Wirid
Suluk
SUNAN
KALIJOGO
Disusun
oleh
Arif
Muzayin Shofwan
Kata
Pengantar
H.
Muhammad Agung Priyokusumo
Dikeluarkan
oleh
“KOMUNITAS
PECINTA BUMI SPIRITUAL”
|
Judul Buku:
“WIRID SULUK SUNAN KALIJOGO”
Disusun oleh:
Arif Muzayin Shofwan
Kata Pengantar
H. Muhammad Agung Priyokusumo
Penyunting: Sulaiman
Penyelaras Akhir: Ahmad Mansuri
Tim Kreatif: Muhammad Hafidz
Untuk Kalangan Sendiri
Cetakan Pertama, 2018
Dikeluarkan oleh
“KOMUNITAS PECINTA BUMI
SPIRITUAL”
|
KATA PENGANTAR
DARI MBAH HAJI MUHAMMAD AGUNG PRIYOKUSUMO
Segala
puji hanya milik Tuhan sebagai penguasa alam semesta. Shalawat dan salam
mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, para ahli bait dan
sahabatnya. Firman Allah Swt: “Ingatlah kepada Allah ketika berdiri, duduk dan berbaring”
(QS. An-Nisa: 103); dan “Ingatlah Allah banyak-banyak supaya kalian
beruntung” (QS. Al-Jumuah: 9).
Dengan
senang hati saya menyambut hadirnya buku berjudul “Wirid Suluk Sunan Kalijogo” yang
disusun oleh Saudara Arif Muzayin Shofwan ini. Saya sendiri telah mendapatkan
dzikir tarekat lafadz “Allah-Allah,
Allah-Hu, Hu-Allah, Ya-Hu, Hu-Hu” dari Mbah Kyai Haji Anshor Muhammad dan
Mbah Kyai Muhammad Yasak serta mengijazahkan kepada penyusun buku ini untuk
kebahagiaan siapa saja yang membutuhkan.
Saya
juga merekomendasikan bagi penempuh spiritual atau tarekat untuk membaca buku
berjudul “Kitab Suluk Rumekso Ing Napas” yang saya susun bersama Saudara Arif
Muzayin Shofwan. Sebab buku tersebut sangat mendukung bagi para penempuh
tarekat yang ingin menapaki jalan (suluk) menuju Tuhan.
Blitar,
20 Juni 2018
(Mbah
Haji Muhammad Agung Priyokusumo)
DAFTAR
ISI
Judul
Buku ~ 1
Kata
Pengantar Dari Mbah Haji Muhammad Agung Priyokusumo ~ 3
Daftar
Isi ~ 4
Bab
I: Sekelumit Tentang Suluk Linglung
Sunan
Kalijogo ~ 5
Bab
II: Teknik Dzikir (Eling) Kepada Allah ~ 7
Bab
III: Wasiat Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi ~ 9
Bab
IV: Ketika Khalwat (Nyepi) Laku Semedi ~ 11
Bab
V: Silsilah Tarekat Bersambung Sunan Kalijogo Hingga Syaikh Muhyiddin Ibnul
Arobi ~ 13
Bab
VI: Donga Keslametan (Dari Kyai Ageng R.M. Djojopernomo Banyuwangi) ~ 15
Daftar
Bacaan - 16
BAB I
SEKELUMIT TENTANG SULUK LINGLUNG SUNAN
KALIJOGO
Kitab “Suluk Linglung Sunan Kalijogo” adalah buku catatan yang
menjelaskan ketika Sunan Kalijogo mengalami kebingungan (linglung; Jw) akan pencarian
Tuhan. Serat ini kemudian digubah pada tahun 1884 oleh Pujangga dari Surakarta
bernama Kyai Ageng Iman Anom, yakni seorang keturunan dekat dari Sunan
Kalijogo. Selanjutnya buku atau kitab kuno itu akhirnya dipegang oleh Raden Ayu
Supratini Mursidi, yakni keturunan ke-14 dari Sunan Kalijogo. Buku atau kitab
tersebut kemudian diterjemahkan oleh Drs. Muhammad Khafid Kasri, dkk. dalam
buku berjudul “Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syeh Melaya)” dan editor buku
tersebut adalah Prof. Dr. Kasmiran W. Sanadji.
Dalam buku “Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syeh Melaya)” pada
halaman 18-19 disebutkan bahwa ketika Sunan Kalijogo kebingungan (linglung)
mencari Tuhan di Mekah (dalam laku spiritualnya), maka Nabi Khidir memberikan
wejangan sebagai berikut:
“Jika kamu berkehendak naik haji di
Mekah, kamu harus tahu tujuan yang sebenarnya menuju ke Mekah itu. Ketahuilah,
Mekah itu hanyalah tapak tilas Nabi Ibrahim saja!. Yaitu, bekas tempat tinggal
Nabi Ibrahim jaman dulu. Beliaulah yang membuat bangunan ka’bah di Masjidil
Haram, serta yang menghiasi ka’bah itu dengan benda berupa batu hitam (Hajar
Aswad) yang tergantung di dinding ka’bah tanpa digantungkan. Apakah ka’bah itu
hendak kamu sembah?. Kalau hal itu menjadi niatmu, berarti kamu sama halnya
menyembah berhala atau bangunan yang dibuat dari batu. Perbuatan itu tidak jauh
berbeda dengan yang diperbuat oleh orang yang tidak tahu menahu akan Tuhan,
karena hanya menduga-duga saja wujud Allah yang disembah, dengan senantiasa
menghadap kepada berhalanya. Oleh karena itu, biarpun kamu sudah naik haji,
bila belum tahu tujuan yang sebenarnya dari ibadah haji, tentu kamu akan rugi
besar. Maka dari itu, ketahuilah bahwa ka’bah yang kamu tuju itu bukanlah
terbuat dari tanah atau kayu apalagi batu. Tetapi ka’bah yang hendak kamu
tuju sebenarnya adalah ka’bah Allah (dalam hati). Demikian itu sesungguhnya
IMAN HIDAYAT (percaya berdasarkan petunjuk Tuhan) yang harus kamu yakinkan
dalam hati.”
Demikianlah wejangan Nabi Khidir pada Sunan Kalijogo. Dari sini kita
dapat ambil pelajaran bahwa Ka’bah sebagai “Baitulloh” (Rumah Allah) dan
menjadi kiblat yang sejati adalah HATI (QOLBUN). Maka sebagian
dari ahli makrifat berkata “QOLBUL MUKMIN BAITULLAOH”, artinya HATI
ORANG MUKMIN ADALAH RUMAH ALLOH. Dan juga dikatakan “QOLBUL MUKMIN YATHUFU
ILALLOHI DA’IMAN” artinya HATI ORANG MUKMIN SELALU THOWAF PADA ALLOH SECARA
LANGGENG. Yakni, hati orang mukmin selalu berkeliling Dzikir (Eling)
kepada Allah secara langgeng, baik ketika dia sedang duduk, berdiri,
berjalan, dan berbaring. []
BAB II
TEKNIK DZIKIR (ELING) PADA ALLOH
Ada banyak cara atau teknik Dzikir (Eling) atau Semedi (Tafakur/
Meditasi) dalam berbagai kitab suluk tarekat, seperti: tarekat Naqsyabandiyah,
Syathoriyah, Qodiriyah, Syadziliyah, Akmaliyah, Ahadiyah, dan lain sebagainya.
Dalam buku berjudul “Pepali Ki Ageng Selo” yang ditulis oleh Raden Mas
Soetardi Soeryohoedoyo pada halaman 37-38 disebutkan bahwa apabila kita menuju
Semedi (Tafakur/ Meditasi) doa yang digunakan adalah “DOA SAPU JAGAD” sebagai
berikut: “ROBBANA ATINA FID DUNYA HASANAH WA FIL AKHIROTI HASANAH WA QINA
ADZABAN NAR” Artinya: “Ya Tuhanku,
berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari
siksa api neraka”. Yakni, doa yang sangat sederhana sekali.
Dari penjelasan ini, kita bisa menggunakan teknik Dzikir (Tafakur/
Meditasi) sebagai berikut, misalnya:
Pembukaan
1.
Astaghfirullohal
Adzim... 3x (Tiga Kali)
2.
Allohumma
Shalli Ala Muhammad... 3x (Tiga Kali)
Hadiah Fatikah
1.
Ila Hadroti
Nabiyyil Mustofa Muhammadin Wa Ala Alihi Wa Shohbihi Aj’main. Al-Fatikah... 1x
2.
Ila Hadroti
Sayyidi Syaikh Abdil Qodir Al-Jailani, Syaikh Muhammad Baha’uddin
An-Naqsyabandi, Syaikh Abil Hasan As-Syadzili, Syaikh Abdillah Arif As-Sathori,
Syaikh Al-Habib Abdillah Bin Alwi Al-Haddad. Al-Fatikah... 1x
3.
Ila Hadroti
Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi. Al-Fatikah...
1x
4.
Ila Hadroti
Sunan Kalijogo Wa Sunan Tembayat Wa Ushulihima Wa Furu’ihima. Al-Fatikah... 1x
5.
Ila Hadroti...
(Siapa saja yang dikehendaki: Cikal Bakal Desa/Dusun; Guru-Guru; Keluarga;
Teman-teman; dan lain sebagainya). Al-Fatikah...
1x
Doa Sapu Jagad
ROBBANA ATINA FID DUNYA HASANAH WA FIL AKHIROTI
HASANAH WA QINA ADZABAN NAR
Lalu bisa dilanjutkan dengan lafadz Eling/Dzikir: ALLOH-ALLOH
atau YA-HU atau HU-ALLOH atau ALLOH-HU atau LAILAHAILLALLOH
atau lafadz-lafadz lain yang sudah dipilihnya.
Dalam hal di atas, kita bisa dzikir dengan lafadz ALLOH-ALLOH
ketika menarik dan mengeluarkan nafas dari lobang hidung. Hal tersebut
dilakukan tanpa putus, baik tatkala duduk, berdiri, berjalan, dan berbaring.
Dzikir yang terus difokuskan seperti ini bisa membuat hati serta pikiran
tenang dan tentram. Dan ketentraman hati dan pikiran ini merupakan kunci
kesuksesan dalam bidang apapun. Sebab dengan hati dan pikiran tenang, kita
tidak akan berfikir grusa-grusu keburu nafsu. []
BAB III
WASIAT SYAIKH
MUHYIDDIN IBNUL AROBI
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa silsilah keilmuan atau tarekat
Sunan Kalijogo juga bersambung kepada Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi. Maka dari
itu, perlu disebutkan wasiat-wasiat Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi bagi para
penempuh spiritual. Tersebut dalam “Kitab Khozinatul Asror” karya Syaikh
Muhammad Haqqi An-Nazili disebutkan pada halaman 191-192 disebutkan beberapa
wasiat Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi sebagai berikut, antara lain:
Ketahuilah bahwa manusia sejak dijadikan Allah dari tidak ada (Adam)
hingga ada (Wujud) itu terus terusan sebagai orang yang bepergian
(musafir) hingga sampai surga dan neraka. Oleh karena itu, ketahuilah bahwa
bepergian itu pasti ada banyak kesulitan, meletihkan, banyak cobaan, dan
mengalami kekhawatiran-kekhawatiran besar. Jadi bisa dibayangkan bagaimana
enaknya hal-hal semacam itu. Aku menerangkan hal ini supaya bisa menjadi
Peringatan (Pepiling; Jw) bagi orang yang terburu-buru ingin bisa menyaksikan
Tuhan yang tidak berada dalam ruang dan waktu. Maka dari itu, ketahuilah bahwa
kamu tidak akan bisa berbakti kepada Allah selagi dalam hatimu masih berbakti
kepada selain Allah. Maka dari itu, kau harus UZLAH. Dan UZLAH
artinya apabila dalam hatimu itu tak ada sesuatu dari makhluk (artinya yang ada
dalam hatimu hanyalah Allah semata). Dan yang pertama kali yang wajib bagimu
adalah “MENCARI ILMU” untuk menegakkan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah,
kemudian mengamalkan ilmu, tarakbrata, dan tawakal pada Allah. Selanjutnya,
janganlah kau masuk khalwat (Nyepi; Jw), sehingga kau lebih dulu tahu tempat
dan kekuatan mu berdasar cipta rasa hatimu. Apabila cipta rasa hatimu, kau
harus di tangan Guru Mursyid (Guru Taslik/ Guru Tahkim), maka kamu harus berada
di bawah bimbingan guru yang ahli makrifat pada Allah itu. Namun apabila cipta
rasa hatimu dalam memasuki khalwat (Nyepi; Jw) itu cukup di bawah kekuasaanmu
sendiri, maka berkhalwatlah, dan lakukan riyadhah/ tarakbrata sebelum masuk
khalwat (Nyepi; Jw).
Syaikh Muhyiddin Al-Arobi juga menyatakan: “Apabila pintu rumah sudah kamu tutup, lalu pintu hati sudah kamu tutup
dari kemasukan perkara yang selain Allah, maka sibukkanlah hatimu dengan
berbagai lafadz Dzikir (Eling) dari berbagai lafadz-lafadz dzikir. Akan tetapi
yang lebih luhur-luhurnya lafadz dzikir adalah ucapan “ALLAH-ALLAH”, dan jangan kalian menambahi dengan lafadz lainnya.”
Jadi, ketika kita melakukan Meditasi (Semedi/ Tafakur) kita bisa menggunakan
lafadz-lafadz dzikir apapun tanpa harus ini dan itu.
Dalam “Serat Wedharan Wirid I”
karya Ki R.S. Partojuwono halaman 85 disebutkan: “...Dados nindak- aken Semedi wau kedah kathi netepi Dharma-nipun
Pasemeden; TELATOS, PASRAH, lan IKHLAS.” Insya Allah dengan Tiga
Dharma Pasemeden ini kita akan mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman batin.
[]
BAB IV
KETIKA KHALWAT (NYEPI) LAKU SEMEDI
Dalam “Kitab Khazinatul Asror”
karya Syaikh Muhammad Haqqi An-Nazili halaman 192, disebutkan bahwa
wasiat-wasiat Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi bagi orang yang khalwat (Nyepi; Jw)
melakukan Semedi (Tafakur/Dzikir) sebagai berikut: “Kalian harus menjaga dari khayalan-khayalan yang merusak... Dan kalian
hendaknya bisa menjaga agar apa yang kalian makan bukanlah hewan yang bernyawa.
Sebab hal itu bisa menjaga kalian dari kenyang dan lapar yang sangat.”
Lanjut Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi: “Kalian
harus bisa membedakan Warid (cahaya
petunjuk) yang dari bangsa Malaikat (Energi
Positif) dan bangsa Syaitan (Energi
Negatif). Apabila Warid (cahaya
petunjuk) itu bangsa Malaikat
(Energi Positif), dia akan mengakibatkan padamu rasa dingin, nikmat, dan
kamu tidak merasa sakit, serta meninggalkan ILMU padamu. Namun apabila Warid
(cahaya petunjuk) itu bangsa Syaitan
(Energi Negatif), dia mengakibatkanmu rasa sakit pada anggota tubuhmu, rasa
susah dan bingung dengan berbagai pikiran yang merusak hati/batinmu. Dan
teruslah kalian berdzikir ALLOH-ALLOH,
sehingga dihilangkan pikiran-pikiran yang merusak dari hatimu.”
Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi berwasiat kepada orang yang sedang khalwat
(Nyepi; Jw) supaya memiliki iktikad “Laitsa Kamislihi Syaiun”, artinya
Tuhan Allah itu tidak bisa disamakan/ digambarkan dengan sesuatu apapun. Sebab
setiap benda yang kita ketahui di saat Semedi/ Meditasi selalu menyatakan “Ana
Allah” (Saya Allah). Ketika seperti itu, ucapkan “Subhanallah” (Maha Suci Allah
dari serupa apapun), dan teruslah berdzikir (Alloh-Alloh) secara Langgeng (Daim).”
Kata Syaikh Muhyiddin Ibnul Arobi: “Ketika
kalian khalwat (Nyepi; Jw), janganlah kalian mencari sesuatu selain Allah
(seperti: supaya keramat, mengetahui barang gaib, dan lainnya). Dan janganlah
menggantungkan cita-citamu kepada selain Allah. Dan apabila Allah
memperlihatkan padamu hal-hal atau barang-barang yang gaib, maka ambilah dengan
tatakrama/santun. Dan janganlah
kalian berhenti pada hal itu... Sebab hal-hal tersebut merupakan UJIAN untuk menguji benarnya berbaktimu
kepada Allah. Dan janganlah kalian terputus dalam setiap keluar-masuknya
nafasmu berdoa: Robbi Zidnii Ilma (Ya
Allah Tambahkan Ilmu Pada Kami). Yakni ilmu yang bisa sampai (wushul) kepada
Allah, yang menjadi bekal keselamatan kita, kini dan mendatang.”
Kata Sang Wali: “Al-Istiqomah Khoirun Min Alfi Karomah”,
artinya konsisten (ajeg; Jw) itu lebih baik dari seribu keramat. Kata Sang
Wali: “Al-Istiqomah Ainul Karomah” artinya konsisten (ajeg; Jw) itulah
yang sebenarnya keramat. Kita hendaknya mencari “Keramat-Keramat Maknawi”, seperti: ayem, tentrem, tenang, damai,
bahagia, ikhlas (lilo legowo), syukur pada Allah dan semacamnya. Kita tidak
dianjurkan mencari “Keramat Khoriqul
Adat” (keramat yang nulayani adat manusia lugu), seperti: tidak mempan
dibacok, bisa terbang, bisa berjalan di atas air, dan semacamnya. []
BAB V
SILSILAH TAREKAT BERSAMBUNG SUNAN KALIJOGO HINGGA SYAIKH MUHYIDDIN IBNUL
AROBI
Tarekat Ahadiyah jalur
Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai berikut: (1) Nabi
Muhammad Saw (2) Abu Bakar Ash-Shiddiq (3) Salman Al-Farisi (4) Imam Qasim bin
Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq (5) Imam Ja’far Ash-Shadiq (6) Imam Musa
Al-Kazhim (7) Imam Ali Ar-Ridha (8) Syaikh Ma’ruf Al-Karkhi (9) Syaikh As-Sari
As-Saqathi (10) Syaikh Al-Junaid Al-Baghdadi (11) Syaikh Abu Bakar ibn Khalaf
Asy-Syibli (12) Syaikh Abu Al-Fadhl Abd Wahid At-Tamimi (13) Syaikh Abu
Al-Faraj Al-Tharsusi (14) Syaikh Abu Hasan Al-Hakkari (14) Syaikh Abu Said
Al-Mubarak Ali Al-Mahrami (15) Syaikh Abd Al-Qadir Al-Jailani (16) Syaikh
Jamaluddin Yunus ibn Yahya Al-Hasyimi (17) Syaikh Muhyiddin Ibn Arabi
(19) Syaikh Izz Ahmad (20) Syaikh Umar bin Hassan (21) Syaikh Syamsuddin Ahmad
(22) Syaikh Kamaluddin (23) Syaikh Jalaluddin Suyuthi (24) Syaikh Abdul Wahhab
Sya’rani (25) Syaikh Ali bin Abdul Quddus (26) Syaikh Maulana Malik Ibrahim
(27) Sayyid Ali Rahmatullah/ Sunan Ampel (28) Sayyid Makdum
Ibrahim/ Sunan Bonang (29) Raden Mas Syahid/ Sunan Kalijogo (30) Raden Hadiwijoyo/Sayyid Abdurrohman/ Jaka Tingkir Pajang (31) Raden
Sutowijoyo/ Panembahan Senopati Ing Ngalogo (32) Sultan Agung Hanyokro Kusumo Mataram
(33) Panembahan Notoprojo (34) Sinuwun Bagus Solo (35) Raden Mas Gimbal Mangku
Projo (36) Kyai Ageng Muhammad Sufiyah Malang (37) Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi (38) Eyang Soemodiningrat Surakarta (39) Eyang Bopo
Yatiran Srengat
(40) Arif Muzayin Shofwan (41).....................
Sedangkan lewat jalur lain (ke atasnya sama seperti di atas) sebagai
berikut: ... (29) Raden Mas Syahid/ Sunan Kalijogo (30) Kyai Ageng Sengki
(31) Pangeran Sumendi (32) Ki Ageng
Pengging
(33) Raden Hadiwijoyo/Sayyid Abdurrohman/ Jaka Tingkir
Pajang (34) Raden Sutowijoyo/ Panembahan Senopati Ing Ngalogo (35) Sultan Agung
Hanyokro Kusumo Mataram (36) Panembahan Notoprojo (37) Sinuwun Bagus Solo (38) Raden
Mas Gimbal Mangku Projo (39) Kyai Ageng Muhammad Sufiyah Malang (40) Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi (41) Ki Kasni Guno Pati/ Mbah Kamituwo Kucing Ponorogo dan juga Eyang Bopo
Yatiran Srengat (42) Arif Muzayin Shofwan (43)....................
Keterangan silsilah keilmuan Sunan Kalijogo ke bawah dikutip dari dua kitab
berikut dengan pengurutan seperlunya, antara lain: (1) Serat Utomo Sanyoto oleh Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi;
(2) Serat Pakem Pirukunan Purwa Ayu
Mardi Utama oleh Ki Kasni Guno Pati. Sedangkan pengurutan silsilah keilmuan
(Tarekat Ahadiyah) Sunan Kalijogo ke atasnya diadopsi dari tulisan Kyai
Shohibul Faroj Azmatkhan.
Kata Nabi Muhammad kepada Sayyidina Ali: “Ya Ali, Ighmidz Ainaka, Wa Alsiq
Sya’baka Wa A’li Lisanaka, Wa Qul: ALLOH-ALLOH-ALLOH” (HR. Tobroni dan
Baihaqi). Artinya: “Hai Ali, pejamkan dua
matamu dan rapatkan mulutmu, dan tekuklah lidahmu (ke langit-langit), kemudian
ucapkan: ALLOH-ALLOH-ALLOH.”
(HR. Tobroni dan Baihaqi). Terima kasih. []
BAB
VI
DONGA
KESLAMETAN JAWA
(Dari
Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi)
“Holoumo Bumi Langgeng,
Blambangan Kancinge Iman Soko Sucine Makrifat, Tinempuhan Poro Nabi, Tinempuhan
Poro Wali, Imane (...........) Iman Slamet, Slameto Kang Nylameti, Slameto Kang
Den Slameti, Pinaringono Rejeki, Rejeki Saking Pangeran. Holoumo Dino Loro, Uripe
Dino Kelawan Wengi, Wong Kajat Kelawan Niyat, Lungguhe (...........) Ono
Syarengat, Wisanono Nistiko Wungkulono Wuku Telung Puluh, Jopo Lan Sukmo,
Jopone (...........) Ngedohno Ponco Boyo, Ngedohno Ponco Beko, Pinaringono
Pinanjang Umur, Slamet, Slamet, Slamet Saking Kersane Allah.”
Keterangan
Titik-titik di atas bisa diisi dengan: “KITO SEDOYO” atau “NAMA ORANG”
atau “WONG SAK DESA” atau “WONG SAK NEGORO”, tergantung hajat orang yang berdoa
dan didoakan. Donga Keslametan di atas saya dapatkan dari Eyang Tugiman
Darungan yang dia dapatkan dari Kyai Ageng R.M. Djojopoernomo Banyuwangi.
Yakni, seorang kyai agung serta cucu Nyi Ageng Serang (Pahlawan Nasional) dan
keturunan ke-12 dari Sunan Kalijogo. []
DAFTAR
BACAAN
Syaikh
Muhammad Haqqi An-Nazili (t.t). Kitab
Khozinatul Asror. Semarang: Toha Putra.
Drs.
M. Khafid Kasri, dkk. (1993). Suluk
Linglung Sunan Kalijaga (Syeh Melaya). Jakarta: Balai Pustaka.
R.M.
Soetardi Soeryohoedoyo (1993). Pepali Ki
Ageng Selo. Surabaya: PT. Citra Jaya Murti.
Raden
Panji Natarata (1975). Serat Bayanullah.
Surabaya: Yayasan Djojo Bojo.
Ki
Kasni Guno Pati (t.t). Serat Pakem
Pirukunan Purwo Ayu Mardi Utama. Ponorogo: Jl. R. Patah No. 47 Desa Kauman
Kec. Kauman Sumoroto Ponorogo.
RM.
Djojopoernomo, (t.t). Serat Utomo Sanyoto.
Sebuah kitab pegangan yang dibawa oleh Eyang Bopo Yatiran Dermojayan Srengat
Blitar.
Ki
Wirjoatmodjo (1992). Tuntunan Samadhi.
Surabaya: PT. Citra Jaya Murti.
Ki
R.S. Yudi Partojuwono (1991). Serat
Wedaran Wirid I. Surabaya: Y.P. Djojobojo.
Kyai
Shohibul Faroj Azmatkhan (t.t). Silsilah
Tarekat Ahadiyah Jalur Sunan Kalijogo. Tanpa Alamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar