Kamis, 18 Oktober 2018

WIRID SULUK SUNAN KALIJOGO


Wirid Suluk
SUNAN KALIJOGO

Disusun oleh
Arif Muzayin Shofwan

Kata Pengantar
H. Muhammad Agung Priyokusumo



Dikeluarkan oleh
“KOMUNITAS PECINTA BUMI SPIRITUAL”
Blitar - Jawa Timur

 
Judul Buku:
“WIRID SULUK SUNAN KALIJOGO”
Disusun oleh:
Arif Muzayin Shofwan

Kata Pengantar
H. Muhammad Agung Priyokusumo

Penyunting: Sulaiman
Penyelaras Akhir: Ahmad Mansuri
Tim Kreatif: Muhammad Hafidz

Untuk Kalangan Sendiri

Cetakan Pertama, 2018

Dikeluarkan oleh
“KOMUNITAS PECINTA BUMI SPIRITUAL”
Blitar - Jawa Timur

 

KATA PENGANTAR DARI MBAH HAJI MUHAMMAD AGUNG PRIYOKUSUMO

Segala puji hanya milik Tuhan sebagai penguasa alam semesta. Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, para ahli bait dan sahabatnya. Firman Allah Swt: “Ingatlah kepada Allah ketika berdiri, duduk dan berbaring” (QS. An-Nisa: 103); dan “Ingatlah Allah banyak-banyak supaya kalian beruntung” (QS. Al-Jumuah: 9).

Dengan senang hati saya menyambut hadirnya buku berjudul “Wirid Suluk Sunan Kalijogo” yang disusun oleh Saudara Arif Muzayin Shofwan ini. Saya sendiri telah mendapatkan dzikir tarekat lafadz “Allah-Allah, Allah-Hu, Hu-Allah, Ya-Hu, Hu-Hu” dari Mbah Kyai Haji Anshor Muhammad dan Mbah Kyai Muhammad Yasak serta mengijazahkan kepada penyusun buku ini untuk kebahagiaan siapa saja yang membutuhkan.

Saya juga merekomendasikan bagi penempuh spiritual atau tarekat untuk membaca buku berjudul “Kitab Suluk Rumekso Ing Napas” yang saya susun bersama Saudara Arif Muzayin Shofwan. Sebab buku tersebut sangat mendukung bagi para penempuh tarekat yang ingin menapaki jalan (suluk) menuju Tuhan.

Blitar, 20 Juni 2018

(Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo)

DAFTAR ISI

Judul Buku ~ 1
Kata Pengantar Dari Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo ~ 3
Daftar Isi ~ 4
Bab I: Sekelumit Tentang Suluk Linglung
Sunan Kalijogo ~ 5
Bab II: Teknik Dzikir (Eling) Kepada Allah ~ 7
Bab III: Wasiat Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi ~ 9
Bab IV: Ketika Khalwat (Nyepi) Laku Semedi ~ 11
Bab V: Silsilah Tarekat Bersambung Sunan Kalijogo Hingga Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi ~ 13
Bab VI: Donga Keslametan (Dari Kyai Ageng R.M. Djojopernomo Banyuwangi) ~ 15
Daftar Bacaan - 16

BAB I
SEKELUMIT TENTANG SULUK LINGLUNG SUNAN KALIJOGO

Kitab “Suluk Linglung Sunan Kalijogo” adalah buku catatan yang menjelaskan ketika Sunan Kalijogo mengalami kebingungan (linglung; Jw) akan pencarian Tuhan. Serat ini kemudian digubah pada tahun 1884 oleh Pujangga dari Surakarta bernama Kyai Ageng Iman Anom, yakni seorang keturunan dekat dari Sunan Kalijogo. Selanjutnya buku atau kitab kuno itu akhirnya dipegang oleh Raden Ayu Supratini Mursidi, yakni keturunan ke-14 dari Sunan Kalijogo. Buku atau kitab tersebut kemudian diterjemahkan oleh Drs. Muhammad Khafid Kasri, dkk. dalam buku berjudul “Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syeh Melaya)” dan editor buku tersebut adalah Prof. Dr. Kasmiran W. Sanadji.

Dalam buku “Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syeh Melaya)” pada halaman 18-19 disebutkan bahwa ketika Sunan Kalijogo kebingungan (linglung) mencari Tuhan di Mekah (dalam laku spiritualnya), maka Nabi Khidir memberikan wejangan sebagai berikut: 

Jika kamu berkehendak naik haji di Mekah, kamu harus tahu tujuan yang sebenarnya menuju ke Mekah itu. Ketahuilah, Mekah itu hanyalah tapak tilas Nabi Ibrahim saja!. Yaitu, bekas tempat tinggal Nabi Ibrahim jaman dulu. Beliaulah yang membuat bangunan ka’bah di Masjidil Haram, serta yang menghiasi ka’bah itu dengan benda berupa batu hitam (Hajar Aswad) yang tergantung di dinding ka’bah tanpa digantungkan. Apakah ka’bah itu hendak kamu sembah?. Kalau hal itu menjadi niatmu, berarti kamu sama halnya menyembah berhala atau bangunan yang dibuat dari batu. Perbuatan itu tidak jauh berbeda dengan yang diperbuat oleh orang yang tidak tahu menahu akan Tuhan, karena hanya menduga-duga saja wujud Allah yang disembah, dengan senantiasa menghadap kepada berhalanya. Oleh karena itu, biarpun kamu sudah naik haji, bila belum tahu tujuan yang sebenarnya dari ibadah haji, tentu kamu akan rugi besar. Maka dari itu, ketahuilah bahwa ka’bah yang kamu tuju itu bukanlah terbuat dari tanah atau kayu apalagi batu. Tetapi ka’bah yang hendak kamu tuju sebenarnya adalah ka’bah Allah (dalam hati). Demikian itu sesungguhnya IMAN HIDAYAT (percaya berdasarkan petunjuk Tuhan) yang harus kamu yakinkan dalam hati.”

Demikianlah wejangan Nabi Khidir pada Sunan Kalijogo. Dari sini kita dapat ambil pelajaran bahwa Ka’bah sebagai “Baitulloh” (Rumah Allah) dan menjadi kiblat yang sejati adalah HATI (QOLBUN). Maka sebagian dari ahli makrifat berkata “QOLBUL MUKMIN BAITULLAOH”, artinya HATI ORANG MUKMIN ADALAH RUMAH ALLOH. Dan juga dikatakan “QOLBUL MUKMIN YATHUFU ILALLOHI DA’IMAN” artinya HATI ORANG MUKMIN SELALU THOWAF PADA ALLOH SECARA LANGGENG. Yakni, hati orang mukmin selalu berkeliling Dzikir (Eling) kepada Allah secara langgeng, baik ketika dia sedang duduk, berdiri, berjalan, dan berbaring. []

BAB II
TEKNIK DZIKIR (ELING) PADA ALLOH

Ada banyak cara atau teknik Dzikir (Eling) atau Semedi (Tafakur/ Meditasi) dalam berbagai kitab suluk tarekat, seperti: tarekat Naqsyabandiyah, Syathoriyah, Qodiriyah, Syadziliyah, Akmaliyah, Ahadiyah, dan lain sebagainya. Dalam buku berjudul “Pepali Ki Ageng Selo” yang ditulis oleh Raden Mas Soetardi Soeryohoedoyo pada halaman 37-38 disebutkan bahwa apabila kita menuju Semedi (Tafakur/ Meditasi) doa yang digunakan adalah “DOA SAPU JAGAD” sebagai berikut: “ROBBANA ATINA FID DUNYA HASANAH WA FIL AKHIROTI HASANAH WA QINA ADZABAN NAR” Artinya: “Ya Tuhanku, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka”. Yakni, doa yang sangat sederhana sekali.

Dari penjelasan ini, kita bisa menggunakan teknik Dzikir (Tafakur/ Meditasi) sebagai berikut, misalnya:
Pembukaan
1.   Astaghfirullohal Adzim... 3x (Tiga Kali)
2.   Allohumma Shalli Ala Muhammad... 3x (Tiga Kali)
Hadiah Fatikah
1.   Ila Hadroti Nabiyyil Mustofa Muhammadin Wa Ala Alihi Wa Shohbihi Aj’main. Al-Fatikah... 1x
2.   Ila Hadroti Sayyidi Syaikh Abdil Qodir Al-Jailani, Syaikh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandi, Syaikh Abil Hasan As-Syadzili, Syaikh Abdillah Arif As-Sathori, Syaikh Al-Habib Abdillah Bin Alwi Al-Haddad. Al-Fatikah... 1x
3.   Ila Hadroti Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi. Al-Fatikah... 1x
4.   Ila Hadroti Sunan Kalijogo Wa Sunan Tembayat Wa Ushulihima Wa Furu’ihima. Al-Fatikah... 1x
5.   Ila Hadroti... (Siapa saja yang dikehendaki: Cikal Bakal Desa/Dusun; Guru-Guru; Keluarga; Teman-teman; dan lain sebagainya). Al-Fatikah... 1x
Doa Sapu Jagad
ROBBANA ATINA FID DUNYA HASANAH WA FIL AKHIROTI HASANAH WA QINA ADZABAN NAR
Lalu bisa dilanjutkan dengan lafadz Eling/Dzikir: ALLOH-ALLOH atau YA-HU atau HU-ALLOH atau ALLOH-HU atau LAILAHAILLALLOH atau lafadz-lafadz lain yang sudah dipilihnya. 

Dalam hal di atas, kita bisa dzikir dengan lafadz ALLOH-ALLOH ketika menarik dan mengeluarkan nafas dari lobang hidung. Hal tersebut dilakukan tanpa putus, baik tatkala duduk, berdiri, berjalan, dan berbaring. Dzikir yang terus difokuskan seperti ini bisa membuat hati serta pikiran tenang dan tentram. Dan ketentraman hati dan pikiran ini merupakan kunci kesuksesan dalam bidang apapun. Sebab dengan hati dan pikiran tenang, kita tidak akan berfikir grusa-grusu keburu nafsu. []

BAB III
WASIAT SYAIKH MUHYIDDIN IBNUL AROBI

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa silsilah keilmuan atau tarekat Sunan Kalijogo juga bersambung kepada Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi. Maka dari itu, perlu disebutkan wasiat-wasiat Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi bagi para penempuh spiritual. Tersebut dalam “Kitab Khozinatul Asror” karya Syaikh Muhammad Haqqi An-Nazili disebutkan pada halaman 191-192 disebutkan beberapa wasiat Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi sebagai berikut, antara lain:

Ketahuilah bahwa manusia sejak dijadikan Allah dari tidak ada (Adam) hingga ada (Wujud) itu terus terusan sebagai orang yang bepergian (musafir) hingga sampai surga dan neraka. Oleh karena itu, ketahuilah bahwa bepergian itu pasti ada banyak kesulitan, meletihkan, banyak cobaan, dan mengalami kekhawatiran-kekhawatiran besar. Jadi bisa dibayangkan bagaimana enaknya hal-hal semacam itu. Aku menerangkan hal ini supaya bisa menjadi Peringatan (Pepiling; Jw) bagi orang yang terburu-buru ingin bisa menyaksikan Tuhan yang tidak berada dalam ruang dan waktu. Maka dari itu, ketahuilah bahwa kamu tidak akan bisa berbakti kepada Allah selagi dalam hatimu masih berbakti kepada selain Allah. Maka dari itu, kau harus UZLAH. Dan UZLAH artinya apabila dalam hatimu itu tak ada sesuatu dari makhluk (artinya yang ada dalam hatimu hanyalah Allah semata). Dan yang pertama kali yang wajib bagimu adalah “MENCARI ILMU” untuk menegakkan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah, kemudian mengamalkan ilmu, tarakbrata, dan tawakal pada Allah. Selanjutnya, janganlah kau masuk khalwat (Nyepi; Jw), sehingga kau lebih dulu tahu tempat dan kekuatan mu berdasar cipta rasa hatimu. Apabila cipta rasa hatimu, kau harus di tangan Guru Mursyid (Guru Taslik/ Guru Tahkim), maka kamu harus berada di bawah bimbingan guru yang ahli makrifat pada Allah itu. Namun apabila cipta rasa hatimu dalam memasuki khalwat (Nyepi; Jw) itu cukup di bawah kekuasaanmu sendiri, maka berkhalwatlah, dan lakukan riyadhah/ tarakbrata sebelum masuk khalwat (Nyepi; Jw).

Syaikh Muhyiddin Al-Arobi juga menyatakan: “Apabila pintu rumah sudah kamu tutup, lalu pintu hati sudah kamu tutup dari kemasukan perkara yang selain Allah, maka sibukkanlah hatimu dengan berbagai lafadz Dzikir (Eling) dari berbagai lafadz-lafadz dzikir. Akan tetapi yang lebih luhur-luhurnya lafadz dzikir adalah ucapan “ALLAH-ALLAH”, dan jangan kalian menambahi dengan lafadz lainnya.” Jadi, ketika kita melakukan Meditasi (Semedi/ Tafakur) kita bisa menggunakan lafadz-lafadz dzikir apapun tanpa harus ini dan itu.

Dalam “Serat Wedharan Wirid I” karya Ki R.S. Partojuwono halaman 85 disebutkan: “...Dados nindak- aken Semedi wau kedah kathi netepi Dharma-nipun Pasemeden; TELATOS, PASRAH, lan IKHLAS.” Insya Allah dengan Tiga Dharma Pasemeden ini kita akan mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman batin. []

BAB IV
KETIKA KHALWAT (NYEPI) LAKU SEMEDI

Dalam “Kitab Khazinatul Asror” karya Syaikh Muhammad Haqqi An-Nazili halaman 192, disebutkan bahwa wasiat-wasiat Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi bagi orang yang khalwat (Nyepi; Jw) melakukan Semedi (Tafakur/Dzikir) sebagai berikut: “Kalian harus menjaga dari khayalan-khayalan yang merusak... Dan kalian hendaknya bisa menjaga agar apa yang kalian makan bukanlah hewan yang bernyawa. Sebab hal itu bisa menjaga kalian dari kenyang dan lapar yang sangat.

Lanjut Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi: “Kalian harus bisa membedakan Warid (cahaya petunjuk) yang dari bangsa Malaikat (Energi Positif) dan bangsa Syaitan (Energi Negatif). Apabila Warid (cahaya petunjuk) itu bangsa Malaikat (Energi Positif), dia akan mengakibatkan padamu rasa dingin, nikmat, dan kamu tidak merasa sakit, serta meninggalkan ILMU padamu. Namun apabila Warid (cahaya petunjuk) itu bangsa Syaitan (Energi Negatif), dia mengakibatkanmu rasa sakit pada anggota tubuhmu, rasa susah dan bingung dengan berbagai pikiran yang merusak hati/batinmu. Dan teruslah kalian berdzikir ALLOH-ALLOH, sehingga dihilangkan pikiran-pikiran yang merusak dari hatimu.”

Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi berwasiat kepada orang yang sedang khalwat (Nyepi; Jw) supaya memiliki iktikad “Laitsa Kamislihi Syaiun”, artinya Tuhan Allah itu tidak bisa disamakan/ digambarkan dengan sesuatu apapun. Sebab setiap benda yang kita ketahui di saat Semedi/ Meditasi selalu menyatakan “Ana Allah” (Saya Allah). Ketika seperti itu, ucapkan “Subhanallah” (Maha Suci Allah dari serupa apapun), dan teruslah berdzikir (Alloh-Alloh) secara Langgeng (Daim).”

Kata Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi: “Ketika kalian khalwat (Nyepi; Jw), janganlah kalian mencari sesuatu selain Allah (seperti: supaya keramat, mengetahui barang gaib, dan lainnya). Dan janganlah menggantungkan cita-citamu kepada selain Allah. Dan apabila Allah memperlihatkan padamu hal-hal atau barang-barang yang gaib, maka ambilah dengan tatakrama/santun. Dan janganlah kalian berhenti pada hal itu... Sebab hal-hal tersebut merupakan UJIAN untuk menguji benarnya berbaktimu kepada Allah. Dan janganlah kalian terputus dalam setiap keluar-masuknya nafasmu berdoa: Robbi Zidnii Ilma (Ya Allah Tambahkan Ilmu Pada Kami). Yakni ilmu yang bisa sampai (wushul) kepada Allah, yang menjadi bekal keselamatan kita, kini dan mendatang.” 

Kata Sang Wali: “Al-Istiqomah Khoirun Min Alfi Karomah”, artinya konsisten (ajeg; Jw) itu lebih baik dari seribu keramat. Kata Sang Wali: “Al-Istiqomah Ainul Karomah” artinya konsisten (ajeg; Jw) itulah yang sebenarnya keramat. Kita hendaknya mencari “Keramat-Keramat Maknawi”, seperti: ayem, tentrem, tenang, damai, bahagia, ikhlas (lilo legowo), syukur pada Allah dan semacamnya. Kita tidak dianjurkan mencari “Keramat Khoriqul Adat” (keramat yang nulayani adat manusia lugu), seperti: tidak mempan dibacok, bisa terbang, bisa berjalan di atas air, dan semacamnya. [] 

BAB V
SILSILAH TAREKAT BERSAMBUNG SUNAN KALIJOGO HINGGA SYAIKH MUHYIDDIN IBNUL AROBI

Tarekat Ahadiyah jalur Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Saw (2) Abu Bakar Ash-Shiddiq (3) Salman Al-Farisi (4) Imam Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq (5) Imam Ja’far Ash-Shadiq (6) Imam Musa Al-Kazhim (7) Imam Ali Ar-Ridha (8) Syaikh Ma’ruf Al-Karkhi (9) Syaikh As-Sari As-Saqathi (10) Syaikh Al-Junaid Al-Baghdadi (11) Syaikh Abu Bakar ibn Khalaf Asy-Syibli (12) Syaikh Abu Al-Fadhl Abd Wahid At-Tamimi (13) Syaikh Abu Al-Faraj Al-Tharsusi (14) Syaikh Abu Hasan Al-Hakkari (14) Syaikh Abu Said Al-Mubarak Ali Al-Mahrami (15) Syaikh Abd Al-Qadir Al-Jailani (16) Syaikh Jamaluddin Yunus ibn Yahya Al-Hasyimi (17) Syaikh Muhyiddin Ibn Arabi (19) Syaikh Izz Ahmad (20) Syaikh Umar bin Hassan (21) Syaikh Syamsuddin Ahmad (22) Syaikh Kamaluddin (23) Syaikh Jalaluddin Suyuthi (24) Syaikh Abdul Wahhab Sya’rani (25) Syaikh Ali bin Abdul Quddus (26) Syaikh Maulana Malik Ibrahim (27) Sayyid Ali Rahmatullah/ Sunan Ampel (28) Sayyid Makdum Ibrahim/ Sunan Bonang (29) Raden Mas Syahid/ Sunan Kalijogo (30) Raden Hadiwijoyo/Sayyid Abdurrohman/ Jaka Tingkir Pajang (31) Raden Sutowijoyo/ Panembahan Senopati Ing Ngalogo (32) Sultan Agung Hanyokro Kusumo Mataram (33) Panembahan Notoprojo (34) Sinuwun Bagus Solo (35) Raden Mas Gimbal Mangku Projo (36) Kyai Ageng Muhammad Sufiyah Malang (37) Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi (38) Eyang Soemodiningrat Surakarta (39) Eyang Bopo Yatiran Srengat (40) Arif Muzayin Shofwan (41)..................... Sedangkan lewat jalur lain (ke atasnya sama seperti di atas) sebagai berikut: ... (29) Raden Mas Syahid/ Sunan Kalijogo (30) Kyai Ageng Sengki (31) Pangeran Sumendi  (32) Ki Ageng Pengging (33) Raden Hadiwijoyo/Sayyid Abdurrohman/ Jaka Tingkir Pajang (34) Raden Sutowijoyo/ Panembahan Senopati Ing Ngalogo (35) Sultan Agung Hanyokro Kusumo Mataram (36) Panembahan Notoprojo (37) Sinuwun Bagus Solo (38) Raden Mas Gimbal Mangku Projo (39) Kyai Ageng Muhammad Sufiyah Malang (40) Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi (41) Ki Kasni Guno Pati/ Mbah Kamituwo Kucing Ponorogo dan juga Eyang Bopo Yatiran Srengat (42) Arif Muzayin Shofwan (43)....................

Keterangan silsilah keilmuan Sunan Kalijogo ke bawah dikutip dari dua kitab berikut dengan pengurutan seperlunya, antara lain: (1) Serat Utomo Sanyoto oleh Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi; (2) Serat Pakem Pirukunan Purwa Ayu Mardi Utama oleh Ki Kasni Guno Pati. Sedangkan pengurutan silsilah keilmuan (Tarekat Ahadiyah) Sunan Kalijogo ke atasnya diadopsi dari tulisan Kyai Shohibul Faroj Azmatkhan.

Kata Nabi Muhammad kepada Sayyidina Ali: “Ya Ali, Ighmidz Ainaka, Wa Alsiq Sya’baka Wa A’li Lisanaka, Wa Qul: ALLOH-ALLOH-ALLOH” (HR. Tobroni dan Baihaqi). Artinya: “Hai Ali, pejamkan dua matamu dan rapatkan mulutmu, dan tekuklah lidahmu (ke langit-langit), kemudian ucapkan: ALLOH-ALLOH-ALLOH.” (HR. Tobroni dan Baihaqi). Terima kasih. []

BAB VI
DONGA KESLAMETAN JAWA
(Dari Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi)

Holoumo Bumi Langgeng, Blambangan Kancinge Iman Soko Sucine Makrifat, Tinempuhan Poro Nabi, Tinempuhan Poro Wali, Imane (...........) Iman Slamet, Slameto Kang Nylameti, Slameto Kang Den Slameti, Pinaringono Rejeki, Rejeki Saking Pangeran. Holoumo Dino Loro, Uripe Dino Kelawan Wengi, Wong Kajat Kelawan Niyat, Lungguhe (...........) Ono Syarengat, Wisanono Nistiko Wungkulono Wuku Telung Puluh, Jopo Lan Sukmo, Jopone (...........) Ngedohno Ponco Boyo, Ngedohno Ponco Beko, Pinaringono Pinanjang Umur, Slamet, Slamet, Slamet Saking Kersane Allah.”

Keterangan
Titik-titik di atas bisa diisi dengan: “KITO SEDOYO” atau “NAMA ORANG” atau “WONG SAK DESA” atau “WONG SAK NEGORO”, tergantung hajat orang yang berdoa dan didoakan. Donga Keslametan di atas saya dapatkan dari Eyang Tugiman Darungan yang dia dapatkan dari Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi. Yakni, seorang kyai agung serta cucu Nyi Ageng Serang (Pahlawan Nasional) dan keturunan ke-12 dari Sunan Kalijogo. []

DAFTAR BACAAN

Syaikh Muhammad Haqqi An-Nazili (t.t). Kitab Khozinatul Asror. Semarang: Toha Putra.
Drs. M. Khafid Kasri, dkk. (1993). Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syeh Melaya). Jakarta: Balai Pustaka.
R.M. Soetardi Soeryohoedoyo (1993). Pepali Ki Ageng Selo. Surabaya: PT. Citra Jaya Murti.
Raden Panji Natarata (1975). Serat Bayanullah. Surabaya: Yayasan Djojo Bojo.
Ki Kasni Guno Pati (t.t). Serat Pakem Pirukunan Purwo Ayu Mardi Utama. Ponorogo: Jl. R. Patah No. 47 Desa Kauman Kec. Kauman Sumoroto Ponorogo.
RM. Djojopoernomo, (t.t). Serat Utomo Sanyoto. Sebuah kitab pegangan yang dibawa oleh Eyang Bopo Yatiran Dermojayan Srengat Blitar.
Ki Wirjoatmodjo (1992). Tuntunan Samadhi. Surabaya: PT. Citra Jaya Murti.
Ki R.S. Yudi Partojuwono (1991). Serat Wedaran Wirid I. Surabaya: Y.P. Djojobojo.
Kyai Shohibul Faroj Azmatkhan (t.t). Silsilah Tarekat Ahadiyah Jalur Sunan Kalijogo. Tanpa Alamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar