KITAB
HIDAYATUS SALIKIN
Fi Bayani Ba’di
Salasili Wa Kaifiyati
At-Thoriqoh As-Syathoriyah
Dr.
Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.
Dikeluarkan
oleh
MAJELIS
ZIKIR SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
Alamat: Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03
RW. 09 Papungan Kanigoro Blitar Kode Pos 66171
|
MUQODIMAH
Segala
puji milik Allah Yang Menguasai Alam semesta. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, ahli baitnya, sahabatnya, dan semua
umatnya. Allah Tuhan Yang Maha Pengasih telah berfirman: “Apabila kalian sudah menyelesaikan
shalat, maka berzikirlah kalian kepada Allah di waktu berdiri, di waktu duduk
dan di waktu berbaring”. (QS. An-Nisa: 103). Amma Ba’du.
Kitab kecil
ini saya namakan “Kitab Hidayatus
Salikin” yang menjelaskan tentang sebagian silsilah dan tata-cara yang
berlaku dalam Thoriqoh Syathoriyyah. Tentu saja, dalam hal ini saya sangat
berterima kasih kepada Syaikhuna Wa Murobbi Ruhina Al-Mursyid Syaikh Muhammad
Mahrosin Al-Blitari yang memberikan bimbingan jalan merambah makrifat kepada
Allah.
Oleh karena
kitab ini hanyalah sebuah tulisan kecil untuk pedoman pemula bagi kawan-kawan
yang masuk tahapan thoriqoh, tentu saja ada banyak kekurangan di sana-sini.
Dengan demikian, ada saran dari saya untuk terus mengkaji kitab-kitab ulama
Syathoriyah lain, demi tegaknya batin yang kokoh. Akhir kata, ada kurang dan
lebihnya saya minta maaf.
Blitar,
20 September 2019
Ba’dul
Ihwan Fi At-Thoriqoh As-Syathoriyah
Dr.
Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.
DAFTAR ISI
v Muqoddimah, halaman 2
v Daftar Isi, halaman 3
v Bab I: Sekelumit Thoriqoh Syathoriyah, halaman 4
v Bab II, Silsilah dan Aurod Thoriqoh Syathoriyah, halaman 6
v Bab III, Zikir, Murid, Hati, dan Nafsu, halaman 9
v Bab IV, Beberapa Thoriqoh Mu’tabaroh, halaman 11
v Daftar Pustaka, halaman 12
BAB I
SEKELUMIT THORIQOH SYATHORIYAH
Thoriqoh
Syathoriyah didirikan oleh Syaikh Abdullah As-Syathori. Beliau adalah seorang
sufi kelahiran Khurasan Persia yang merupakan keturunan dari Syaikh Syihabuddin
Umar As-Suhrawardi (1145-1234 M), yakni seorang ulama sufi pendiri Thoriqoh
Suhrawardiyah. Nasabnya yang terdapat dalam berbagai catatan adalah Syaikh
Abdullah bin Husamuddin bin Abdullah bin Zaid bin Dhiya'uddin bin Najmuddin bin
Hammad bin Syihabuddin Umar bin Muhammad As-Suhrawardi.
Pada
masa mudanya Syaikh Abdullah As-Syathori belajar tasawuf kepada Syaikh Muhammad
Arif, Syaikh Muzzaffar Kitani al-Khalwati dan Sayyid Ali Muwahid. Syaikh
Muhammad Arif memberikan gelar “As-Syathor”
karena cepatnya beliau menempuh tahapan maqamat (tingkatan) dalam tasawuf. Mengikuti
perintah gurunya, beliau mendapat tugas untuk berkelana membimbing murid ke
seluruh pelosok negeri. Beliau berkelana ke seluruh Iraq, Khurasan, Azerbaijan
dan India.
Di
India pertama kali beliau singgah di Jawnpur, melalui Multan Lahore, Delhi.
Dari Jawnpur beliau lalu pindah ke Surhurpur di mana Syaikh Daud Qolandar
seorang sufi Thoriqoh Qolandariyah mengikuti dan menjadi muridnya. Dari sini menuju
ke Manikpur, dan kemudian ke Bengal. Seorang sufi Bengal, Syaikh Muhammad Ala
Qozin yang semula menolak malah kemudian menjadi murid utamanya setelah
bermimpi bertemu dengam ayahnya dan dinasehati untuk menjadikan Syaikh Abdullah
As-Syathori sebagai guru mursyidnya.
Kemudian,
dari Bengal beliau menuju Ekdalah dan terus ke Malwah. Disinilah beliau
mendapat sambutan yang positif dan dukungan dari penguasa Malwah Sultan Mahmud
Khalji (1436-1469 M) dan putranya Ghiyatsuddin. Beliau mendirikan pondok sufi (khanqah) Syathoriyah pertama di Mandu
wilayah Malwah ini. Syaikh Abdullah As-Syathori kemudian menulis naskah “Lathaiful Ghaibiyyah” yang berisi tentang
tata cara dzikir dan dasar ajaran tasawufnya dan mendedikasikan kitab tersebut
untuk Sultan Ghiyatsuddin Khalji (1469-1415 M).
Isi
ajaran Thoriqoh Syathoriyah yang dikembangkan oleh Syaikh Abdullah As-Syathori
antara lain tentang cara tercepat mencapai makrifat dengan menformulasi apa
yang beliau sebut Masyrab Syathoriyah. Masyrob ini terdiri dari beberapa
praktek dzikir, dan kontemplasi yang harus berdasar baiat dan petunjuk Sang Guru
Mursyid. Syaikh Abdullah As-Syathori wafat di Mandu pada 890 H (1485 M) dan
dimakamkan di dekat Makam Kesultanan Khalji penguasa Malwa. Pada abad 17 M,
kubah dibangun diatas makamnya atas perintah Sultan Jahangir yang mengunjunginya
bersama dengan Syah Pir Meerut.
Ajaran atau
pelajaran-pelajaran Thoriqoh Syathoriyah dapat dipelajari dari beberapa kitab
ulama Syathoriyah dan beberapa kitab tasawuf lainnya sebagai pelengkap, antara
lain:
1. Kitab As-Simtul Majid, karya Syaikh Sayyid Ahmad bin Muhammad al-Qusyāsyi
ad-Dajāni al-Madāni RA.
2. Kitab Bayan Al-Qohhar, karya Syaikh Abdul Muhyi As-Safarwadi Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa
Barat.
3. Kitab Martabat Kang Pitu, karya Syaikh Abdul Muhyi As-Safarwadi Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa
Barat.
4. Dan beberapa kitab Thoriqoh Syathoriyah dan berbagai kitab tasawuf
lainnya. []
BAB II
SILSILAH DAN AUROD THORIQOH
SYATHORIYAH
Thoriqoh Syathoriyah merupakan salah satu thoriqoh
mu’tabarah yang diakui oleh Nahdlatul Ulama (NU). Di daerah Jawa Barat dan Jawa
Timur, thoriqoh ini kebanyakan bermuara pada Syaikh Abdul Muhyi As-Safarwadi
Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa Barat. Berikut adalah Silsilah Thoriqoh Syathoriyah
dari jalur Syaikh Muhammad Mahrosin Al-Blitari.
1.
Allah
SWT
2.
Malaikat
Jibril AS
3.
Sayyidina
Nabi Muhammad SAW
4.
Sayyidina
Imam Ali bin Abi Thālib KW
5.
Sayyidina
Imam Husain As-Syahīd RA
6.
Sayyidina
Imam Zainal 'Abidin Ali bin Husain RA
7.
Imam Muhammad al-Bāqir RA
8.
Sayyidina
Rūhaniyyatu Imam Ja'far as-Shādiq RA
9.
Sayyidina
Rūhaniyyatu Sulthan al-'Ārifīn Abu Yazīd
al-Busthāmiy RA
10. Syaikh
Muhammad al-Maghribiy RA
11. Syaikh
al-A'rābiy Yazīd al-'Isyqiy RA
12. Syaikh
Abu al-Mudhaffar Maulāna Turki at-Thūsiy RA
13. Syaikh Quthub
Abu al-Hasan al-Kharqāniy RA
14. Syaikh
Khudāquliy al-Māwara an-Nahriy RA
15. Syaikh Sayyidi
Muhammad 'Āsyiq RA
16. Syaikh Sayyidi
Muhammad 'Ārif RA
17. Syaikh
Abdullah As-Syathori RA (wafat 1485 M)
18. Syaikh Imam
Muhammad 'Alā' Qādhin Syathori RA (Muhammad 'Ala Qādin al-Maneri at-Tirhuti
Al-Hashimi) (wafat 11 syawal 901 H/1495 M)
19. Syaikh
Hadiyyatullah (Haybatullah) Sarmast RA (wafat 12 Syawal 944H/1538 M)
20. Syaikh
Hāji Hamīduddin Hudhūr RA (wafat 22 Dzul Hijjah 930 H/1523 M)
21. Syaikh Sayyid
Muhammad al-Ghauts ibn Sayyid Khathīruddin RA (wafat 17 Ramadhan 970 H/1562 M) menurut
Syaikh Qusyasyi beliau wafat 5 Ramadhan 959/960 H)
22. Syaikh Sayyid
Wajīhuddīn al-'Alawi RA (wafat 998 H/1589 M)
23. Syaikh Sayyid
Shibghatullah ibn Sayyid Rūhullah RA (wafat 27 Jumadil Ula 1015H/1606 M)
24. Syaikh Sayyid
Abul Mawāhib Abdullah Ahmad bin 'Āli al-Qurasyi al-'Abbāsi as-Shināwi RA (wafat
5 Dzulhijjah 1028H/Selasa, 12 November 1619 M)
25. Syaikh Sayyid
Ahmad bin Muhammad al-Qusyāsyi ad-Dajāni al-Madāni RA (wafat 19 Dzulhijjah
1071H/Ahad, 14 Agustus 1661 M)
26. Syaikh
Abdur Rouf Bin Ali As-Singkili RA (Aceh)
27. Syaikh Abdul Muhyi As-Safarwadi Pamijahan
RA (Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa Barat)
28. Syaikh Najmuddin Haji Abdullah
As-Safarwadi RA
29. Syaikh Muhammad Yunus As-Safarwadi RA
30. Syaikh Muhammad Adzkiya’ As-Safarwadi
RA
31. Syaikh Muhammad Sa’i Sangi RA
32. Syaikh Muhammad Shufi RA
33. Syaikh Raden Mas Tubagus Hasanuddin
RA
34. Syaikh Adam Muhammad Selaya RA
35. Syaikh Haji Muhyiddin RA (Kutoharjo,
Pekonuman)
36. Syaikh Ahmad Yusa’ (Plosokembang,
Wonodadi, Blitar)
37. Syaikh Muhammad Ihsan (Nglarangan,
Kandat, Kediri)
38. Syaikh Muhammad Yasin (Tunjung,
Wonodadi, Blitar)
39. Syaikh Muhammad Syahrudhuhan (Gentor,
Candirejo, Ponggok, Blitar)
40. Syaikh Muhammad Mahrosin Al-Blitari (Pakel,
Selopuro, Blitar)
41. ............................. (Siapa
saja yang menerima baiat)
Adapun wirid-wirid (aurod) yang hendak dilakukan oleh penempuh Thoriqoh Syathoriyah
dalam “Kitab As-Syathoriyah” yang
ditulis oleh Ahmad Khozin Abdullah (Bakung, Udanawu, Srengat, Blitar) tahun
1988, antara lain sebagaimana berikut:
1. Istighfar: “Astaghfirullohal Adzim Alladzi
Laa Ilaha Illa Huwal Hayyul Qoyyumu Wa Atubu Ilaih”. Setiap siang hari
dibaca 100x (Seratus Kali), dan malam hari dibaca 100x (Seratus Kali)
2. Sholawat: “Allohumma Sholli Wa Sallim Ala
Muhammad Wa Ala Ali Muhammad”. Tiap hari 100x (Seratus Kali)
3. Tasbih: “Subhanalloh Wal Hamdulillah Wa
Laailahaillallohu Wallohu Akbar Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil
Aliyyil Adzim”. Tiap hari 100x (Seratus Kali)
4. Surat Al-Fatikah. Tiap hari dibaca 100x (Seratus Kali)
5. Hamdalah: “Alhamdulillah”. Tiap hari
100x (Seratus Kali)
6. Takbir: “Allohu Akbar”. Tiap hari
100x (Seratus Kali)
7. Zikir: “Hu”. Tiap hari 100x (Seratus
Kali)
Demikianlah
sebagian dari beberapa wirid (aurod)
yang hendaknya dilakukan para penempuh Thoriqoh Syathoriyah. Semoga bisa
istiqomah di jalan penempuhan makrifat ini. []
BAB III
ZIKIR, MURID, HATI,
DAN NAFSU
Dalam Thoriqoh Syathoriyah tidak hanya mengajarkan
wirid-wirid sebagaimana yang disebut di atas. Tetapi, ada banyak hal yang harus
terus dipelajari dalam thoriqoh ini secara tahap demi tahap hingga seseorang
bisa mencapai makrifat kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dalam bab ini akan
disebutkan beberapa istilah yang ada dalam thoriqoh ini, antara lain:
1.
Zikir
Secara garis besar, dalam Thoriqoh Syathoriyah
diajarkan dua macam cara zikir, yaitu: (1) Zikir Jahri, yakni zikir yang
dilakukan dengan cara bersuara; (2) Zikir Sirri, yakni zikir yang dilakukan
dengan cara tanpa bersuara. Bagi penempuh thoriqoh ini, hendaknya terus
mengikuti berbagai kajian kitab-kitab yang disampaikan oleh Guru Mursyid
ataupun Pengganti (Badal)-nya. Sebab
hanya dengan terus belajarlah pengetahuan seseorang akan semakin bertambah dan
bertambah, terutama belajar zikir untuk menggapai makrifat kepada Allah Yang
Maha Kuasa. Seorang penempuh thoriqoh hendaknya mengetahui tata-cara zikir, syarat-syarat
zikir, adab-adab zikir secara lahir maupun batin, tingkatan-tingkatan zikir,
dan segala ilmu yang berkaitan dengan zikir.
2.
Murid
Thoriqoh Syathoriyah membagi murid menjadi 4 macam,
yaitu: (1) Murid Mubtadi, artinya murid pemula; (2) Murid Mutawasith, artinya
murid pertengahan; (3) Murid Kamil, artinya murid yang sempurna; (4) Murid
Mukammil, artinya murid yang bisa menyempurnakan. Hal ini juga harus dikaji
oleh seorang penempuh Thoriqoh Syathoriyah hingga tahap demi tahap, dari
Syariat meningkat ke Thoriqot, dari Thoriqot meningkat ke Hakiqot, dan dari
Hakiqot kemudian meningkat ke Makrifat. Tahapan-tahapan ini hendaknya terus
dilalui penempuh Thoriqoh Syathoriyah tahap demi tahap dibawah bimbingan Guru
Mursyid atau Pengganti (Badal)-nya.
3.
Hati
Dalam Thoriqoh
Syathoriyah juga diperkenalkan beberapa keadaan hati penempuh jalan kepada
Allah Yang Maha Esa, antara lain: (1) Hati Salim, yakni hati yang sudah terbuka
di Alam Nasut. Adalah hatinya Ahli
Syariat; (2) Hati Tawajjuh, yakni hati yang sudah terbuka di dalam Alam Malakut. Adalah hatinya Ahli
Thoriqot; (3) Hati Mujarrod, yakni hati yang sudah terbuka di Alam Jabarut. Adalah hatinya Ahli
Hakiqot; dan (4) Hati Robbani, yakni hati yang sudah terbuka di Alam Lahut. Adalah hatinya Ahli
Makrifat. Demikian ini hendaknya terus dipelajari dan direalisasikan oleh para
penempuh Thoriqoh Syathoriyah.
4.
Nafsu
Dalam Thoriqoh
Syathoriyah, seorang penempuh juga harus mempelajari tujuh macam nafsu dan cara
mengatasinya, antara lain: (1) Nafsu Amarah; (2) Nafsu Lawwamah; (3) Nafsu
Mulhimah; (4) Nafsu Mutmainah; (5) Nafsu Rodhiyah; (6) Nafsu Mardhiyah; dan (7)
Nafsu Kamilah. Rasulullah SAW pernah bersabda ketika pulang dari pertempuran: “Kita baru saja kembali dari jihad kecil
menuju jihad besar, yakni melawan hawa nafsu kita sendiri” (Al-Hadist).
Kata Ali Bin Abi Tholib: “Hai manusia,
penyakitmu ada dalam dirimu sendiri, tapi kau tidak mengetahui, dan obatnya ada
pada dirimu sendiri, tapi kau tak hiraukan” (Ali Bin Abi Tholib). []
BAB IV
BEBERAPA THORIQOH
MU’TABAROH
Dalam bab ini akan disebutkan beberapa thoriqoh mu’tabaroh dalam
lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) antara lain:
1.
|
Abbasiyah
|
25.
|
Sya’baniyah
|
2.
|
Kubrowiyah
|
26.
|
Haddadiyah
|
3.
|
Ahmadiyah
|
27.
|
Syathoriyah
|
4.
|
Matubuliyah
|
28.
|
Hamzawiyah
|
5.
|
Akbariyah
|
29.
|
Suhrawardiyah
|
6.
|
Malamiyah
|
30.
|
Idrisiyah
|
7.
|
Alawiyah
|
31.
|
Tijaniyah
|
8.
|
Maulawiyah
|
32.
|
Idrusiyah
|
9.
|
Baerumiyah
|
33.
|
Umariyah
|
10.
|
Qodiriyah
|
34.
|
Isawiyah
|
11.
|
Naqsyabandiyah
|
35.
|
Usyaqiyah
|
12.
|
Bakdasyiyah
|
36.
|
Jalwatiyah
|
13.
|
Rifa’iyah
|
37.
|
Ustmaniyah
|
14.
|
Bakriyah
|
38.
|
Junaidiyah
|
15.
|
Rumiyah
|
39.
|
Uwaisiyah
|
16.
|
Bayumiyah
|
40.
|
Justiyah
|
17.
|
Sa’diyah
|
41.
|
Zainiyah
|
18.
|
Buhuriyah
|
42.
|
Khidiriyah
|
19.
|
Samaniyah
|
43.
|
Kholwatiyah
|
20.
|
Dasuqiyah
|
44.
|
Qiro’ah Qur’an
|
21.
|
Sumbuliyah
|
45.
|
Qiro’ah Kutub
|
22.
|
Ghozaliyah
|
46.
|
Qiro’ah Shalawat
|
23.
|
Syadziliyah
|
47.
|
Dan cabang-cabang
|
24.
|
Ghoibiyah
|
|
darinya.
|
DAFTAR PUSTAKA
Syekh
Ahmad Qusyasyi, As-Simthu al-Majīd,
edit. Dr Ashim al-Kayyāli, Kitab Nashirūn, Siria, 2013.
Qazi
Moin Uddin Ahmad, History of the Shattari
Silsilah, Aligarh, Department of History Aligarh Muslim University, 1963.
Syekh
Abu Sālim al-'Iyyasyi, Ar-Rihlah
al-'Iyyasyiyyah, ed. Biografi Syekh Qusyasyi, pada As-Simth al-Majīd tahqīq
Dr. Ashim Al-Kayyāli, Kitab Nashirūn, Siria, 2013.
Hawash
Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan
Tokoh-Tokohnya di Nusantara, Surabaya, Al Ikhlas, 2013.
Ahmad Khozin
Abdullah, Kitab As-Sathoriyah, Tanpa Nama
Penerbit, Bakung, Udanawu, Srengat, Blitar, 1988.
Istadiyantha,
Fungsi Tarekat Syattariyah: Suatu Telaah
Filologis, Solo, 2006.
Sri Mulyati,
Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi
Terkemuka. Jakarta, Kencana, 2006.
Anonim, Silsilah Thoriqoh Syathoriyah, berupa
lembaran dari Syaikh Muhammad Mahrosin Al-Blitari, 2019.
---------, Silsilah Thoriqoh Syathoriyah, berupa
lembaran dari Muhammad Faishol Umar Al-Idrus, Kediri, 2019.
---------, Silsilah Thoriqoh Syathoriyah Jalur Syaikh
Muhammad Sufyan Ibnu Lasimin Bin Rafu’ah, Surabaya, 2019.
---------, Silsilah Thoriqoh Syathoriyah Jalur
Syaikhuna Muhammad Fathurrohman Toyyib, Juwana, Pati, 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar