Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Menulislah, siapa tahu bermanfaat bagi yang
membutuhkan.”
(Anonim)
Jumat di malam hari, 3 Maret 2017, kira-kira pukul 22.00 WIB, saya bersama Keluarga
Besar Midasapa Jaya dan Sebagian Pengurus Muslimat NU Sekardangan berziarah ke
makam Syaikh Abu Hasan atau Mbah Abu Hasan Kuningan, Kanigoro,
Blitar. Tampak di gerbang makam di Selatan masjid Nurul Huda terdapat tulisan
makam “Syaikh Abu Hasan” Kuningan. Perlu diketahui bahwa Mbah Abu Hasan
merupakan ulama yang konon masih “NAK NDULUR” dengan Syaikh Abu
Syamsuddin (Syaikh Su’adi) Batu Ampar, Sampang, Madura. Hingga saat ini, saya
belum paham apakah arti istilah “NAK NDULUR” tersebut; apakah saudara
kandung; ataukah saudara sesupuan atau misanan; ataukah saudara ipar; hingga
saat ini saya kurang begitu tahu arti istilah tersebut. Ataukah istilah “NAK
NDULUR” itu berarti masih sanak saudara/ sanak sedulur, saya juga kurang begitu
memahami.
Banyak
info dari para kyai sepuh di Blitar bahwa Syaikh Abu Hasan Kuningan, Kanigoro,
Blitar, Jatim itu masih “NAK NDULUR” dengan Syaikh Abu Syamsuddin Batu
Ampar, Sampang, Madura. Bahkan Syaikh Abu Hasan Kuningan dalam urutan “NAK
NDULUR” dipandang lebih tua daripada Syaikh Abu Syamsuddin Batu Ampar,
Sampang, Madura. Dulu yang mengatakan seperti itu di antaranya; Mbah Kyai Ali
Amir dan Mbah Kyai Ali Yasin (keduanya adalah Pengasuh Pondok Pesantren
Darussalam Gaprang, Kanigoro, Blitar dan merupakan trah keturunan Syaikh Abu
Hasan Kuningan); Mbah Kyai Muhtar Fauzi, Mbah Kyai Nasruddin, dan Mbah Kyai
Imam Mahdi (ketiganya adalah Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda
Sekardangan, Kanigoro, Blitar); dan Mbah Kyai Zainuddin Sekardangan (menantu
dari Mbah Kyai Ridwan Pondok Karangsono, Kanigoro, Blitar).
Saya
pernah berpetualang ingin menelusuri silsilah nasab Syaikh Abu Hasan Kuningan-Blitar
yang katanya masih “NAK NDULUR” dengan Syaikh Abu Syamsuddin Batu Ampar,
Sampang, Madura tersebut. Konon yang punya silsilahnya adalah Mbah Kyai Ali
Amir Gaprang. Namun ketika saya cari ke rumah Mbah Kyai Ali Amir Gaprang,
silsilah yang dimaksud sudah tidak ada lagi. Oya, malah dalam pertemuan
tersebut Mbah Kyai Ali Amir mengatakan bahwa Syaikh Abu Hasan Kuningan dulu
pernah memiliki serban yang konon bertuliskan Al-Qur’an 30 juz. Namun ketika
saya tanyakan di mana serban milik Syaikh Abu Hasan tersebut sekarang berada,
Mbah Kyai Ali Amir mengatakan bahwa beliau juga tidak tahu. Dalam batin saya,
waduh mencari silsilah nasabnya saja belum ketemu kok ditambah lagi cerita
tentang serban yang bertuliskan Al-Qur’an 30 juz, dan ketika saya tanyakan tentang
serban itu juga entah di mana tempatnya.
Oya,
Syaikh Abu Hasan Kuningan sendiri memiliki cucu yang bernama Syaikh Muhammad
Sholeh Al-Kuningani yang terkenal sebagai pengarang “Kitab Nata’ijul
Afkar”, yakni sebuah kitab yang menjelaskan tentang ilmu tauhid kepada
Allah Swt. Saya pernah mengaji kitab tersebut selama empat tahun kepada Mbah
Kyai Daiman (Utara Pasar Tlogo, Kanigoro, Blitar). Hingga saat ini, kitab karya
Syaikh Muhammad Sholeh Al-Kuningani tersebut masih diajarkan oleh Mbah Kyai
Muhammadun (Mbah Kyai Madun) di Sukorejo, Blitar. Mbah Kyai Munir Kuningan yang
termasuk cucu dari Syaikh Muhammad Sholeh Al-Kuningani, juga ikut halaqah
(diskusi) Kitab Nata’ijul Afkar tersebut di majelis pengajian Mbah Kyai
Muhammadun Sukorejo-Blitar. Yah, memang tidak banyak yang mau ikut diskusi ilmu
tauhid. Padahal hal itu penting sekali: “Awwalu Wajibin Alal Insani,
Makrifatul Ilahi Bistiqani” artinya kewajiban pertama bagi manusia adalah
mengetahui Allah dengan yakin.
Dalam
http://inilahblitar.blogspot.co.id.,
yang diposkan oleh Yanu Aribowo disebutkan bahwa Syaikh Abu Hasan Kuningan merupakan
tokoh kharismatik yang memiliki jasa besar mengembangkan Islam. Yakni berjasa
dia mendirikan Pondok Pesantren Nurul Huda, desa Kuningan, kecamatan Kanigoro, kabupaten
Blitar, yakni sebuah pondok pesantren tertua di Blitar Raya, yang didirikan
pada 1830 silam. Haul Akbar Syaikh Abu Hasan Kuningan yang digelar setiap 11
Muharram, dengan jamaah yang berasal dari Blitar, Malang, Jombang, hingga Jogjakarta.
Di lokasi itu, selain kyai asal Jogjakarta, ini juga ada makam Nyai Buriyah,
sang istri serta anak cucunya. Sebagai tokoh Islam pada pertengahan 1800-an,
Syaikh Abu Hasan Kuningan menurunkan beberapa tokoh-tokoh Islam yang tersebar di
berbagai daerah. Antara lain cucu beliau adalah: KH. Sholeh (Blitar), KH. Abu
Mahsyar (Blitar), KH. Mukarom (Kediri), KH. Hamam (Blitar), KH. Mansyur
(Blitar), KH. Imam Royan (Blitar), KH. Umar (Blitar), dan KH. Zahid (Blitar).
Mungkin ini
saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa
selalu memberkati kita semua. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu
mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu
mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini.
Mudah-mudahan niat baik dari rombongan Keluarga Besar Midasapa Jaya dan
Sebagian Pengurus Muslimat Nahdlatul Ulama Sekardangan yang baru saja berziarah
ke makam Syaikh Abu Hasan Kuningan selalu mendapat berkah yang melimpah dari
Tuhan Penguasa Alam semesta. Amin, amin, amin. Yaa Rabbal Alamiin. Semoga
demikian adanya.
“If you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Makam Syaikh Abu Hasan Kuningan (Sumber: www.inilahblitar.blogspot.com) |
Pondok Pampang Nurul Huda peninggalan Syaikh Abu Hasan Kuningan (Sumber: www.inilahblitar.blogsot.com) |
Pondok Pampang Nurul Huda peninggalan Syaikh Abu Hasan Kuningan (Sumber: www.inilahblitar.blogspot.com) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing,
maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam
bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh
Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
(karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh
yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
assalamu alaikum, baru2 ini kami segenap takmir dan dinas tabayyun kepada keluarga Batu Ampar Madura ternyata tidak ada silsilah sama sekali antara beliau syaikh AbU Hasan dan Abu syamsuddin batu ampar.
BalasHapusMohon maaf sekedar meluruskan sejarah,bahwa almaghfurlah KH.ABU MAHSYAR BIN ABU MANSUR adalah putra kedua dari mbah KYAI ABU MANSUR,berdomisili di kelurahan sanan wetan kota Blitar tepatnya perempatan jl.madura kuningan ke utara,utara masjid baiturrohman sanan wetan,beliau punya istri dua.istri pertama bernama ibu nyai ROBINGAH yg berputra 8 orang yaitu :
BalasHapus1.MBAH KH.ABDURROHMAN.SUMBER,SANAN KULON
2.MBAH KH.NUR HASYIM SANAN WETAN
3.MBAH DJUWARIYAH GAPRANG
4 MBAH ABU AMAR KUNINGAN
5 MBAH MUDHOFAR SANAN WETAN
6 MBAH MAFTUHAH PLOSO KEDIRI
7 MBAH MUSTORIHAH SUKOREJO BLITAR
8 MBAH ABU BAKAR SANAN WETAN
9 MBAH DEWI WURYAN GAPRANG.
Putri yg ke 9 adalah putri dari istri ke 2 mbah KH.ABU MAHSYAR yg berdomisili di sumber diren garum dan dimakamkan di pondok kuningan cungkup paling utara.
Istri ke dua mbah kh.abu mahsyar bernama mbah nyai AMINAH.keterangan dari anas
BalasHapus