Selasa, 14 Maret 2017

MENELUSURI SEKELUMIT JEJAK MBAH KYAI M. MUBASYIR MUNDZIR, BANDARKIDUL, KEDIRI, JAWA TIMUR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 “Menulislah, siapa tahu bermanfaat bagi yang membutuhkan.”
(Anonim)

Mbah Kyai. M. Mubasyir Mundzir adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Ma’unah Sari, Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur. Pada tahun 1970-an di Kediri ada tiga tokoh yang berjuang bersama-sama dalam hal spiritual Islami yang juga disebut sebagai “Tiga Serangkai”, artinya tiga tokoh yang memiliki banyak persamaan ide dan pandangan. Tiga serangkai tersebut antara lain: (1) Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir yang pada mudanya biasa disapa “Gus Mundzir”, yang nantinya memilih mendirikan pesantren tahfidzul Qur’an sebagai lahan perjuangannya; (1) Mbah Kyai Abdul Madjid Ma’roef yang nantinya mendirikan tharikah/amaliyah “Shalawat Wahidiyyah” sebagai lahan perjuangannya; (3) Mbah Kyai Hamim Jazuli yang masa mudanya biasa disapa “Gus Mik”, yang nantinya mendirikan JANTIKO MANTAB dan Dzikrul Ghofilin sebagai lahan perjuangannya.

Dalam tulisan ini, saya tidak akan mengkaji berbagai hal tentang keistimewaan atau yang lazim disebut “karomah” pada diri Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir. Sebab sudah banyak artikel yang mengkaji masalah tersebut di internet. Saya di sini, ingin menulis nasab silsilah Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir yang ke atasnya masih berkaitan dengan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) dan Sunan Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) Surabaya. Berikut silsilah nasab Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir ke atasnya:

1.    Sunan Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) + Nyai Karimah binti Ki Ageng Kembang Kuning, berputra;
2.    Pangeran Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah), berputra;
3.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi/ Sunan Pandanaran II), berputra;
4.    Sayyid Hanafi Musa, berputra;
5.    Sayyid Abdul Malik Karim, berputra;
6.    Sayyid Zainuddin, berputra;
7.    Sayyid Abu Bakar, berputra;
8.    Sayyid Abdillah, berputra;
9.    Sayyid Sulaiman Washil, berputra;
10. Sayyid Abdul Qadir, berputra;
11. Sayyid Abdurrahman, berputra;
12. Sayyid Nur Hasyim, berputra;
13. Sayyid Nur Miyat, berputra;
14. Syaikh Karimun (Bagor, Nganjuk), berputra;
15. Nyai Suminah (Mangunsari, Nganjuk), berputra;
16. Nyai Musyrifah (istri Syaikh KH. M. Imam Bakri), berputra;
17. Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir, Bandar Kidul, Kediri, Jatim.

Silsilah nasab Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir tersebut diambil dan digali dari berbagai kitab/buku berikut seperlunya, antara lain: (1) Buku berjudul “Silsilah Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar: Dari Sunan Tembayat Hingga Rasulullah” yang disusun oleh Arif Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana; (2) Silsilah Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) ke atas hingga Sunan Ampel (Raden Rahmatullah/ Haji Bong Swie Hoo) plus Rasulullah SAW jug telah diramu dari buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV: Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” karya Raden Ayu Linawati dan disusun oleh Mas Muhammad Shohir Izza Solo, Jawa Tengah; (3) Dan berbagai buku biografi tentang Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir yang sempat penulis baca.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati kita semua. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan Tuhan selalu memberikan kasih sayang dan ampunan tak terhingga kepada Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir beserta ahli baitnya, sanak saudaranya, tetangganya, dan semua manusia. Amin, amin, amin. Yaa Rabbal Alamiin. Semoga demikian adanya. Wallohu’alam Bishowab.

Ilmu adalah Warisan yang Luar Biasa

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para ahli ilmu pengetahuan (ulama) adalah pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu mereka. Maka barangsiapa mengambil warisan tersebut dia telah mengambil bagian yangg banyak.”

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”

(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Foto Mbah Kyai M. Mubasyir Mundzir, Bandar Kidul, Kediri, Jatim
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an "Ma'unah Sari" Bandar Kidul, Kediri, Jatim.

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean” (karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar