KITAB
NURUL
ANWAR
Catatan
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Tentang Tata Cara Khalwat dan Uzlah dalam Kitab
Sirrul Asrar
Dr.
Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.
Dikeluarkan
oleh
MAJELIS
ZIKIR SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
|
PENDAHULUAN
Segala
puji hanya milik Allah sebagai penguasa alam semesta. Shalawat dan salam
mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para ahli baitnya dan
sahabatnya. Dari Abu Bakar As-Siddiq berkata bahwa aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: ”Barangsiapa yang bershalawat
kepadaku, maka aku akan memberinya pertolongan (syafaat) pada hari kiamat”.
(H.R. Ibnu Shahin). Amma Ba’du.
Buku
atau kitab berjudul “Kitab Nurul Anwar” ini menjelaskan
tentang tata cara khalwat dan uzlah yang dipetik dari “Kitab Sirrul Asrar”
karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Kitab Sirrul Asrar memang merupakan salah
satu tulisan yang luar biasa sebagai jalan menuju sampai (wushul) kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Demikian
pendahuluan dari kami, mudah-mudahan buku atau kitab ini bisa mendukung bagi
para penempuh thariqat yang ingin menapaki jalan menuju Tuhan. Lebih-lebih
manakala melakukan khalwat dan uzlah menggapai ridla Allah. Serta menjadi sarana
untuk bisa mencintai Rasulullah SAW dan para waliyullah.
Blitar,
28 Juni 2019
Pengasuh
Majelis Zikir Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
Dr.
Arif Muzayin Shofwan, M.Pd.
BAB I
CARA MELAKUKAN
KHALWAT DAN UZLAH
Syaikh Abdul Qadir
Al-Jailani dalam kitabnya yang berjudul “Kitab Sirrul Asrar” menyatakan bahwa khalwat
dan uzlah ada dua macam, yaitu khalwat lahir dan khalwat batin. Berikut
penjelasannya.
a. Khalwat
Lahir
Cara khalwat lahir dapat dilakukan sebagaimana berikut, antara
lain:
1.
Mengucilkan diri dan mengekang tubuh dari
berhubungan dengan orang lain agar tidak menyakiti orang lain dengan akhlaknya
yang tercela.
2.
Meninggalkan berbagai kesenangan nafsu.
3.
Mengekang semua indera lahiriyahnya untuk
membuka berbagai keistimewaan batiniyahnya dengan niat yang ikhlas.
4.
“Mematikan” dirinya sendiri.
5.
“Masuk ke dalam kubur” dengan niat meraih ridha
Allah.
6.
Mencegah kejahatan diri terhadap kaum muslimin.
7.
Mencegah lidahnya dari segala yang tidak
berguna baginya.
8.
Mencegah kedua matanya dari pengkhianatan dan
melihat hal-hal yang diharamkan.
9.
Mencegah kedua telinga, tangan, dan kakinya
dari perbuatan maksiat.
b. Khalwat
Batin
Cara khalwat batin dapat dilakukan sebagaimana berikut, antara
lain:
1.
Berusaha jangan sampai memasukkan segala bentuk
pikiran nafsani dan setan ke dalam hatinya, seperti kesukaan terhadap makan dan
minuman, kecintaan kepada keluarga dan sanak famili, kecintaan terhadap
binatang, pamer (riya’),
memperdengarkan kebaikan kita (sum’ah),
dan ketenaran (syuhrah).
2.
Secara sadar tidak memasukkan sifat-sifat buruk
ke dalam hatinya, seperti sombong, ujub, kikir, dan berbagai sifat tercela
lainnya.
Ketika satu dari sifat-sifat tercela ini
menyusup ke dalam hati seseorang yang sedang khalwat dan uzlah, maka rusaklah
khalwat dan uzlahnya, rusaklah hatinya, bahkan ikut rusak pula semua amal saleh
dan kebaikan yang bersemayan dalam hatinya. Kata Rasulullah SAW: “Amarah merusak iman seperti cuka merusak
madu” (HR. Thabrani). “Iri hati
memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar” (HR. Abu Dawud). “Menggunjing lebih berat taubatnya daripada
zina” (HR. Thabrani). “Pengadu domba
tidak akan masuk surga” (HR. Muslim), dan lain sebagainya.
Tujuan utama tasawuf adalah menjernihkan hati,
mencabut hawa nafsu ke akar-akarnya dengan khalwat, latihan, tidak banyak
mulut, senantiasa berzikir dengan tekad, cinta, dan keikhlasan, taubat, dan
iktikad baik mengikuti sunah dengan jejak salaf shalih, sahabat, tabiin, para
syaikh dan ulama yang mengamalkan ilmunya.
BAB II
WIRID-WIRID
DALAM KHALWAT
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam “Kitab Sirrul
Asrar” menjelaskan beberapa wirid ketika melakukan khalwat dan uzlah, antara
lain:
a.
Melengkapi dengan puasa
b.
Shalat wajib berjamaah
c.
Melakukan Shalat Tahajud 12 rakaat di tengah malam (nisfu lail).
d.
Shalat Isyraq 2 rakaat setelah matahari terbit.
e.
Shalat Isti’adah 2 rakaat, setelah Surat Al-Fatikah
membaca Surat Falaq dan Surat An-Nas.
f.
Shalat Istikharah 2 rakaat:
1.
Rakaat pertama: Fatikah + Ayat Kursi 7x
2.
Rakaat kedua: Fatikah + Surat Ikhlas 7x
g.
Shalat Dhuha 6 rakaat
h.
Shalat Kaffaratul Baul (usai Shalat Dhuha) 2 rakaat:
1.
Rakaat pertama: Fatikah + Surat Kautsar 7x
2.
Rakaat kedua: Fatikah + Surat Kautsar 7x
i.
Shalat Tasbih 4 rakaat
1.
Fatikah + Surat Apa Saja + Tasbih 15x
2.
Rukuk + Tasbih 10x
3.
Iktidal + Tasbih 10x
4.
Sujud + Tasbih 10x
5.
Duduk di antara dua sujud + Tasbih 10x
6.
Sujud ke-2 + Tasbih 10x
Hal itu dilakukan pada rakaat ke-2, 3, dan 4.
Catatan: Jika mampu shalat Tasbih dilakukan tiap siang dan malam. Kalau tidak
sanggup, dilakukan seminggu sekali. Kalau tidak sanggup, dilakukan sebulan
sekali. Kalau tidak sanggup, dilakukan setahun sekali. Kalau tidak sanggup,
dilakukan sekali seumur hidup.
j.
Membaca Doa Saifi satu kali atau dua kali sehari.
k.
Membaca Al-Qur’an 200 ayat.
l.
Memperbanyak zikir, baik jahri maupun khafi
(sesuai maqam dan kemampuannya).
m. Membaca Surat Ikhlas 100x setiap hari.
n.
Bershalawat kepada Nabi SAW 100x setiap hari.
o.
Beristighfar 100x setiap hari.
p.
Jika sanggup, hendaklah menambah ibadah sunah dan
bacaan Al-Qur’an semampunya.
Catatan:
Untuk point “l” (el, diatas), bagi mereka yang sudah
mengikuti baiat Thariqat Qadiriyah bisa mengamalkan wirid thariqat tersebut.
Bagi yang sudah pernah mengikuti baiat Thariqat Sathoriyah bisa mengamalkan
wirid thariqat tersebut. Bagi yang sudah pernah baiat Thariqat Naqsyabandiyah
bisa mengamalkan wirid thariqat tersebut. Dan hal tersebut berlaku pada mereka
yang pernah berbaiat thariqat mu’tabarah lainnya, bisa mengamalkan wirid
thariqatnya. Bagi yang belum pernah baiat thariqat apapun dapat mengamalkan
wirid yang biasa dilakukan setelah shalat fardlu yang menurut sebagaian ulama
disebut “Thariqat Ammah Nabawiyah”. Wallahua’lam
Bishawab.
BAB
III
ZIKIR ISMU
DZAT DENGAN SAMAR (KHAFI)
Ini merupakan tata cara Zikir Ismu Dzat dengan cara
samar (khafi) yang saya dapatkan dari
guru saya Syaikh Muhammad Makki An-Naqsyabandi. Beliau menerima talqin dari ayahnya Syaikh Abdul Ghofur
An-Naqsyabandi. Dan Syaikh Abdul Ghofur menerima talqin dari ayahnya Syaikh Imam Faqih An-Naqsyabandi, hingga
bersambung sampai Rasulullah SAW. Saya menerima baiat khusus (baiat khashah), ijazah khusus (ijazah khashah), talqin khusus (talqin khas), dan wejangan khusus (tarbiyah khashah) langsung dari Syaikh
Muhammad Makki An-Naqsyabandi. Berikut tata cara Zikir Ismu Dzat yang dimaksud:
1.
Istighfar 5x/Tak terbatas
2.
Shalawat 5x/Tak terbatas
3.
Surat Fatikah 1x kepada: Syaikh Abdul Qadir
Al-Jailani, Syaikh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandi, Syaikh Imam Faqih,
Syaikh Abdul Ghofur, Syaikh Muhammad Makki Ilal Muntaha
4.
Surat Al-Ikhlas 3x
5.
Ilahi Anta Maqsudi Wa Ridhoka Math’lubi (Ya
Tuhanku, Kau tujuanku dan Ridla-Mu yang aku cari): ALLOH, ALLOH, ALLOH
(Dizikirkan dalam hati disesuaikan dengan masuk dan keluarnya nafas. Dilakukan
kapan saja, aktivitas apa saja, sewaktu berdiri, duduk, berjalan, dan
berbaring).
Semua zikir tersebut dizikirkan dalam hati.
Sebelum
melakukan Zikir Ismu Dzat di atas, hendaknya melakukan tata cara yang
disabdakan Rasulullah SAW berikut: “Wahai
Ali, pejamkan kedua matamu, tempelkan atau rapatkan bibirmu, dan naikkan lidahmu
ke langit-langit (cethak; Jw), dan ucapkan dalam hati: ALLOH, ALLOH” (HR.
Thabrani dan Baihaqi).
Dalam
hadist lain, Rasulullah mengajari zikir dengan lafadz LAILAHAILLALLOH dengan
cara yang sama sebagaimana di atas. Yakni mata dipejamkan, bibir dirapatkan,
lidah ditempelkan ke langit-langit, lalu mengucapkan dalam hati lafadz:
LAILAHAILLALLOH. Ini disebut Zikir Nafi Isbat dengan cara samar (khafi).
Zikir
Ismu Dzat di atas disebut “Zikir Hifdzul Anfas” (Zikir Penjaga Nafas)
tersebut dapat dilaksanakan manakala sedang berdiri, duduk, berbaring, dan
aktifitas-aktifitas lainnya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah swt: “Ingatlah
kepada Allah ketika berdiri, duduk dan berbaring” (QS. An-Nisa: 103); “Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang/ tenteram” (QS. Ar-Ra’du:
28); dan “Ingatlah Allah banyak-banyak supaya kalian beruntung” (QS.
Al-Jumuah: 9).
Dalam
firman Allah swt lainnya disebutkan: “Sebutlah
Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan bukan dengan
suara keras dengan perkataan, waktu pagi dan petang. Dan janganlah engkau
termasuk orang-orang yang lalai/lupa dari Tuhan” (QS. Al-A’raf: 205). Wallahua’lam Bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar