ASWAJA DAN KEINDONESIAAN
Dr. Arif Muzayin
Shofwan, M.Pd.
Membahas
tentang Aswaja dan Keindonesiaan tentu saja tidak lepas dari apa yang harus
diperjuangkan PMII untuk dua hal, yaitu:
1.
Aswaja
=> Perjuangan untuk Agama
2.
Keindonesiaan
=> Karya untuk Bangsa dan Negara
Sandaran berfikir (manhajul fikri) PMII adalah Aswaja yang
berprinsip setidaknya pada: (1) Tawassuth/moderat;
(2) Tawazun/netral; (3) Ta’adul/keseimbangan; dan (4) Tasamuh/toleran. Tentu saja, karena
Aswaja dijadikan sebagai Manhajul Fikri
(sandaran berfikir), maka untuk berkarya pada bangsa Indonesia tidak lepas dari
keempat prinsip tersebut.
1.
Tawasuth/moderat dan Tawazun/netral => berkaitan dengan
sikap dalam politik. PMII tidak membenarkan kelompok ekstrim yang hendak
merongrong pemerintahan yang telah disepakati berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
2.
Ta’adul/seimbang dan Tasamuh/toleran => terefleksikan
dalam kehidupan sosial masyarakat yang berbeda budaya, etnis, ideologi politik,
suku, agama, dan semacamnya.
Hal di atas itulah
yang setidaknya harus diperhatikan oleh PMII dalam merealisasikan paham Aswaja sebagai
Manhajul Fikri untuk Keindonesiaan.
Selanjutnya, untuk meringkas waktu dan materi dalam pertemuan hari ini, saya
ingin mempersembahkan sebuah karya yang berjudul “Semangat PMII” dimana di
dalamnya terangkai sekilas tentang hubungan yang sinkron antara PMII, Aswaja,
dan Keindonesiaan. Cara menyanyikan karya saya di bawah ini bisa dinyanyikan
dengan mengepalkan tangan seperti saat kita menyanyikan lagu “Subbanul Wathon”.
Dalam Mars PMII disebutkan “...Tangan terkepal maju kemuka...”.
SEMANGAT PMII
Karya: Dr. Arif
Muzayin Shofwan, M.Pd.
Allohu Akbar, Allohu Akbar
|
Allohu Akbar, Allohu
Akbar
Alloh, Allohu Akbar
PMII dari NU untuk
bangsa
PMII
berjuang untuk agama
PMII
berkarya untuk negara
Slalu
setia Pancasila 2x **
PMII berdasar paham
Aswaja
Qur’an, Hadist, Ijma’
Qiyas pedomannya
Madzhab Empat itu
semua sandarannya
Tasawuf rujukan
akhlaknya 2x **
PMII slalu santun
berwibawa
Tawassuth, Tawazun,
Ta’adul nafasnya
Tasamuh toleran pada
siapa saja
Hidup damai sejahtera 2x
**
Karya
di atas dibuat karena keprihatinan saya terhadap tradisi melafadzkan “Allohu Akbar” dengan disertai nada
kebencian, kemarahan, keserakahan dan semacamnya. PMII yang berpaham Aswaja dan
Ke-NU-an harus mampu menyuguhkan pancaran lafadz “Allohu Akbar” dengan cara yang santun menyejukkan dan mendamaikan
suasana bangsa.[1]
Sebab kini bukanlah zaman Bung Tomo yang ketika itu, lafadz “Allohu Akbar” harus dipekikkan secara
keras untuk memberi semangat dalam menggempur pihak kolonial Belanda.
Demikian
makalah singkat ini disampaikan, semoga kita semua mampu berjuang untuk agama
dan berkarya untuk bangsa serta negara. Ada kurang dan lebihnya, saya minta
maaf yang sebesar-besarnya kepada kawan-kawan PMII. Selamat berjuang dan
berkarya. Salam tangan terkepal maju kemuka. []
[1]
Tambahan keterangan dan perenungan bahwasannya di Nusantara ini lafadz “Assalamualaikuam” diucapkan dengan nada
“Kulonuwun” yang penuh kesantunan.
Ucapan atau ungkapan “Assalamualaikum”
dengan nada “Kulonuwun” ini berbeda
dengan apa yang dilakukan di Timur Tengah. Inilah yang dinamakan Islam
Nusantara warisan Walisongo dengan ciri khasnya yang unik dan yang telah
terbukti mengislamkan secara kultural hampir seluruh masyarakat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar