Sabtu, 13 Juni 2020

KOMUNITAS BALITARA SOWAN KEPADA SESEPUH PENJAGA TRADISI JAWA GUNA NGANGSU KAWERUH


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Ini merupakan catatan ketika Komunitas BALITARA sowan kepada sesepuh penjaga tradisi Jawa untuk mendapatkan tambahan ilmu. Sebagai hal yang baik dan membawa banyak manfaat apabila para pemuda mau sowan ngangsu kaweruh kepada para sesepuh yang lebih tua”. (Shofwan, 2020)

Mungkin dawuh Sang Nabi SAW berikut tepat untuk kegiatan Komunitas BALITARA yang akan saya tulis ini. Sabda Sang Nabi: “Mencari ilmu itu mulai dari ayunan hingga ke liang lahat” (Al-Hadist); “Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina” (Al-Hadist); “Hormatilah orang yang lebih tua...” (Al-Hadist); “Berbuat baiklah kepada sesepuh-sesepuh kalian, maka anak-anak kalian akan berbuat baik kepada kalian” (Al-Hadist). Dan masih banyak lagi lainnya.

Guna merealisasikan sabda Sang Nabi di atas, Komunitas BALITARA melakukan sowan dan ngangsu kaweruh kepada dua sesepuh, yaitu: (1) Mbah Jawoto Prawiro, salah satu putra dari Mbah Wali Tugurejo Talun, Blitar; dan (2) Raden Ngabehi Naharin Tlogo, nama terakhir ini merupakan salah satu sesepuh penjaga tradisi Jawa, Trah dari para tokoh “Makam Kubur Dowo” Tlogo, Kanigoro, Blitar. Beliau juga merupakan MC Bahasa Jawa yang pernah bersekolah Pambiwara dari Kraton dan asli mendapatkan kekancingan gelar dari Keraton, sebagaimana mereka yang ikut dalam sekolah tersebut. Raden Ngabehi Naharin ini juga merupakan inisiator adanya “Kirab Budaya Jawa” di Makam Kubur Dowo Tlogo bersama masyarakat setempat.

Kegiatan Komunitas BALITARA semacam ini (yakni: sowan dan ngangsu kaweruh kepada para sesepuh) sudah tepat sebagai upaya menambah ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat di kehidupan kini dan mendatang. Ada sebuah ungkapan dalam Kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji: “Ta’allam Fa Innal Ilma Zainul Li Ahlihi, Wa Fadlun Wa Inwanun Li Kullil Mahamidi” artinya: “Belajarlah kalian ilmu pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan itu menjadi perhiasan bagi ahlinya, dan juga menjadi keutamaan dan penolong pada setiap hal-hal yang dipuji”. Sebab hanya dengan ilmulah kita kita bisa menjadi semakin baik, dan semakin baik.

Juga, kegiatan Komunitas BALITARA semacam ini sudah tepat, sesuai dawuh yang ada dalam Kitab Ta’limul Muta’allim lagi: “Wa Kun Mustafidan Kulla Yaumin Ziyadatan, Minal Ilmi Wasbah Fi Buhuuril Fawa’idi”, artinya: “Dan jadilah kalian seorang yang setiap hari bertambah ilmu pengetahuan, dan berenanglah kalian di dalam laut-laut faedah ilmu pengetahuan”. Tentu saja, dalam setiap hari sebaiknya memang bertambah ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai doa: “Robbi zidnii ilma, warzuqni fahma...” artinya “Ya Tuhan tambahkan padaku ilmu pengetahuan dan berilah kami rejeki berupa pemahaman...”.

Semoga ke depan Komunitas BALITARA bertambah semangat untuk mencari ilmu (ngangsu kaweruh). Selalu ngangsu kaweruh, ngangsu kaweruh, dan ngangsu kaweruh. Dalam bahasa Ki Ageng Brindil yang saya tangkap adalah demikian:  BALITARA bukanlah kasepuhan tempat untuk ‘nyepuhne ngelmu’, tetapi BALITARA adalah komunitas pembelajar yang ingin terus belajar, belajar dan belajar. BALITARA berisi insan-insan yang ingin belajar dan mempelajari disiplin ilmu apa saja. BALITARA bukanlah perguruan untuk mencari kesaktian, menjadi dukun paranormal atau semacamnya, namun BALITARA merupakan komunitas pembelajar”. Itulah yang dapat kami tangkap dari beragam pertemuan cangkrukan dan sarasehan di Komunitas BALITARA dari Ki Ageng Brindil.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini ketika, selalu membawa berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Komunitas BALITARA sowan dan ngangsu kaweruh kepada Mbah Jawoto Prawiro, putra Mbah Wali Tugurejo, Sragi, Talun, Blitar (Dokumentasi Balitara, 2020)
Komunitas BALITARA sowan dan ngangsu kaweruh kepada Raden Ngabehi Naharin, Tlogo, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi Balitara, 2020)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki Ageng Brindil dengan sebutan “Joko Lodang” tersebut hingga kini masih tetap memiliki hobi menulis. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis sesuai kreasi dan inspirasi yang diperolehnya.  Terkait sebutan Joko Lodang, penulis ini selalu ingat hasil karya pujangga terakhir Kraton Surakarta yang bernama Raden Ngabehi Ronggowarsito dan pernah menulis “Serat Joko Lodang”. Selain itu, dia juga selalu ingat bahwa Raden Ngabehi Ronggowarsito juga pernah menulis Serat Sabdojati, Serat Sabdotomo, Serat Hidayat Jati, dan lainnya. Sebutan “Joko Lodang” dalam kondisi penulis saat ini tentu saja bisa juga dimaknai pada sebuah keadaan seringnya waktu “lodang” (banyaknya waktu yang kosong dari segala hiruk-pikuknya kesibukan dunia) atau dapat dimaknai dengan makna yang lain. Pria penyuka wedang kopi tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar