Oleh: Arif Muzayin
Shofwan
“Ini merupakan sebuah penelusuran Komunitas
BALITARA terhadap keutamaan ziarah kubur dari perkataan para waliyullah agung”.
(Shofwan, 2020)
Sudah
berulang kali Komunitas BALITARA Blitar melakukan ziarah ke makam para wali,
tokoh, kyai, guru, nenek moyang, dan lain sebagainya. Kini waktunya Komunitas
BALITARA menelusuri keutamaan ziarah kubur dari pernyataan para wali agung,
seperti: Syaikh Abdul Wahab As-Sya’roni, Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi, Sayyid
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, dan lainnya.
Dalam
buku berjudul “Para Sesepuh Tongkat Estafet Sunan Tembayat”, Arif
Muzayin Shofwan mengutip perkataan Syaikh Abdul Wahab As-Sya’roni dan Syaikh
Muhyiddin Ibnul Arobi dalam “Kitab Al-Yawakit” berikut: “Disunnahkan
berbuat baik kepada para nabi, dan mendoakan tambahnya derajat kepada mereka
disisi Allah supaya kita memperoleh ridha-Nya. Dan penting bagi orang-orang
mukmin untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya...”. Berbuat baik
kepada kedua orang tuanya yang telah meninggal salah satunya dengan cara
bersedekah diniatkan pahalanya untuk mereka, berdoa kebaikan kepadanya, dan
lainnya.
Kata
Sayyid Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad: “Orang-orang shalih itu apabila
meninggal dunia hanya hilang jasadnya, sebenarnya mereka masih ada, masih hidup
di alam kuburnya, sehingga ruhaniyah mereka masih tetap, bahkan bertambah mata
batin (bashirah) dan menghadapnya (tawajjuh-nya) kepada Tuhan. Dan kapan-kapan
ruh mereka menghadap (tawajjuh) kepada Allah, maka apabila mereka meminta
sesuatu kepada Allah pasti akan dikabulkan, sebab untuk memuliakan mereka”.
Ziarah
makam para waliyullah memberi pelajaran kepada kita bahwa para waliyullah
mencapai derajat tinggi disisi Allah bukan disebabkan banyaknya harta benda,
bukan pula karena kedudukannya di dunia. Namun mereka mencapai derajat tinggi
disisi-Nya hanya karena cinta mereka kepada Allah semata, bukan lainnya.
Masih dalam
buku di atas, Arif Muzayin Shofwan mengatakan: “Apabila kebetulan seseorang
yang kita ziarahi itu waliyullah, ulama, pejuang bangsa, pejuang agama, dan
orang-orang shalih, maka sangat terpuji bagi penziarah untuk mengenang perjuangan
mereka, kemudian memohon kepada Allah supaya kita dapat meneladani segala
kebajikan yang mereka lakukan selama masih hidup”.
Mungkin ini
saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu
memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih
selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun
selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini.
Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini selalu membawa
berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa
Rabbal Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.
“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat
bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo
rogo”
(Semoga dalam
situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni,
selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Gus Dhimas, Jeng Linda, Jeng Yuni, dan Gus Akil "BALITARA" sedang ziarah makam Mbah Djazuli Karangsari Kota Blitar (Dokumentasi Balitara, 2020) |
Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di
Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar,
Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates
dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki
hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai
kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia
sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh
agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan
rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar