Oleh: Arif Muzayin
Shofwan
“Ini merupakan catatan ketika Komunitas
BALITARA sowan kepada sesepuh penjaga tradisi Jawa untuk mendapatkan tambahan
ilmu. Sebagai hal yang baik dan membawa banyak manfaat apabila para pemuda mau
sowan ngangsu kaweruh kepada para sesepuh yang lebih tua”. (Shofwan, 2020)
Mungkin
dawuh Sang Nabi SAW berikut tepat untuk kegiatan Komunitas BALITARA yang akan
saya tulis ini. Sabda Sang Nabi: “Mencari ilmu itu mulai dari ayunan hingga
ke liang lahat” (Al-Hadist); “Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina”
(Al-Hadist); “Hormatilah orang yang lebih tua...” (Al-Hadist); “Berbuat
baiklah kepada sesepuh-sesepuh kalian, maka anak-anak kalian akan berbuat baik
kepada kalian” (Al-Hadist). Dan masih banyak lagi lainnya.
Guna
merealisasikan sabda Sang Nabi di atas, Komunitas BALITARA melakukan sowan dan ngangsu
kaweruh kepada dua sesepuh, yaitu: (1) Mbah Jawoto Prawiro, salah satu
putra dari Mbah Wali Tugurejo Talun, Blitar; dan (2) Raden Ngabehi Naharin Tlogo,
nama terakhir ini merupakan salah satu sesepuh penjaga tradisi Jawa, Trah dari
para tokoh “Makam Kubur Dowo” Tlogo, Kanigoro, Blitar. Beliau juga
merupakan MC Bahasa Jawa yang pernah bersekolah Pambiwara dari Kraton dan asli mendapatkan
kekancingan gelar dari Keraton, sebagaimana mereka yang ikut dalam sekolah
tersebut. Raden Ngabehi Naharin ini juga merupakan inisiator adanya “Kirab
Budaya Jawa” di Makam Kubur Dowo Tlogo bersama masyarakat setempat.
Kegiatan
Komunitas BALITARA semacam ini (yakni: sowan dan ngangsu kaweruh kepada para
sesepuh) sudah tepat sebagai upaya menambah ilmu pengetahuan yang akan
bermanfaat di kehidupan kini dan mendatang. Ada sebuah ungkapan dalam Kitab Ta’limul
Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji: “Ta’allam Fa Innal Ilma Zainul Li Ahlihi,
Wa Fadlun Wa Inwanun Li Kullil Mahamidi” artinya: “Belajarlah kalian
ilmu pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan itu menjadi perhiasan bagi ahlinya,
dan juga menjadi keutamaan dan penolong pada setiap hal-hal yang dipuji”.
Sebab hanya dengan ilmulah kita kita bisa menjadi semakin baik, dan semakin
baik.
Juga, kegiatan
Komunitas BALITARA semacam ini sudah tepat, sesuai dawuh yang ada dalam Kitab
Ta’limul Muta’allim lagi: “Wa Kun Mustafidan Kulla Yaumin Ziyadatan, Minal
Ilmi Wasbah Fi Buhuuril Fawa’idi”, artinya: “Dan jadilah kalian seorang
yang setiap hari bertambah ilmu pengetahuan, dan berenanglah kalian di dalam
laut-laut faedah ilmu pengetahuan”. Tentu saja, dalam setiap hari sebaiknya
memang bertambah ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai doa: “Robbi zidnii ilma,
warzuqni fahma...” artinya “Ya Tuhan tambahkan padaku ilmu pengetahuan
dan berilah kami rejeki berupa pemahaman...”.
Semoga
ke depan Komunitas BALITARA bertambah semangat untuk mencari ilmu (ngangsu
kaweruh). Selalu ngangsu kaweruh, ngangsu kaweruh, dan ngangsu kaweruh. Dalam
bahasa Ki Ageng Brindil yang saya tangkap adalah demikian: “BALITARA bukanlah kasepuhan tempat untuk ‘nyepuhne
ngelmu’, tetapi BALITARA adalah komunitas pembelajar yang ingin terus belajar,
belajar dan belajar. BALITARA berisi insan-insan yang ingin belajar dan mempelajari
disiplin ilmu apa saja. BALITARA bukanlah perguruan untuk mencari kesaktian,
menjadi dukun paranormal atau semacamnya, namun BALITARA merupakan komunitas
pembelajar”. Itulah yang dapat kami tangkap dari beragam pertemuan
cangkrukan dan sarasehan di Komunitas BALITARA dari Ki Ageng Brindil.
Mungkin ini
saja catatan harian (cahar) saya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu
memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih
selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun
selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini.
Mudah-mudahan kegiatan saya semuanya saja pada hari ini ketika, selalu membawa
berkah sepanjang zaman, di kehidupan dunia dan akhirat. Amin, amin, amin, Yaa
Rabbal Alamiin. Allohu Akbar. Walillahil Hamdu.
“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat
bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo
rogo”
(Semoga dalam
situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni,
selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
![]() |
Komunitas BALITARA sowan dan ngangsu kaweruh kepada Mbah Jawoto Prawiro, putra Mbah Wali Tugurejo, Sragi, Talun, Blitar (Dokumentasi Balitara, 2020) |
![]() |
Komunitas BALITARA sowan dan ngangsu kaweruh kepada Raden Ngabehi Naharin, Tlogo, Kanigoro, Blitar (Dokumentasi Balitara, 2020) |
Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang pria ini
beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan,
Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang pada tahun 2020 pernah disebut oleh Ki
Ageng Brindil dengan sebutan “Joko Lodang” tersebut hingga kini masih
tetap memiliki hobi menulis. Yakni, menulis apa saja yang dapat dia tulis
sesuai kreasi dan inspirasi yang diperolehnya. Terkait sebutan Joko Lodang, penulis ini
selalu ingat hasil karya pujangga terakhir Kraton Surakarta yang bernama Raden
Ngabehi Ronggowarsito dan pernah menulis “Serat Joko Lodang”. Selain itu, dia juga
selalu ingat bahwa Raden Ngabehi Ronggowarsito juga pernah menulis Serat
Sabdojati, Serat Sabdotomo, Serat Hidayat Jati, dan lainnya. Sebutan “Joko
Lodang” dalam kondisi penulis saat ini tentu saja bisa juga dimaknai pada
sebuah keadaan seringnya waktu “lodang” (banyaknya waktu yang kosong dari
segala hiruk-pikuknya kesibukan dunia) atau dapat dimaknai dengan makna yang
lain. Pria penyuka wedang kopi tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar