Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Ini merupakan coret-coret saya sepulang
dari Pak Fauzi Sekardangan.”
(Shofwan,
2017)
Saya awali dengan sebuah penjelasan dari para sesepuh
Sekardangan bahwa beberapa tokoh yang menjadi cikal-bakal dusun Sekardanga ada
tiga, yaitu: Ki Kebo Kanigoro (Ki Ageng
Purwoto Sidik), Nyi Gadhung Melati, dan Roro Sekar/Roro Tenggok/Roro Endang
Widuri. Tokoh ini akhirnya konon kembali ke daerah Solo Raya, Jawa Tengah. Adapun
anak Ki Kebo Kanigoro/Ki Ageng Purwoto Sidik ada yang tinggal di Malang, Jatim
bernama Ki Ageng Gribig I/ Pangeran
Kedanyang. Sedangkan para tokoh setelahnya, yang telah membabat beberapa
tempat/lokasi di dusun Sekardangan (termasuk kawasan desa Papungan, kecamatan
Kanigoro, kabupaten Blitar), ada beberapa tokoh, antara lain:
1. Mbah Kyai Raden Atmosetro,
makamnya di Pemakaman Kuno Gaprang Lor
2. Mbah Kyai Raden Tirto Sentono,
makamnya berada di dusun Sekardangan
3. Mbah Kyai Raden Hasan Muhtar,
makamnya di Pemakaman Kuno Gaprang Lor
4. Mbah Kyai Raden Abu Yamin,
makamnya berada di Pemakaman Kuno Gaprang Lor
5. Mbah Kyai Raden Suwiryo,
makamnya berada di Pemakaman Kuno Gaprang Lor
6. Mbah Kyai Raden Barnawi,
makamnya berada di dusun Sekardangan
7. Mbah Kyai Raden Rekso Drono,
makamnya di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan
8. Mbah Kyai Raden Wongsopuro (Eyang
Sopuro), makamnya berada di barat Masjid Baitul Makmur
Sekardangan
9. Mbah Kyai Raden Bontani, makamnya
di bawah Pohon Jenar berada di barat Masjid Baitul Makmur Sekardangan
10. Dan lainnya.
Dari
situ saya merenung bahwa ternyata pertemuan-pertemuan para generasi sesepuh
dusun Sekardangan, mungkin juga akan bertemu kembali dalam generasi ke berapa
atau ke berapa. Pada hari Kamis, 01
November 2018, pukul 08.00 WIB generasi
Mbah Kyai Raden Atmosetro, Mbah Kyai Raden Abu Yamin, dan Mbah Kyai Raden Tirto
Sentono bertemu kembali. Yakni, saya (Arif Muzayin Shofwan) dalam konteks dusun
Sekardangan merupakan keturunan Mbah Kyai Raden Atmosetro dan Mbah Kyai Raden
Abu Yamin bertemu dengan Nurul Yuli Setyaningrum yang merupakan keturunan Mbah
Kyai Raden Tirto Sentono, sebagaimana berikut:
1. Mbah
Kyai Raden Atmosetro, berputra:
2. Mbah
Nyai Setrokromo + (istri Mbah Kyai Raden Setrokromo [Kyai Ahmad Darim, aslinya
dari dusun Gajah]), berputra:
3. Mbah
Nyai Zainuddin + (istri Mbah Kyai Haji Zainuddin Sepuh Bin Abu Yamin),
berputra:
4. Mbah
Nyai Murdinah + (istri Mbah Kyai Haji Ahmad Dasuqi, aslinya dari Manukan, Garum),
berputra:
5. Mbah
Nyai Umi Kulsum + (istri Mbah Kyai Muhammad Irjaz, aslinya dari Jeding,
Sanankulon, Kota Blitar), berputra:
6. Nyai
Hj. Siti Rofiah + (istri Mbah Haji Tamam Thahir, aslinya dari Kerjen, Srengat,
Blitar), berputra:
7. Arif
Muzayin Shofwan, berputra:
8. Muhammad
Naufal Az-Zamzami
Sedangkan jalur saya dari
Mbah Kyai Raden Abu Yamin (dulu aslinya dari keluarga besar “Makam Sentono” Lodoyo Blitar dan
dikejar Belanda hingga sampailah ke dusun Sekardangan dan beranak-pinak di sini)
adalah sebagai berikut:
1. Mbah
Kyai Raden Abu Yamin, berputra:
2. Mbah
Kyai Zainuddin Sepuh, berputra:
3. Mbah
Nyai Murdinah + (istri Mbah Kyai Ahmad Dasuqi, aslinya dari Manukan, Garum),
berputra:
4. Mbah
Nyai Umi Kulsum + (istri Mbah Kyai Muhammad Irjaz, aslinya dari Jeding,
Sanankulon, Kota Blitar), berputra:
5. Nyai
Hj. Siti Rofiah + (istri Mbah Haji Tamam Thahir, aslinya dari Kerjen, Srengat,
Blitar), berputra:
6. Arif
Muzayin Shofwan, berputra:
7. Muhammad
Naufal Az-Zamzami
Adapun jalur Nurul Yuli
Setyaningrum dari jalur Mbah Kyai Raden Tirto Sentono adalah sebagai berikut:
1. Mbah
Kyai Raden Tirto Sentono, berputra:
2. Mbah
Pawiro, berputra:
3. Mbah
Munawar, berputra:
4. Mbah
Abdul Jalal, berputra:
5. Nyai
Siti Khoiriyah, berputra:
6. Bapak
Eko Sukariyanto, berputra:
7. Nurul
Yuli Setyoningrum, berputra:
8. Brilliant
Alvando Setyo Nugraha
Tak
tau, apa rahasia di balik ini. Hehe. Saya tak cerita sedikit yang keluar dari
bahasan ini ya?. Yaitu, dulu, kata ibu saya (Hj. Siti Rofiah), Pakdhe saya (Muhammad
Ngalimun/Mat Ngalimun, Kuwut, Nglegok, Blitar) sewaktu bayi juga mau diadopsi
(dijadikan anak angkat) oleh Mbah Abdul Jalal trah ke-4 dari Mbah Kyai Raden
Tirto Sentono di atas, tapi oleh nenek saya (Nyai Umi Kulsum) tidak
memperbolehkan sebab ingin diasuhnya sendiri. Sebab Mbah Abdul Jalal hanya
punya dua anak perempuan dan ingin memiliki anak laki-laki. Itulah kisah dari
ibu saya. Ah, begitu saja ya. Semoga Alloh memberkati pertemuan ini. Amin.
Amin. Amin. Ya Rabbal Alamin.
Mungkin ini
saja catatan harian (cahar) saya hari ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa
selalu memberkati apa yang saya tulis ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Pengasih selalu mengasihi semua hamba-Nya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Pengampun selalu mengampuni kesalahan saya dalam menulis catatan harian (cahar)
saya ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu merahmati para cikal-bakal dusun
Sekardangan, serta para sesepuh yang telah mbabat dusun Sekardangan tersebut. Amin,
amin, amin, Yaa Rabbal Alamiin.
“If you can dream it you can do it”
(Jika
kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Saya (Arif Muzayin Shofwan) berfoto di rumah Gus Hairi Mustofa Padepokan Pusaka Sunan Tembayat Kauman, Srengat, Blitar, Jawa Timur (Dokumentasi, 2016) |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang dalam komunitas
Padepokan Padang Jiwo sering dijuluki “Ki
Bagus Arief”, dalam komunitas sarjana kuburan sering disebut “Mbah Pasarean”, dalam komunitas
PUSDIKDEMAS sering disebut “Syaikh
Belabelu”, waktu di MTsN Kunir sering disebut “Mbah Tamat” atau “Mbah
Djayeng Kusumo” atau “Mbah Ndoyin”,
waktu di pondok Tulungagung sering dipanggil “Mbah Jalaluddin”, waktu remaja duduk di MAN sering disebut “Ki Pekik Suro”, waktu di Komunitas
Pecinta Bumi Spiritual (KPBS) sering disebut “Ki Ageng Sekar Ulomo” atau “Mbah
Gadhung Mlati” atau “Mbah Orong-Orong
Gong” ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria ini pada akhir tahun 2016 dan
awal tahun 2017 bersama kawan-kawannya (seperti Yaoma Tertibi, SH., Winarto,
M.Pd.I., Lussy Ana Anggarani, M.Pd., Alfiah, SE., Eka Rahmawati, M.Pd.,
Mohammad Miftakhul Rochman, M.Pd., Muhammad Zainal Abidin, M.Ag dan lainnya) tercatat
sebagai Tim Pendiri Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama
(UNU) Blitar dengan empat program studi, antara lain: (1) Prodi Hukum Tata
Keluarga Islam; (2) Prodi Perbankan Syariah; (3) Prodi Komunikasi Penyiaran
Islam; dan (4) Prodi Ekonomi Islam. Selain itu, pria pecinta teh ini juga merupakan
penggagas pertama Pusat Studi Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (PUSDEMAS)
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bersama Yaoma Tertibi, SH. Pria yang
yang sering mengikuti berbagai kajian kebebasan beragama dan HAM serta diskusi
lintas agama baik lokal maupun nasional tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar