RISALAH
DZIKIR HIFDZUL ANFAS WAL AUROD
Dilengkapi
dengan Sepercik Inti Wejangan Sunan Tembayat
Dr.
Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.
Dikeluarkan
oleh
PUSTAKA
AGUNG SUNAN TEMBAYAT
Blitar - Jawa Timur
|
Judul Buku:
“Risalah Dzikir Hifdzul Anfas
Wal Aurod Dilengkapi dengan Sepercik Inti Wejangan Sunan Tembayat”
Penulis
Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.
Penyunting: Muttaqin, M.Pd.I.
Penyelaras Akhir: Nikmatin Lana
Farida, S.Pd.I.
Pengusul: Mbah Jawoko
Jatimalang
Untuk Kalangan Sendiri
Cetakan Pertama, 2016
Dikeluarkan oleh
PUSTAKA AGUNG SUNAN TEMBAYAT
Blitar - Jawa Timur
|
PENDAHULUAN
Segala
puji hanya milik Allah sebagai penguasa alam semesta. Shalawat dan salam
mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, para ahli bait, sahabat,
dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan
bahwa meneruskan perilaku yang baik dari para orang tua dan nenek moyang merupakan
sebuah kebaikan serta dicatat sebagai bagian dari berbuat baik kepada mereka.
Buku
yang berjudul “Risalah Dzikir Hifdzul Anfas Wal Aurod Dilengkapi dengan Sepercik
Inti Wejangan Sunan Tembayat” ini merupakan catatan yang menerangkan
berbagai wirid dari para guru (masyayikh) saya dan berisi inti wejangan
dari Sunan Tembayat. Ada seorang kawan yang menginginkan agar amalan-amalan
dzikir yang saya peroleh dari para guru saya supaya dibukukan. Hal tersebut dimaksudkan
agar apa yang saya peroleh dari para guru (masyayikh) bermanfaat bagi saya
khususnya dan bagi mereka yang berminat mengamalkan buku risalah kecil ini.
Saya
menyusun tersebut dengan harapan agar semua yang berminat mengamalkan buku ini
dapat melaksanakan dzikir penjaga nafas dan wirid-wirid yang lain sehingga
mendapatkan ketenteraman dalam kehidupan. Terutama sekali dzikir penjaga nafas
(dzikir hifdzul anfas) merupakan
sesuatu yang penting dalam meraih ketenteraman batin yang sesuai dengan
firman Allah swt: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram/tenang.”
(QS. Ar-Ra’du: 28).
Perlu
diketahui pula bahwa buku ini lahir berawal dari patembayatan yang saya lakukan
dengan kawan-kawan spiritual saya, terutama sekali Mbah Jawoko Jatimalang Blitar
yang menginginkan catatan-catatan amalan dari guru-guru saya dibukukan. Kedua
kalinya, buku ini lahir juga bermula dari patembayatan yang saya lakukan dengan
sebagian trah keturunan Sunan Tembayat di Blitar Raya yang juga menginginkan
catatan-catatan dari guru saya segera dibukukan.
Oleh
karena hal di atas, maka saya sangat berharap mudah-mudahan buku risalah kecil
ini bermanfaat bagi para penuntut ilmu dan spiritual khususnya di Patembayatan SUNAN
TEMBAYAT Blitar, Jawa Timur, dan umumnya bagi mereka yang berminat.
Mudah-mudahan “patembayatan” atau “pirukunan” yang telah
diajarkan oleh Sunan Tembayat agar semua manusia dapat hidup damai tanpa
membedakan perbedaan agama, budaya, ras, etnis, dan semacamnya selalu menyebar
ke seluruh penjuru dunia. Amin.
Blitar,
31 Desember 2016
Al-
Faqir Ilallah,
Dr.
Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.
DAFTAR
ISI
Judul
Buku ~ 1
Pendahuluan
~ 3
Daftar
Isi ~ 5
Bab
Satu: Dzikir Hifdzul Anfas ~ 6
Bab
Dua: Aurod Dari Para Masyayikh ~ 8
Bab
Tiga: Inti Wejangan Sunan Tembayat ~ 12
Daftar
Pustaka _ 14
Lampiran:
Wejangan Sebagian Waliyullah untuk Penempuh Spiritual ~ 15
Tentang
Penulis ~ 16
BAB
SATU
DZIKIR
HIFDZUL ANFAS
Tersebut
dalam “Kitab Durratun Nashihin” halaman 260 bahwa sehari semalam itu ada
24 jam, dan nafas manusia dalam satu jam itu ada 180 nafas. Jadi sehari semalam
nafas manusia itu ada 4320 nafas. Dan setiap satu nafas, besok akan ditanyai
dua hal: (1) Untuk apa nafas yang masuk; dan (2) Untuk apa nafas yang keluar.
Berdasarkan hal tersebut, maka sebagian ulama tharikah Qadiriyah, Naqsyabandiyah,
Sathariyah, dan semacamnya kemudian melakukan “Dzikir Hifdzul Anfas”
(Dzikir untuk Menjaga Nafas). Yakni, dzikir untuk menjaga nafas dengan lafadz “HU-ALLOH”
(Masuknya nafas berdzikir lafadz “HU” dan keluarnya nafas berdzikir
lafadz “ALLOH”). Akan tetapi hal tersebut dilakukan dalam batin, artinya
lisannya tidak mengucapkan.
Sayyid
Abdullah dalam “Kitab Al-Kibrit Al-Ahmar” menyatakan bahwa semua ulama
ahli makrifat sepakat bahwa paling utama ibadah kepada Allah swt adalah “Dzikir
Hifdzul Anfas” (Dzikir untuk Menjaga Nafas) dengan cara tersebut di atas.
Mengapa?. Sebab dzikir yang demikian itu menjadi permata-permata yang
membuahkan rahasia-rahasia dan cahaya-cahaya Ilahi. Sebagian ulama ahli hakekat
menyatakan bahwa seseorang bisa melakukan dzikir menjaga nafas dengan
melafadzkan “ALLOH-ALLOH” sesuai keluar dan masuknya nafas dan
disesuaikan pula dengan irama detak jantung. Hal ini bisa dilakukan setelah
usai shalat fardhu, ketika berdiri, berbaring, duduk dan lainnya. Ada banyak
guru ahli tharikah (ahli spiritual) yang telah mengijazahkan dzikir ini kepada
saya.
Ada
pula sebagian ulama ahli makrifat (bijaksana) yang melakukan dzikir untuk
menjaga nafas (dzikir hifdzul anfas) dengan melafadzkan “YA-HU”
artinya “Wahai Dia”. Caranya adalah sama sebagaimana di atas. Yakni,
ketika menghirup nafas melalui hidung melafadzkan “YA”, dan ketika
mengeluarkan nafas melafadzkan “HU”, serta bisa pula disesuaikan dengan
irama detak jantung yang berada di bawah payudara kiri kurang lebih jarak dua
jari tangan. Dzikir untuk menjaga nafas seperti ini banyak dilakukan oleh kaum
tharikah Akmaliyah, Ahadiyah, dan lain
sebagainya.
Pada
dasarnya “Dzikir Hifdzul Anfas” (Dzikir untuk Menjaga Nafas) tersebut
dapat dilaksanakan manakala sedang berdiri, duduk, berbaring, dan
aktifitas-aktifitas lainnya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah swt: “Ingatlah
kepada Allah ketika berdiri, duduk dan berbaring” (QS. An-Nisa: 103); “Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang/ tenteram” (QS. Ar-Ra’du:
28); dan “Ingatlah Allah banyak-banyak supaya kalian beruntung” (QS.
Al-Jumuah: 9). Semoga kita termasuk golongan orang yang selalu ingat
kepada-Nya. Amin- amin Ya Rabbal Alamin.
BAB DUA
AUROD DARI
PARA MASYAYIKH
Ada
banyak amalan atau wirid-wirid (aurod) yang saya peroleh dari para guru
spiritual (masyayikh) selama menempuh berbagai macam ilmu. Saya
ijazahkan amalan-amalan dari para guru saya tersebut kepada siapa saja yang
berminat mengamalkannya. Mudah-mudahan amalan-amalan yang saya maksud
bermanfaat bagi saya dan bagi yang berminat mengamalkannya. Saya mohon ketika
akan mengamalkan hadiah Surat Al-Fatikah terlebih dahulu kepada para guru
spiritual (masyayikh) yang telah mengijazahkan amalan-amalan tersebut
kepada saya. Berikut merupakan amalan-amalan yang pernah saya peroleh dari para
guru saya.
1.
AMALAN BASMALAH
Bacaan
“Bismillahirrahmanirrahim” berkhasiat untuk kecerdasan dibaca sebanyak
786 x (Tujuh Ratus Delapan Puluh Enam Kali) setiap hari. (Ijazah dari
Almaghfurlah Mbah KH. Hafidz Syafii Pengasuh Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah
Tlogo, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur).
2.
AMALAN HASBALAH
Yakni
bacaan “Hasbunallah Wa Nikmal Wakil” dibaca 450 x (Empat Ratus Lima
Puluh Kali) dalam sehari semalam. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah Kyai Daim
Tingal Garum, Blitar dari Almaghfurlah Mbah KH. Abdul Hamid Pasuruan, Jawa
Timur).
Keterangan:
Amalan
ini juga saya dapatkan dari Almaghfurlah Mbah KH. Hasbulloh Karangsono,
Kanigoro, Blitar yang beliau peroleh dari dua guru yaitu: (1) Mbah KH. Abdul
Hamid Pasuruan; dan (2) Mbah KH. Makhrus Aly Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
Ketika itu, Mbah KH. Hasbulloh juga mengijazahkan Hizib Sakron kepada saya.
3.
WIRID PELAJAR (SANTRI)
Bagi
pelajar atau santri sebaiknya mewiridkan “Surat Al-Fatikah” setiap hari
sebanyak 41 x (Empat Puluh Satu Kali) dengan niat agar diberi kecerdasan dan
kesuksesan dalam belajar. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah KH. Nur Ali Kebonsari,
Garum, Blitar, Jawa Timur).
4.
WIRID PELAJAR (SANTRI)
Bagi
pelajar atau santri sebaiknya setiap hari membaca “Yaa Badi’ As-Samaawaati
Wal Ardhi” sebanyak 77 x (Tujuh
Puluh Tujuh Kali) dengan niat agar diberi kecerdasan dan keberhasilan dalam
menuntut ilmu pengetahuan. Selanjutnya, bila akan belajar dianjurkan membaca “Surat
Al-Fiil” sebanyak 1 x (Satu Kali). (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah KH. Nur Ali
Kebonsari, Garum, Blitar, Jawa Timur).
5.
AMALAN AKAN UJIAN (ULANGAN)
SEKOLAH
Seorang
pelajar atau santri waktu ujian atau ulangan sebaiknya melaksanakan Wirid
Hikmah Ibrahim yaitu “Yaa Man Allama Ibrahimal Hikmata Allimnii” dibaca
100 x (Seratus Kali) selama ujian atau ulangan sekolah. Jika akan mengerjakan
test ujian atau ulangan dibaca 7x (Tujuh Kali) tanpa nafas. (Ijazah dari
Almaghfurlah Mbah Kyai Zainuddin Dasuqi Sekardangan, Kanigoro, Blitar, Jawa
Timur).
6.
WIRID NABI YUNUS
Wirid
Nabi Yunus ketika berada di dalam ikan adalah “Laa Ilaha Illa Anta Subhanaka
Inni Kuntu Minadholimin” sebanyak 41 x (Empat Puluh Satu Kali) sehari
semalam atau sebanyak-banyaknya. (Ijazah dari Mbah Nyai Umi Kulsum Irjaz dari
Almaghfurlah Mbah KH. Asngari Mursyid Tharikah Naqsyabandiyah Babadan, Wlingi,
Blitar, Jawa Timur).
7.
SHOLAT HAJAT PENTING
Bila memiliki hajat bisa melakukan shalat Hajat
sebanyak dua rakaat di tengah malam. Kemudian setelah salam membaca “Laisa
Lahaa min Dunillahi Kaasifah” yang artinya “Tidak ada yang membukakan
rahasianya selain Allah.” (QS. An-Najm: 58) sebanyak 1153 x (Seribu Seratus
Lima Puluh Tiga Kali). Setelah itu, memohon kepada Allah apa-apa yang
dihajatkannya. (Ijazah dari Almaghfurlah Mbah KH. Nasruddin Sekardangan,
Kanigoro, Blitar, Jawa Timur).
8.
SURAT AL-FATIKAH UNTUK PENGOBATAN
Ikhtiar
untuk mengobati sakit apa saja, dibaca sebanyak 313 x (Tiga Ratus Tiga Belas
Kali) kemudian ditiupkan pada air dan diminumkan kepada yang sakit. (Ijazah
dari Almaghfurlah Mbah Kyai Ali Yasin dari Mbah KH. Hadin Mahdi Mursyid
Tharikah Tijaniyah, Tulungsari, Garum, Blitar, Jawa Timur).
9.
SHOLAWAT PENDEK
Yakni
bacaan shalawat “Shallaloh Ala Muhammad” dibaca 1000 x (Seribu Kali)
atau sebanyak-banyaknya setiap hari. Berfaidah menjadikan hidup tenang, tenteram,
dan Insya Allah dikabulkan cita-citanya oleh Tuhan. (Ijazah dari Almaghfurlah
Mbah KH. Makhrus Yunus Pendiri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sekardangan,
Kanigoro, Blitar, Jawa Timur).
BAB
TIGA
INTI
WEJANGAN SUNAN TEMBAYAT
Sunan
Tembayat merupakan seorang waliyullah (kekasih Allah) murid dari Sunan
Kalijaga. Beliau sering disebut dengan “Sunan Pamungkas” atau “Pangeran
Pamungkas” dalam kumpulan Dewan Walisongo. Atas usul Sunan Kalijoga kepada Dewan
Walisongo, maka Sunan Tembayat diangkat sebagai anggota Dewan Walisongo pada tahap
terakhir untuk menggantikan Syaikh Siti Jenar (Syaikh Kasan Ali) dalam
menjalankan tongkat estafet dewan kewalian di Demak Bintoro.
Disebut
dengan “Sunan Tembayat” sebab dalam perjalanan uzlah dari urusan
keduniawian selalu mengadakan “Patembayatan” atau “Pirukunan”
ketika mengajarkan: (1) Syariat; (2) Tharikat; (3) Hakekat; dan (4) Makrifat. Beliau
merupakan salah satu waliyullah yang selalu menebarkan “Patembayatan”
atau “Pirukunan” kepada sesama manusia tanpa memandang agama, suku,
budaya, aliran kepercayaan, dan lain sebagainya. Bila di era sekarang, mungkin
Sunan Tembayat dapat disebut sebagai tokoh multikultural selain Sunan Kalijogo
dan semacamnya.
Bahkan
dijelaskan dalam buku berjudul “Sunan Tembayat Dialog dengan Syaikh Siti
Jenar” bahwa Sunan Tembayat juga dapat merengkuh para murid Syaikh Siti
Jenar (Syaikh Kasan Ali) dalam “Patembayatan” atau “Pirukunan”
yang beliau lakukan. Sehingga tak heran apabila setelah kematian Syaikh Siti Jenar,
maka banyak murid-murid Syaikh Siti Jenar yang kemudian menimba ilmu kepada
Sunan Tembayat.
Ada
banyak murid dari Sunan Tembayat yang berasal dari berbagai elemen, di
antaranya: Ki Ageng Gribig (anak Ki Kebo Kanigoro/ Kyai Purwoto Sidik); Syaikh
Dumbo; Nyai Ageng Tasik; Kyai Ageng Majasta; Kyai Ageng Semilir; Kyai Ageng
Sabuk Janur; Kyai Ageng Sekar Delimo; Kyai Ageng Kali Datuk; Kyai Ageng
Malanggati; Kyai Ageng Banyubiru; Syaikh Kewel; Syaikh Belabelu; Syaikh
Damiaking; dan lain sebagainya.
Setelah
wafat, jasad Sunan Tembayat dimakamkan di Gunung Cokrokembang sebelah timur
perbukitan Gunung Jabalkat di wilayah kecamatan Bayat, kabupaten Klaten, Jawa
Tengah. Makam beliau diapit pula dengan makam kedua istrinya yang bernama Nyai
Ageng Kaliwungu dan Nyai Ageng Krakitan. Selain itu, berada di sebelah selatan
makam Sunan Tembayat banyak pula dimakamkan jasad para anak, cucu dan
keturunannya. Mudah-mudahan inti wejangan Sunan Tembayat berupa “Patembayatan”
atau “Pirukunan” yang diajarkan olehnya dapat menginspirasi semua
manusia dalam mewujudkan masyarakat multikultural tanpa memandang perbedaan
agama, suku, budaya, aliran kepercayaan, dan lain sebagainya.
DAFTAR
RUJUKAN
Sumber Buku
Abu
Naufal Bin Tamam At-Thahir (2011). Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh
Muhammad Sya’ban Al-Husaini. Blitar: Penerbit Mbrebesmili Center.
Arif
Muzayin Shofwan dan Putu Ari Sudana (2016). Silsilah Nasab Kyai Soeroredjo
Kauman Blitar (Dari Sunan Tembayat Hingga Rasulullah). Blitar: Komunitas
Sarkubiyah.
R.W.
Sumbaga (2008). Kitab Primbon Atassadhur Adammakna. Ngayogyakarta
Hadiningrat: Penerbit Soemodidjojo Maha Dewa.
Sarkub
Danu (t.t). Sunan Bayat Dialog dengan Syaikh Siti Jenar. Yogyakarta:
t.p.
Sumber
Lain- lain
Amalan-amalan
atau wirid-wirid (aurod) dari para guru spiritual (masyayikh) selama
penulis menempuh perjalanan spiritual.
Wejangan
dari para guru spiritual yang tidak dapat dijelaskan secara menyeluruh dalam
buku ini.
LAMPIRAN
WEJANGAN SEBAGIAN WALIYULLAH UNTUK
PENEMPUH SPIRITUAL
Wejangan Sunan Ampel kepada anak
cucunya yang sedang melakukan perjalanan spiritual, di antaranya:
1.
Turua yen arep nepsu! (Apabila muncul nafsu
keinginan hendaknya ditidurkan)
2.
Nepsua yen arep perang! (Apabila akan melakukan
perang melawan hawa nafsu hendaknya nafsu tersebut dikerahkan semua)
3.
Peranga yen arep mangan! (Apabila muncul keinginan
untuk makan hendaknya diperangi)
4.
Mangana yen arep lumaku! (Apabila akan bepergian
hendaknya makan secukupnya terlebih dahulu)
5.
Lumakua yen arep turu! (Apabila muncul rasa kantuk
hendaknya segera dipakai untuk berjalan-jalan).
Wejangan dari Pangeran Papak
Natapraja (Kyai R.M. Djojopernomo) kepada para sahabatnya, di antaranya:
1.
Kena mlebu yen wus weruh njerone.
2.
Kena metu yen wus weruh njabane.
3.
Kena munggah yen wus weruh nduwure.
4.
Kena mudun yen wus weruh ngisore.
Demikian sekelumit lampiran untuk
penempuh spiritual.
qobiltu bopo 😍👍
BalasHapus