Kamis, 18 Oktober 2018

ASWAJA DAN KEINDONESIAAN


ASWAJA DAN KEINDONESIAAN

Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.

Membahas tentang Aswaja dan Keindonesiaan tentu saja tidak lepas dari apa yang harus diperjuangkan PMII untuk dua hal, yaitu:

1.    Aswaja => Perjuangan untuk Agama
2.    Keindonesiaan => Karya untuk Bangsa dan Negara

Sandaran berfikir (manhajul fikri) PMII adalah Aswaja yang berprinsip setidaknya pada: (1) Tawassuth/moderat; (2) Tawazun/netral; (3) Ta’adul/keseimbangan; dan (4) Tasamuh/toleran. Tentu saja, karena Aswaja dijadikan sebagai Manhajul Fikri (sandaran berfikir), maka untuk berkarya pada bangsa Indonesia tidak lepas dari keempat prinsip tersebut.

1.    Tawasuth/moderat dan Tawazun/netral => berkaitan dengan sikap dalam politik. PMII tidak membenarkan kelompok ekstrim yang hendak merongrong pemerintahan yang telah disepakati berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2.    Ta’adul/seimbang dan Tasamuh/toleran => terefleksikan dalam kehidupan sosial masyarakat yang berbeda budaya, etnis, ideologi politik, suku, agama, dan semacamnya.

Hal di atas itulah yang setidaknya harus diperhatikan oleh PMII dalam merealisasikan paham Aswaja sebagai Manhajul Fikri untuk Keindonesiaan. Selanjutnya, untuk meringkas waktu dan materi dalam pertemuan hari ini, saya ingin mempersembahkan sebuah karya yang berjudul “Semangat PMII” dimana di dalamnya terangkai sekilas tentang hubungan yang sinkron antara PMII, Aswaja, dan Keindonesiaan. Cara menyanyikan karya saya di bawah ini bisa dinyanyikan dengan mengepalkan tangan seperti saat kita menyanyikan lagu “Subbanul Wathon”. Dalam Mars PMII disebutkan “...Tangan terkepal maju kemuka...”.

SEMANGAT PMII

Karya: Dr. Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.

Allohu Akbar, Allohu Akbar
Alloh, Allohu Akbar
Allohu Akbar, Allohu Akbar
Alloh, Allohu Akbar

                        PMII dari NU untuk bangsa
PMII berjuang untuk agama
PMII berkarya untuk negara
Slalu setia Pancasila 2x **

PMII berdasar paham Aswaja
Qur’an, Hadist, Ijma’ Qiyas pedomannya
Madzhab Empat itu semua sandarannya
Tasawuf rujukan akhlaknya 2x **

                        PMII slalu santun berwibawa
                        Tawassuth, Tawazun, Ta’adul nafasnya
                        Tasamuh toleran pada siapa saja
                        Hidup damai sejahtera 2x **

Karya di atas dibuat karena keprihatinan saya terhadap tradisi melafadzkan “Allohu Akbar” dengan disertai nada kebencian, kemarahan, keserakahan dan semacamnya. PMII yang berpaham Aswaja dan Ke-NU-an harus mampu menyuguhkan pancaran lafadz “Allohu Akbar” dengan cara yang santun menyejukkan dan mendamaikan suasana bangsa.[1] Sebab kini bukanlah zaman Bung Tomo yang ketika itu, lafadz “Allohu Akbar” harus dipekikkan secara keras untuk memberi semangat dalam menggempur pihak kolonial Belanda.

Demikian makalah singkat ini disampaikan, semoga kita semua mampu berjuang untuk agama dan berkarya untuk bangsa serta negara. Ada kurang dan lebihnya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada kawan-kawan PMII. Selamat berjuang dan berkarya. Salam tangan terkepal maju kemuka. []
Arif Muzayin Shofwan saat MAPABA PMII di Blitar (Dokumentasi Kang Rukin)




[1] Tambahan keterangan dan perenungan bahwasannya di Nusantara ini lafadz “Assalamualaikuam” diucapkan dengan nada “Kulonuwun” yang penuh kesantunan. Ucapan atau ungkapan “Assalamualaikum” dengan nada “Kulonuwun” ini berbeda dengan apa yang dilakukan di Timur Tengah. Inilah yang dinamakan Islam Nusantara warisan Walisongo dengan ciri khasnya yang unik dan yang telah terbukti mengislamkan secara kultural hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar