Kamis, 18 Oktober 2018

RISALAH DZIKIR HIFDZUL ANFAS WAL AUROD


RISALAH DZIKIR HIFDZUL ANFAS WAL AUROD
Dilengkapi dengan Sepercik Inti Wejangan Sunan Tembayat


Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.





Dikeluarkan oleh
PUSTAKA AGUNG SUNAN TEMBAYAT
Blitar - Jawa Timur

 

Judul Buku:
“Risalah Dzikir Hifdzul Anfas Wal Aurod Dilengkapi dengan Sepercik Inti Wejangan Sunan Tembayat”
Penulis
Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.

Penyunting: Muttaqin, M.Pd.I.
Penyelaras Akhir: Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I.
Pengusul: Mbah Jawoko Jatimalang

Untuk Kalangan Sendiri

Cetakan Pertama, 2016


Dikeluarkan oleh
PUSTAKA AGUNG SUNAN TEMBAYAT
Blitar - Jawa Timur

 

PENDAHULUAN

Segala puji hanya milik Allah sebagai penguasa alam semesta. Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, para ahli bait, sahabat, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa meneruskan perilaku yang baik dari para orang tua dan nenek moyang merupakan sebuah kebaikan serta dicatat sebagai bagian dari berbuat baik kepada mereka.

Buku yang berjudul “Risalah Dzikir Hifdzul Anfas Wal Aurod Dilengkapi dengan Sepercik Inti Wejangan Sunan Tembayat” ini merupakan catatan yang menerangkan berbagai wirid dari para guru (masyayikh) saya dan berisi inti wejangan dari Sunan Tembayat. Ada seorang kawan yang menginginkan agar amalan-amalan dzikir yang saya peroleh dari para guru saya supaya dibukukan. Hal tersebut dimaksudkan agar apa yang saya peroleh dari para guru (masyayikh) bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi mereka yang berminat mengamalkan buku risalah kecil ini. 

Saya menyusun tersebut dengan harapan agar semua yang berminat mengamalkan buku ini dapat melaksanakan dzikir penjaga nafas dan wirid-wirid yang lain sehingga mendapatkan ketenteraman dalam kehidupan. Terutama sekali dzikir penjaga nafas (dzikir hifdzul anfas) merupakan  sesuatu yang penting dalam meraih ketenteraman batin yang sesuai dengan firman Allah swt: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram/tenang.” (QS. Ar-Ra’du: 28).

Perlu diketahui pula bahwa buku ini lahir berawal dari patembayatan yang saya lakukan dengan kawan-kawan spiritual saya, terutama sekali Mbah Jawoko Jatimalang Blitar yang menginginkan catatan-catatan amalan dari guru-guru saya dibukukan. Kedua kalinya, buku ini lahir juga bermula dari patembayatan yang saya lakukan dengan sebagian trah keturunan Sunan Tembayat di Blitar Raya yang juga menginginkan catatan-catatan dari guru saya segera dibukukan.

Oleh karena hal di atas, maka saya sangat berharap mudah-mudahan buku risalah kecil ini bermanfaat bagi para penuntut ilmu dan spiritual khususnya di Patembayatan SUNAN TEMBAYAT Blitar, Jawa Timur, dan umumnya bagi mereka yang berminat. Mudah-mudahan “patembayatan” atau “pirukunan” yang telah diajarkan oleh Sunan Tembayat agar semua manusia dapat hidup damai tanpa membedakan perbedaan agama, budaya, ras, etnis, dan semacamnya selalu menyebar ke seluruh penjuru dunia. Amin.

Blitar, 31 Desember 2016
Al- Faqir Ilallah,

Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.

DAFTAR ISI

Judul Buku ~ 1
Pendahuluan ~ 3
Daftar Isi ~ 5
Bab Satu: Dzikir Hifdzul Anfas ~ 6
Bab Dua: Aurod Dari Para Masyayikh ~ 8
Bab Tiga: Inti Wejangan Sunan Tembayat ~ 12
Daftar Pustaka _ 14
Lampiran: Wejangan Sebagian Waliyullah untuk Penempuh Spiritual ~ 15
Tentang Penulis ~ 16


BAB SATU
DZIKIR HIFDZUL ANFAS

Tersebut dalam “Kitab Durratun Nashihin” halaman 260 bahwa sehari semalam itu ada 24 jam, dan nafas manusia dalam satu jam itu ada 180 nafas. Jadi sehari semalam nafas manusia itu ada 4320 nafas. Dan setiap satu nafas, besok akan ditanyai dua hal: (1) Untuk apa nafas yang masuk; dan (2) Untuk apa nafas yang keluar. Berdasarkan hal tersebut, maka sebagian ulama tharikah Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Sathariyah, dan semacamnya kemudian melakukan “Dzikir Hifdzul Anfas” (Dzikir untuk Menjaga Nafas). Yakni, dzikir untuk menjaga nafas dengan lafadz “HU-ALLOH” (Masuknya nafas berdzikir lafadz “HU” dan keluarnya nafas berdzikir lafadz “ALLOH”). Akan tetapi hal tersebut dilakukan dalam batin, artinya lisannya tidak mengucapkan. 

Sayyid Abdullah dalam “Kitab Al-Kibrit Al-Ahmar” menyatakan bahwa semua ulama ahli makrifat sepakat bahwa paling utama ibadah kepada Allah swt adalah “Dzikir Hifdzul Anfas” (Dzikir untuk Menjaga Nafas) dengan cara tersebut di atas. Mengapa?. Sebab dzikir yang demikian itu menjadi permata-permata yang membuahkan rahasia-rahasia dan cahaya-cahaya Ilahi. Sebagian ulama ahli hakekat menyatakan bahwa seseorang bisa melakukan dzikir menjaga nafas dengan melafadzkan “ALLOH-ALLOH” sesuai keluar dan masuknya nafas dan disesuaikan pula dengan irama detak jantung. Hal ini bisa dilakukan setelah usai shalat fardhu, ketika berdiri, berbaring, duduk dan lainnya. Ada banyak guru ahli tharikah (ahli spiritual) yang telah mengijazahkan dzikir ini kepada saya.

Ada pula sebagian ulama ahli makrifat (bijaksana) yang melakukan dzikir untuk menjaga nafas (dzikir hifdzul anfas) dengan melafadzkan “YA-HU” artinya “Wahai Dia”. Caranya adalah sama sebagaimana di atas. Yakni, ketika menghirup nafas melalui hidung melafadzkan “YA”, dan ketika mengeluarkan nafas melafadzkan “HU”, serta bisa pula disesuaikan dengan irama detak jantung yang berada di bawah payudara kiri kurang lebih jarak dua jari tangan. Dzikir untuk menjaga nafas seperti ini banyak dilakukan oleh kaum tharikah Akmaliyah,  Ahadiyah, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya “Dzikir Hifdzul Anfas” (Dzikir untuk Menjaga Nafas) tersebut dapat dilaksanakan manakala sedang berdiri, duduk, berbaring, dan aktifitas-aktifitas lainnya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah swt: “Ingatlah kepada Allah ketika berdiri, duduk dan berbaring” (QS. An-Nisa: 103); “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang/ tenteram” (QS. Ar-Ra’du: 28); dan “Ingatlah Allah banyak-banyak supaya kalian beruntung” (QS. Al-Jumuah: 9). Semoga kita termasuk golongan orang yang selalu ingat kepada-Nya. Amin- amin Ya Rabbal Alamin.

BAB DUA
AUROD DARI PARA MASYAYIKH

Ada banyak amalan atau wirid-wirid (aurod) yang saya peroleh dari para guru spiritual (masyayikh) selama menempuh berbagai macam ilmu. Saya ijazahkan amalan-amalan dari para guru saya tersebut kepada siapa saja yang berminat mengamalkannya. Mudah-mudahan amalan-amalan yang saya maksud bermanfaat bagi saya dan bagi yang berminat mengamalkannya. Saya mohon ketika akan mengamalkan hadiah Surat Al-Fatikah terlebih dahulu kepada para guru spiritual (masyayikh) yang telah mengijazahkan amalan-amalan tersebut kepada saya. Berikut merupakan amalan-amalan yang pernah saya peroleh dari para guru saya.

1.   AMALAN BASMALAH
Bacaan “Bismillahirrahmanirrahim” berkhasiat untuk kecerdasan dibaca sebanyak 786 x (Tujuh Ratus Delapan Puluh Enam Kali) setiap hari. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah KH. Hafidz Syafii Pengasuh Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah Tlogo, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur).

2.   AMALAN HASBALAH
Yakni bacaan “Hasbunallah Wa Nikmal Wakil” dibaca 450 x (Empat Ratus Lima Puluh Kali) dalam sehari semalam. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah Kyai Daim Tingal Garum, Blitar dari Almaghfurlah Mbah KH. Abdul Hamid Pasuruan, Jawa Timur).
Keterangan:
Amalan ini juga saya dapatkan dari Almaghfurlah Mbah KH. Hasbulloh Karangsono, Kanigoro, Blitar yang beliau peroleh dari dua guru yaitu: (1) Mbah KH. Abdul Hamid Pasuruan; dan (2) Mbah KH. Makhrus Aly Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Ketika itu, Mbah KH. Hasbulloh juga mengijazahkan Hizib Sakron kepada saya.

3.   WIRID PELAJAR (SANTRI)
Bagi pelajar atau santri sebaiknya mewiridkan “Surat Al-Fatikah” setiap hari sebanyak 41 x (Empat Puluh Satu Kali) dengan niat agar diberi kecerdasan dan kesuksesan dalam belajar. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah KH. Nur Ali Kebonsari, Garum, Blitar, Jawa Timur).

4.   WIRID PELAJAR (SANTRI)
Bagi pelajar atau santri sebaiknya setiap hari membaca “Yaa Badi’ As-Samaawaati Wal Ardhi                                            sebanyak 77 x (Tujuh Puluh Tujuh Kali) dengan niat agar diberi kecerdasan dan keberhasilan dalam menuntut ilmu pengetahuan. Selanjutnya, bila akan belajar dianjurkan membaca “Surat Al-Fiil” sebanyak 1 x (Satu Kali). (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah KH. Nur Ali Kebonsari, Garum, Blitar, Jawa Timur).

5.   AMALAN AKAN UJIAN (ULANGAN) SEKOLAH
Seorang pelajar atau santri waktu ujian atau ulangan sebaiknya melaksanakan Wirid Hikmah Ibrahim yaitu “Yaa Man Allama Ibrahimal Hikmata Allimnii” dibaca 100 x (Seratus Kali) selama ujian atau ulangan sekolah. Jika akan mengerjakan test ujian atau ulangan dibaca 7x (Tujuh Kali) tanpa nafas. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah Kyai Zainuddin Dasuqi Sekardangan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur).

6.   WIRID NABI YUNUS
Wirid Nabi Yunus ketika berada di dalam ikan adalah “Laa Ilaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadholimin” sebanyak 41 x (Empat Puluh Satu Kali) sehari semalam atau sebanyak-banyaknya. (Ijazah dari Mbah Nyai Umi Kulsum Irjaz dari Almaghfurlah Mbah KH. Asngari Mursyid Tharikah Naqsyabandiyah Babadan, Wlingi, Blitar, Jawa Timur).

7.   SHOLAT HAJAT PENTING
Bila memiliki hajat bisa melakukan shalat Hajat sebanyak dua rakaat di tengah malam. Kemudian setelah salam membaca “Laisa Lahaa min Dunillahi Kaasifah” yang artinya “Tidak ada yang membukakan rahasianya selain Allah.” (QS. An-Najm: 58) sebanyak 1153 x (Seribu Seratus Lima Puluh Tiga Kali). Setelah itu, memohon kepada Allah apa-apa yang dihajatkannya. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah KH. Nasruddin Sekardangan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur).

8.   SURAT AL-FATIKAH UNTUK PENGOBATAN
Ikhtiar untuk mengobati sakit apa saja, dibaca sebanyak 313 x (Tiga Ratus Tiga Belas Kali) kemudian ditiupkan pada air dan diminumkan kepada yang sakit. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah Kyai Ali Yasin dari Mbah KH. Hadin Mahdi Mursyid Tharikah Tijaniyah, Tulungsari, Garum, Blitar, Jawa Timur).

9.   SHOLAWAT PENDEK
Yakni bacaan shalawat “Shallaloh Ala Muhammad” dibaca 1000 x (Seribu Kali) atau sebanyak-banyaknya setiap hari. Berfaidah menjadikan hidup tenang, tenteram, dan Insya Allah dikabulkan cita-citanya oleh Tuhan. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah KH. Makhrus Yunus Pendiri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sekardangan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur).

BAB TIGA
INTI WEJANGAN SUNAN TEMBAYAT

Sunan Tembayat merupakan seorang waliyullah (kekasih Allah) murid dari Sunan Kalijaga. Beliau sering disebut dengan “Sunan Pamungkas” atau “Pangeran Pamungkas” dalam kumpulan Dewan Walisongo. Atas usul Sunan Kalijoga kepada Dewan Walisongo, maka Sunan Tembayat diangkat sebagai anggota Dewan Walisongo pada tahap terakhir untuk menggantikan Syaikh Siti Jenar (Syaikh Kasan Ali) dalam menjalankan tongkat estafet dewan kewalian di Demak Bintoro.

Disebut dengan “Sunan Tembayat” sebab dalam perjalanan uzlah dari urusan keduniawian selalu mengadakan “Patembayatan” atau “Pirukunan” ketika mengajarkan: (1) Syariat; (2) Tharikat; (3) Hakekat; dan (4) Makrifat. Beliau merupakan salah satu waliyullah yang selalu menebarkan “Patembayatan” atau “Pirukunan” kepada sesama manusia tanpa memandang agama, suku, budaya, aliran kepercayaan, dan lain sebagainya. Bila di era sekarang, mungkin Sunan Tembayat dapat disebut sebagai tokoh multikultural selain Sunan Kalijogo dan semacamnya.

Bahkan dijelaskan dalam buku berjudul “Sunan Tembayat Dialog dengan Syaikh Siti Jenar” bahwa Sunan Tembayat juga dapat merengkuh para murid Syaikh Siti Jenar (Syaikh Kasan Ali) dalam “Patembayatan” atau “Pirukunan” yang beliau lakukan. Sehingga tak heran apabila setelah kematian Syaikh Siti Jenar, maka banyak murid-murid Syaikh Siti Jenar yang kemudian menimba ilmu kepada Sunan Tembayat.

Ada banyak murid dari Sunan Tembayat yang berasal dari berbagai elemen, di antaranya: Ki Ageng Gribig (anak Ki Kebo Kanigoro/ Kyai Purwoto Sidik); Syaikh Dumbo; Nyai Ageng Tasik; Kyai Ageng Majasta; Kyai Ageng Semilir; Kyai Ageng Sabuk Janur; Kyai Ageng Sekar Delimo; Kyai Ageng Kali Datuk; Kyai Ageng Malanggati; Kyai Ageng Banyubiru; Syaikh Kewel; Syaikh Belabelu; Syaikh Damiaking; dan lain sebagainya.

Setelah wafat, jasad Sunan Tembayat dimakamkan di Gunung Cokrokembang sebelah timur perbukitan Gunung Jabalkat di wilayah kecamatan Bayat, kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Makam beliau diapit pula dengan makam kedua istrinya yang bernama Nyai Ageng Kaliwungu dan Nyai Ageng Krakitan. Selain itu, berada di sebelah selatan makam Sunan Tembayat banyak pula dimakamkan jasad para anak, cucu dan keturunannya. Mudah-mudahan inti wejangan Sunan Tembayat berupa “Patembayatan” atau “Pirukunan” yang diajarkan olehnya dapat menginspirasi semua manusia dalam mewujudkan masyarakat multikultural tanpa memandang perbedaan agama, suku, budaya, aliran kepercayaan, dan lain sebagainya.

DAFTAR RUJUKAN
Sumber Buku

Abu Naufal Bin Tamam At-Thahir (2011). Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad Sya’ban Al-Husaini. Blitar: Penerbit Mbrebesmili Center.
Arif Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana (2016). Silsilah Nasab Kyai Soeroredjo Kauman Blitar (Dari Sunan Tembayat Hingga Rasulullah). Blitar: Komunitas Sarkubiyah.
R.W. Sumbaga (2008). Kitab Primbon Atassadhur Adammakna. Ngayogyakarta Hadiningrat: Penerbit Soemodidjojo Maha Dewa.
Sarkub Danu (t.t). Sunan Bayat Dialog dengan Syaikh Siti Jenar. Yogyakarta: t.p.

Sumber Lain- lain

Amalan-amalan atau wirid-wirid (aurod) dari para guru spiritual (masyayikh) selama penulis menempuh perjalanan spiritual.
Wejangan dari para guru spiritual yang tidak dapat dijelaskan secara menyeluruh dalam buku ini.

LAMPIRAN
WEJANGAN SEBAGIAN WALIYULLAH UNTUK PENEMPUH SPIRITUAL

Wejangan Sunan Ampel kepada anak cucunya yang sedang melakukan perjalanan spiritual, di antaranya:

1.   Turua yen arep nepsu! (Apabila muncul nafsu keinginan hendaknya ditidurkan)
2.   Nepsua yen arep perang! (Apabila akan melakukan perang melawan hawa nafsu hendaknya nafsu tersebut dikerahkan semua)
3.   Peranga yen arep mangan! (Apabila muncul keinginan untuk makan hendaknya diperangi)
4.   Mangana yen arep lumaku! (Apabila akan bepergian hendaknya makan secukupnya terlebih dahulu)
5.   Lumakua yen arep turu! (Apabila muncul rasa kantuk hendaknya segera dipakai untuk berjalan-jalan).

Wejangan dari Pangeran Papak Natapraja (Kyai R.M. Djojopernomo) kepada para sahabatnya, di antaranya:

1.   Kena mlebu yen wus weruh njerone.
2.   Kena metu yen wus weruh njabane.
3.   Kena munggah yen wus weruh nduwure.
4.   Kena mudun yen wus weruh ngisore.
Demikian sekelumit lampiran untuk penempuh spiritual.

1 komentar: