Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Menulislah, siapa tahu bermanfaat bagi yang
membutuhkan.”
(Anonim)
Mbah
Kyai. M. Mubasyir Mundzir adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Ma’unah Sari, Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur. Pada tahun
1970-an di Kediri ada tiga tokoh yang berjuang bersama-sama dalam hal spiritual
Islami yang juga disebut sebagai “Tiga Serangkai”, artinya tiga tokoh
yang memiliki banyak persamaan ide dan pandangan. Tiga serangkai tersebut
antara lain: (1) Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir yang pada mudanya biasa
disapa “Gus Mundzir”, yang nantinya memilih mendirikan pesantren
tahfidzul Qur’an sebagai lahan perjuangannya; (1) Mbah Kyai Abdul Madjid Ma’roef
yang nantinya mendirikan tharikah/amaliyah “Shalawat Wahidiyyah” sebagai
lahan perjuangannya; (3) Mbah Kyai Hamim Jazuli yang masa mudanya biasa
disapa “Gus Mik”, yang nantinya mendirikan JANTIKO MANTAB dan Dzikrul
Ghofilin sebagai lahan perjuangannya.
Dalam
tulisan ini, saya tidak akan mengkaji berbagai hal tentang keistimewaan atau
yang lazim disebut “karomah” pada diri Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir. Sebab
sudah banyak artikel yang mengkaji masalah tersebut di internet. Saya di sini,
ingin menulis nasab silsilah Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir yang ke atasnya
masih berkaitan dengan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) dan Sunan
Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) Surabaya. Berikut silsilah
nasab Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir ke atasnya:
1. Sunan
Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Nyai Karimah binti Ki Ageng
Kembang Kuning, berputra;
2. Pangeran
Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra;
3. Sunan
Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Sunan Pandanaran II), berputra;
4. Sayyid
Hanafi Musa, berputra;
5. Sayyid
Abdul Malik Karim, berputra;
6. Sayyid
Zainuddin, berputra;
7. Sayyid
Abu Bakar, berputra;
8. Sayyid
Abdillah, berputra;
9. Sayyid
Sulaiman Washil, berputra;
10. Sayyid
Abdul Qadir, berputra;
11. Sayyid
Abdurrahman, berputra;
12. Sayyid
Nur Hasyim, berputra;
13. Sayyid
Nur Miyat, berputra;
14. Syaikh
Karimun (Bagor, Nganjuk), berputra;
15. Nyai
Suminah (Mangunsari, Nganjuk), berputra;
16. Nyai
Musyrifah (istri Syaikh KH. M. Imam Bakri), berputra;
17. Mbah
Kyai M. Mubasyir Mundzir, Bandar Kidul, Kediri, Jatim.
Silsilah
nasab Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir tersebut diambil dan digali dari berbagai
kitab/buku berikut seperlunya, antara lain: (1) Buku berjudul “Silsilah
Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar: Dari Sunan Tembayat Hingga Rasulullah”
yang disusun oleh Arif Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana; (2) Silsilah Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) ke atas hingga Sunan Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) plus Rasulullah SAW jug telah diramu dari buku
berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV: Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah”
karya Raden Ayu Linawati dan disusun oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa
Tengah; (3) Dan berbagai buku biografi tentang Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir yang
sempat penulis baca.
Mungkin ini
saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa
selalu memberkati kita semua. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi
semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni
kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan
Tuhan selalu memberikan kasih sayang dan ampunan tak terhingga kepada Mbah
Kyai M. Mubasyir Mundzir beserta ahli baitnya, sanak saudaranya,
tetangganya, dan semua manusia. Amin, amin, amin. Yaa Rabbal Alamiin. Semoga
demikian adanya. Wallohu’alam Bishowab.
Ilmu adalah
Warisan yang Luar Biasa
إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ
اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ
دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya
para ahli ilmu pengetahuan (ulama) adalah pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi
tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu mereka.
Maka barangsiapa mengambil warisan tersebut dia telah mengambil bagian yangg
banyak.”
“If you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an "Ma'unah Sari" Bandar Kidul, Kediri, Jatim. |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing,
maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam
bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh
Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
(karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh
yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar