pada tahun 1401 Masehi di Champa (Kamboja). Beliau tiba di Jawa pada tahun 1443 Masehi. Dan pada tahun 1479, beliau bersama Walisongo mendirikan Masjid Demak serta merencanakan berdirinya kerajaan Islam pertama yang beribu kota di Bintoro Demak dengan mengangkat Raden Fatah/ Raden Hasan alias Chen Jinwen atau Pangeran Tan Jin Bun sebagai sultan/raja pertama.

Salah satu versi menyatakan bahwa ayah dari Engkong Bong Swie Hoo (Sunan Ampel) bernama Syaikh Maulana Malik Ibrahim/ Engkong Bong Tak Keng (menantu Sultan Champa dan ipar dari Dewi Dwarawati) yang akhirnya disebut Sunan Gresik. Namun diperjelas dalam versi lain bahwa Engkong Bong Tak Keng (Syaikh Maulana Malik Ibrahim) adalah kakek Engkong Bong Swie Hoo (Sunan Ampel), bukan ayahnya. Sedangkan ayah beliau adalah Syaikh Ibrahim Asmaraqandi di Gisik Harjo. Tersebut dalam catatan Kronik Cina di Kelenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel memang dikenal dengan sebutan Bong Swie Hoo. Beliau adalah cucu (yah; cucu bukan anak lho) dari Engkong Bong Tak Keng (Syaikh Maulana Malik Ibrahim), seorang Tionghoa, suku Hui beragama Islam madzhab Hanafi, yang ditugaskan sebagai pimpinan komunitas China di Champa oleh Sam Po Bo. Engkong Bong Swie Hoo memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari pihak ibundanya. Sedangkan leluhur ayah dari Engkong Bong Swie Hoo (Sunan Ampel) merupakan trah Para Haba’ib keturunan langsung dari Sayyid Ahmad Al-Muhajir Hadramaut. Dengan demikian Engkong Bong Swie Hoo (Sunan Ampel) dari pihak ayah termasuk keluarga besar Saadah Ba Alawi (Alawiyyah).

Adapun istri dan putra-putri dari Engkong Bong Swie Hoo (Sunan Ampel/ Raden Rahmatullah) dapat disebutkan dalam artikel ini, antara lain:

1.    Istri pertama bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, berputra:
1)   Raden Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang/ Engkong Bong Ang)
2)   Raden Syarifuddin/ Raden Qasim (Sunan Drajat)
3)   Siti Syarifah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran, yakni istri dari Sunan Kudus
4)   Siti Mut’mainah
5)   Siti Hafsah

2.    Istri kedua bernama Dewi Karimah binti Ki Ageng Kembang Kuning Surabaya, berputra:
1)   Dewi Murtasiyah, yakni istri dari Sunan Giri
2)   Dewi Murtasimah/ Dewi Asyiqah, yakni istri Raden Fatah/ Raden Hasan (Pangeran Tan Jin Bun Sultan Demak Bintoro)
3)   Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
4)   Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
5)   Raden Maulana Hamzah (Pangeran Tumapel), merupakan ayah dari Raden Hasan Nawawi (Sunan Tembayat/ Sunan Pandanaran II) Klaten, Jawa Tengah dan Sayyid Kalkum Wotgaleh Ing Ponorogo alias Panembahan Agung/ Adipati Ponorogo II (anak angkat Bathoro Kathong bin Brawijaya V/ Sunan Kathong/ Adipati Ponorogo I).
6)   Raden Fakih (Sunan Ampel II)

Salah satu wejangan dari Engkong Bong Swie Hoo (Sunan Ampel/ Raden Rahmatullah) dalam “Kitab Primbon Attasadhur Adammakna” yakni sebuah kitab yang menerangkan cara-cara laku spiritual yang dihimpun oleh RW. Soembogo, dan diterbitkan oleh Kraton Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat, yang ditujukan kepada anak cucunya dan para santrinya yang sedang melakukan perjalanan spiritual, di antaranya:

1.     Turua yen arep nepsu! (Apabila muncul nafsu keinginan hendaknya ditidurkan)
2.     Nepsua yen arep perang! (Apabila akan melakukan perang melawan hawa nafsu hendaknya nafsu tersebut dikerahkan semua)
3.     Peranga yen arep mangan! (Apabila muncul keinginan untuk makan hendaknya diperangi)
4.     Mangana yen arep lumaku! (Apabila akan bepergian hendaknya makan secukupnya terlebih dahulu)
5.     Lumakua yen arep turu! (Apabila muncul rasa kantuk hendaknya segera dipakai untuk berjalan-jalan).

Adapaun ajaran falsafah dari Engkong Bong Swie Hoo (Sunan Ampel/ Raden Rahmatullah) lainnya yang terkenal adalah “Falsafah Molimo” yakni “Moh” (tidak mau), “Limo” adalah lima hal yang harus dihindari, antara lain:

1.    Moh Mabuk, yakni tidak mau minum-minuman keras yang memabukkan.
2.    Moh Main, yakni tidak mau melakukan permainan yang berupa taruhan, judi dan semacamnya.
3.    Moh Madon, yakni tidak melakukan zina dan sejenisnya.
4.    Moh Madat, yakni tidak mau menggunakan candu, narkoba dan semacamnya.
5.    Moh Maling, yakni tidak mau mencuri, merampok, korupsi dan semacamnya.

Ah, mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini, sebagai kenangan pernah berziarah ke makam Engkong Bong Swie Hoo (Sunan Ampel/ Raden Rahmatullah) Surabaya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati kita semua. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan niat baik dari rombongan Keluarga Besar Midasapa Jaya dan Sebagian Pengurus Muslimat Nahdlatul Ulama Sekardangan yang baru saja berziarah ke makam Engkong Bong Swie Hoo (Sunan Ampel/ Raden Rahmatullah) di barat Masjid Ampel Surabaya selalu mendapat berkah melimpah dari Tuhan Penguasa Alam semesta. Amin, amin, amin. Yaa Rabbal Alamiin. Semoga demikian adanya.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Makam Engkong Bong Swie Hoo (Raden Rahmatullah/ Sunan Ampel) Surabaya
 
Gapura Makam Engkong Bong Swie Hoo (Raden Rahmatullah/ Sunan Ampel) Surabaya
Makam Engkong Bong Swie Hoo (Raden Rahmatullah/ Sunan Ampel) dan Nyai Condrowati binti Arya Tejo, istri pertama beliau.


Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean” (karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar