Oleh: Arif Muzayin
Shofwan
“Ini merupakan catatan ketika Hari Raya Idul
Fitri, kemudian mendiskusikan kitab-kitab dan wejangan Pertapa Mahaguru Tan Tik
Sioe Sian”. (Shofwan, 2020)
Hari
Raya Idul Fitri tidak menyurutkan kami untuk tetap terus belajar. Hari Raya
kala ini, saya, Ki Kunthing, Ki Komeng berada di kediaman Mbah Agung Jalan Riau 35,
Sananwetan, Kota Blitar dalam rangka mendiskusikan kitab-kitab dan wejangan
Pertapa Mahaguru Tan Tik Sioe Sian. Ada dua kitab foto copian karya Mahaguru
Tan Tik Sioe Sian yang saat itu dimiliki oleh Mbah Agung. Pertapa Mahaguru Tan
Tik Sioe Sian atau yang kadang disebut dengan: Romo Moortie, Begawan Bunga
Cempaka Cina II, Pangeran Papak, dan sebutan lainnya.
Kata petikan-petikan Pertapa Mahaguru Tan Tik
Sioe Sian dalam “Kitab Hingsoon Olee-Olee” yang akhirnya saya singkat
dengan “KHO” saja (untuk bagian selanjutnya; Penulis) dinyatakan
sebagai berikut, antara lain:
1.
MENYEMBAH SATU TUHAN
“Wajiblah kita menyembah Yang Satu” (KHO, hal. 5).
“...Artinya Tuhan Allah terlalu murah welas-asih rahmat dan rahim, Robbbil Alamin”
(KHO, hal. 11).
2.
LARANGAN BELAJAR
ILMU SIHIR
“....Sang Guru berpesan, jangan ada mengandung ilmu
sihir, rapal-rapal, japa mantra-japa mantra. Ini ada jelek akhirnya, bisa
mencelakakan dirinya sendiri. Karena itu semua tidak termasuk golongan utama
dari lantarannya penuh bekakasan (makhluk
jahat) dalam badannya.” (KHO, hal. 13). “...Karenanya, ilmu sihir itu sesuatu
yang dipaksa semau-maunya melawan Allah! Dan iya! Teracap kali ilmu sihir itu
berdekatan dengan syetan-syetan, satu tempo bisa digoda syetan juga atau
rupa-rupa bekakasan (makhluk
jahat).... Sebab ilmu sihir itu pemberian dari syetan juga... Hal itu lantas
bisa menjadikan angkuh brutal....” (KHO, hal. 24).
3.
PENEGASAN BAGI
PENEMPUH SPIRITUAL
“... Janganlah kepingin membesarkan diri; atau
jangan ingin dipuji orang lain; atau ingin dikasih barang-barang orang lain
(tamak). Dan jangan ingin mempunyai banyak dicintai orang lain. Dan jangan suka
banyak bicara...” (KHO, hal. 24-25).
Selanjutnya, berikut ini merupakan kata-kata petikan
dari Mahaguru Tan Tik Sioe Sian yang dipetik dari buku berjudul “Kitab Soetjie
Ilmoe Woelang Hoetomo” yang nantinya saya singkat dengan “KSIWH”
saja (untuk bagian selanjutnya; Penulis). Inilah kata-kata petikan dari kitab
suci tersebut, antara lain:
1.
TIDAK BOLEH MEMAKSA
ORANG LAIN
“... Janganlah kamu memaksa bagi orang lain. Tetapi
ada yang paling perlu kamu paksa, yaitu hatimu sendiri saja...” (KSWIH, hal. 8)
2.
MAKNA MEMATIKAN RAGA
“Mematikan raga atau melenyapkan hawa nafsu serakah,
marah, juga melupakan keduniawian, atau segala pendengaran, penglihatan, dan
keinginan atau keheranan” (KSIWH, hal. 11)
3.
SYARAT BISA “NING”
DALAM SEMEDI
“Apabila seseorang orang belum bisa pasrah dirinya
pada TEKAD, IKHLAS, BERHATI BAJA, CEPAT dan KERAS di dalam langgeng pada dirinya,
maka belumlah dia nanti bisa mengerjakan di bagian NING.” (KSIWH, hal. 15)
4.
BOHONG BISA “NING”
LEBIH 25 MENIT
“Ada pula di waktu sedang semedi, Astaghfirullah
lebih-lebih lagi dari beratnya. Kita si bodah ini lancang berkata barangkali
bisa “NING” selama lebih dari 25 menit saja....” (KSIWH, hal. 18)
Mungkin ini
saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu
memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih
selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun
selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini.
Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini ketika, selalu membawa
berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa
Rabbal Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.
“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat
bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo
rogo”
(Semoga dalam
situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni,
selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Ki Kunting, Saya, dan Ki Komeng (Dokumentasi Mbak Titin, 2020) |
Ki Kunting, Saya, Ki Komeng, dan Mbah Agung (Dokumentasi Mbak Titin, 2020) |
Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di
Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar,
Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Tapel Wates
dengan sebutan “Ki Waskita” tersebut hingga kini masih tetap memiliki
hobi menulis dan membaca. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai
kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Begitu juga, membaca apa saja yang dia
sukai. Selain itu, dia juga suka berziarah ke berbagai makam para wali, tokoh
agung, kyai, syaikh, sunan, dan lain sebagainya. Pria penyuka wedang kopi dan
rokok tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar