Rabu, 17 Oktober 2018

CORET-CORET MALAM KAMIS SETELAH PULANG DARI RUMAH PAK FAUZI SEKARDANGAN TENGAH


Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 Ini merupakan coret-coret saya sepulang dari Pak Fauzi Sekardangan.
(Shofwan, 2017)

          Saya awali dengan sebuah penjelasan dari para sesepuh Sekardangan bahwa beberapa tokoh yang menjadi cikal-bakal dusun Sekardanga ada tiga, yaitu: Ki Kebo Kanigoro (Ki Ageng Purwoto Sidik), Nyi Gadhung Melati, dan Roro Sekar/Roro Tenggok/Roro Endang Widuri. Tokoh ini akhirnya konon kembali ke daerah Solo Raya, Jawa Tengah. Adapun anak Ki Kebo Kanigoro/Ki Ageng Purwoto Sidik ada yang tinggal di Malang, Jatim bernama Ki Ageng Gribig I/ Pangeran Kedanyang. Sedangkan para tokoh setelahnya, yang telah membabat beberapa tempat/lokasi di dusun Sekardangan (termasuk kawasan desa Papungan, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar), ada beberapa tokoh, antara lain:

1.    Mbah Kyai Raden Atmosetro, makamnya di Pemakaman Kuno Gaprang Lor
2.    Mbah Kyai Raden Tirto Sentono, makamnya berada di dusun Sekardangan
3.    Mbah Kyai Raden Hasan Muhtar, makamnya di Pemakaman Kuno Gaprang Lor
4.    Mbah Kyai Raden Abu Yamin, makamnya berada di Pemakaman Kuno Gaprang Lor
5.    Mbah Kyai Raden Suwiryo, makamnya berada di Pemakaman Kuno Gaprang Lor
6.    Mbah Kyai Raden Barnawi, makamnya berada di dusun Sekardangan
7.    Mbah Kyai Raden Rekso Drono, makamnya di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan
8.    Mbah Kyai Raden Wongsopuro (Eyang Sopuro), makamnya berada di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan
9.    Mbah Kyai Raden Bontani, makamnya di bawah Pohon Jenar berada di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan
10. Dan lainnya.

Dari situ saya merenung bahwa ternyata pertemuan-pertemuan para generasi sesepuh dusun Sekardangan, mungkin juga akan bertemu kembali dalam generasi ke berapa atau ke berapa. Pada hari Kamis, 01 November 2018, pukul 08.00 WIB generasi Mbah Kyai Raden Atmosetro, Mbah Kyai Raden Abu Yamin, dan Mbah Kyai Raden Tirto Sentono bertemu kembali. Yakni, saya (Arif Muzayin Shofwan) dalam konteks dusun Sekardangan merupakan keturunan Mbah Kyai Raden Atmosetro dan Mbah Kyai Raden Abu Yamin bertemu dengan Nurul Yuli Setyaningrum yang merupakan keturunan Mbah Kyai Raden Tirto Sentono, sebagaimana berikut:

1.    Mbah Kyai Raden Atmosetro, berputra:
2.    Mbah Nyai Setrokromo + (istri Mbah Kyai Raden Setrokromo [Kyai Ahmad Darim, aslinya dari dusun Gajah]), berputra:
3.    Mbah Nyai Zainuddin + (istri Mbah Kyai Haji Zainuddin Sepuh Bin Abu Yamin), berputra:
4.    Mbah Nyai Murdinah + (istri Mbah Kyai Haji Ahmad Dasuqi, aslinya dari Manukan, Garum), berputra:
5.    Mbah Nyai Umi Kulsum + (istri Mbah Kyai Muhammad Irjaz, aslinya dari Jeding, Sanankulon, Kota Blitar), berputra:
6.    Nyai Hj. Siti Rofiah + (istri Mbah Haji Tamam Thahir, aslinya dari Kerjen, Srengat, Blitar), berputra:
7.    Arif Muzayin Shofwan, berputra:
8.    Muhammad Naufal Az-Zamzami 

Sedangkan jalur saya dari Mbah Kyai Raden Abu Yamin (dulu aslinya dari keluarga besar “Makam Sentono” Lodoyo Blitar dan dikejar Belanda hingga sampailah ke dusun Sekardangan dan beranak-pinak di sini) adalah sebagai berikut:
1.    Mbah Kyai Raden Abu Yamin, berputra:
2.    Mbah Kyai Zainuddin Sepuh, berputra:
3.    Mbah Nyai Murdinah + (istri Mbah Kyai Ahmad Dasuqi, aslinya dari Manukan, Garum), berputra:
4.    Mbah Nyai Umi Kulsum + (istri Mbah Kyai Muhammad Irjaz, aslinya dari Jeding, Sanankulon, Kota Blitar), berputra:
5.    Nyai Hj. Siti Rofiah + (istri Mbah Haji Tamam Thahir, aslinya dari Kerjen, Srengat, Blitar), berputra:
6.    Arif Muzayin Shofwan, berputra:
7.    Muhammad Naufal Az-Zamzami

Adapun jalur Nurul Yuli Setyaningrum dari jalur Mbah Kyai Raden Tirto Sentono adalah sebagai berikut:
1.    Mbah Kyai Raden Tirto Sentono, berputra:
2.    Mbah Pawiro, berputra:
3.    Mbah Munawar, berputra:
4.    Mbah Abdul Jalal, berputra:
5.    Nyai Siti Khoiriyah, berputra:
6.    Bapak Eko Sukariyanto, berputra:
7.    Nurul Yuli Setyoningrum, berputra:
8.    Brilliant Alvando Setyo Nugraha

Tak tau, apa rahasia di balik ini. Hehe. Saya tak cerita sedikit yang keluar dari bahasan ini ya?. Yaitu, dulu, kata ibu saya (Hj. Siti Rofiah), Pakdhe saya (Muhammad Ngalimun/Mat Ngalimun, Kuwut, Nglegok, Blitar) sewaktu bayi juga mau diadopsi (dijadikan anak angkat) oleh Mbah Abdul Jalal trah ke-4 dari Mbah Kyai Raden Tirto Sentono di atas, tapi oleh nenek saya (Nyai Umi Kulsum) tidak memperbolehkan sebab ingin diasuhnya sendiri. Sebab Mbah Abdul Jalal hanya punya dua anak perempuan dan ingin memiliki anak laki-laki. Itulah kisah dari ibu saya. Ah, begitu saja ya. Semoga Alloh memberkati pertemuan ini. Amin. Amin. Amin. Ya Rabbal Alamin.

Mungkin ini saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar) saya ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu merahmati para cikal-bakal dusun Sekardangan, serta para sesepuh yang telah mbabat dusun Sekardangan tersebut. Amin, amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.

 “If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Silsilah Mbah Kyai Raden Tirto Sentono salah satu sesepuh dusun Sekardangan (Dokumentasi, 2017)
Saya (Arif Muzayin Shofwan) berfoto di rumah Gus Hairi Mustofa Padepokan Pusaka Sunan Tembayat Kauman, Srengat, Blitar, Jawa Timur (Dokumentasi, 2016)

Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang dalam komunitas Padepokan Padang Jiwo sering dijuluki “Ki Bagus Arief”, dalam komunitas sarjana kuburan sering disebut “Mbah Pasarean”, dalam komunitas PUSDIKDEMAS sering disebut “Syaikh Belabelu”, waktu di MTsN Kunir sering disebut “Mbah Tamat” atau “Mbah Djayeng Kusumo” atau “Mbah Ndoyin”, waktu di pondok Tulungagung sering dipanggil “Mbah Jalaluddin”, waktu remaja duduk di MAN sering disebut “Ki Pekik Suro”, waktu di Komunitas Pecinta Bumi Spiritual (KPBS) sering disebut “Ki Ageng Sekar Ulomo” atau “Mbah Gadhung Mlati” atau “Mbah Orong-Orong Gong” ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto, M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd., Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar